“Ahhhhh…” teriakku sambil terkejut karna tepung yang jatuh dari atas menutupiku.
“bbraaakk” suara buku terjatuh dari genggaman ku karena tanganku yang dengan sepontan reflek dengan apa yang terjadi pada ku
Setelah aku mengucek mataku dan “AAAAA….” Astaga malunya, dengan cepat-cepat aku menutup mataku, ada tiga orang laki-laki yang, asatga tidak senonoh deh untuk di lihat
“lah, kamu siapa? Kok bukan pak Handoko yang masuk” tanya seorang cewek
“aduhh…” desah ku sambil mengucek mataku, sepertinya tepungnya masuk kedalam mataku
“yahh gagal deh “
“ ia nih, aku kira pak Handoko”
“lah rupanya hanya adik kelas”
“blablablabla” keributan di kelas itupun langsung bermunculan
“Sudah-sudah” tiba-tiba aku mendengar suara cowok dan merasa ada yang mendekatiku
“sini ku bantu” kata cowok itu, dan diapun mencoba menghembus mataku
“udah enakan?” tanya si cowok itu
“nghh..udah” kata ku sambil mengucek mataku
“trimkasih ya” kata ku sambil melihat mukanya
Astaga, mukanya, bagaikan orang korea.
“Eh, junior, napain sih ke kelas orang, buat kacau aja ini rencananya!” kata satu orang cowok yang tadi memakai yang seharusnya dipakai oleh wanita yang ternyata sudah memakai balek bajunya
“sudahlah Ton, kasihan tau” kata lelaki yang membantuku tadi
“ah, serah lu deh” kata laki-laki yang dipanggil Ton itu dan diapun mulai duduk di bangku dengan wajah yang bisa di bilang tidak senang.
“ia nih, gagal deh, mana sih pak Handoko? Tadi aku lihat kamu dengan pak Handoko tadi pagi” tanya seorang wanita dengan sedikit jutek
“ah map, pak Handoko menyuruh saya untuk menggantikannya sebentar, dikarenakan beliau sedang ada urusan” kata ku, ya jujur saja, pada saat itu aku sangat takut sekali di kerumnana kakak-kakka kelas, apalagi kalau tau rencana mereka batal.
“heh, jangan canda deh, ia kali adek kelas ngajarin kami” nyahut cowok yang dipanggil Ton tadi. Sejujurnya aku mulai kesal sama dia, berlagak banget jadi orang.
“udah-udah, kasihan kan dia, sudah gak usah di panas-panasin” kata cowok yang menolongku tadi. “kamu pergi berisihin dirikamu dulu ya, nanti masuk lagi, yang lain gak usah kamu pikirin” kata cowok itu sambil senyumy
“ia, terimakasih kak” sahutku, dengan bergegas keluar. Jujur saja aku kepengen banget nangis. Untung aja ada kakak itu, udah ganteng, baik lagi. Kalau aja gak ada kakak itu, kayaknya aku udah nangis memalukan tadi disana.
“Eh, Lyn, itu kenapa dengan kamu?” tiba-tiba suara pak Handoko mengujutkan ku
to be continued****
Share this novel