CHAPTER TWELVE ANTHONY

Romance Series 1084

Ternyata cewek itu adalah cewek tadi yang tidak sengaja kami kerjain. Dia pun langsung mengalah ketika tau kalau aku yang tadi sedang mengambil buku itu sewaktu dia datang untuk mengambilnya. Sepertinya dia masih takut karena tadi aku agak emosi didalam kelas. Ketika dia ingin pergi, akupun mencoba untuk menyuruhnya tunggu, tetapi dia tetap tidak berhenti dan melanjutkan langkah kakinya yang makin lama makin cepat. Akupun memberhentikan langkah kakinya dengan cara meraih tangannya. Dan pas pada saat itu, Nathan, sahabt ku itu tiba-tiba saja mucul, dan aku pun menjadi salah tingkah, cepat-cepat aku melepaskan tangan cewek itu.

“Eh than” kataku yang sedikit terkejut

“Maaf, maaf, saya pamit dulu” kata cewek itu sambil menganggukan badannya dan pergi

“Kenapa dengan gadis itu?” tanya Nathan seakan mengira akalu aku yang membuat gadis itu tidak nyaman.

                Akupun menceritakan kepada Nathan dan tidak lupa aku juga membicarakan soal tadi pagi di kelas dengan maksud untuk minta maaf dengannya. Setelah itu kamipun keluar dan aku mengunjungi toko kue Nathan sebentar. Melihat Nathan yang sedang membuat kue, akupun penasaran dengan apasih asiknya membuat kue itu, dan dengan memberanikan diri kau mencoba bertanya pada Natahn apakah aku boleh membantunya, dna dia pun bilang boleh.

“Ini cara hias nya gimana than” tanya ku

“gini” sambil mencolekkan cream kue itu di pipiku

“Ih, pantatmulah” sambil ku colek juga muka dia

“ahhahaha, nih biat gak terlalu lengket, pakai ini” di oleskannya kedua tangannya denagn tepung, dan di tepuknya ke mukakku, dan mukakku sekrang berlepotan tepung.

“jirrrr, siniku balas kau” akupun mengoleskan tanganku dengan tepung, dan menepuknya kemukak Nathan. Dan dari sana kami saling mencolek satu sama lain, sampai akhirnya..

“yaaa,, gitu aja terus, akhirnya ibu punya resep batu, kue bentuk manusia berkepala dua” kata mamanya sambil memegang piso

“eh, maaf ma” kata Nathan sambil menggaruk kepalanya

“maaf tante” kataku sambil menundukkan kepala

                Setalh itu, kami pun membersihakn diri kami dan lanjutin proses pembuatan kuenya. Rupanya membuat kue bersama teman itu lumayan menyennagkan, dan sampai lupa kalau waktu sudah menunjukkan sore hari. Akupun tidak lupa pamitan karena takut kemalaman. Tiba-tiba aku bertemu dengan abang Eric, yup, kami satu tempat gym, dan abang itu lebih lama gymnya dari pada aku, dan dia yang menguidekan aku. Aku sangat iri dengan badannya, sudahlah tinggi, tegap, berotot lagi. Kamipun saling bercerita, rupanya abang itu juga ada memesan kue di toko Nathan, katanya adik perempuannya sangat suka dekan kue buatan sini. Setelah bercerita, abang Eric menawarkan tumpangan untuk pulang, dan senang hati aku menerimanya. Diperjalanan, kamipun bercerita panjang lebar, dan ternyata adiknya abang Eric juga bersekolah disekolah yang sama denganku, dan akan magang di tempat toko kue Nathan. Wah, asik nih kalau bisa kenalan sama adik perempuannya bang Eric, abangnya aja ganteng, apalagi adiknya, pasti cantik banget.

“Eh, Ton, abang jemput adek abang dulu ya, sejalan kok” kata abang Eric

“ia,boleh bang” kataku, emang pucuk di cinta, ulam pun tiba. Baru saja kepengen melihat adeknya abang Eric, eh, kesempatan sudah di depan mata.

“Siap, soalnya adek abang mampir kerumah temannya” kata abangitu sambil tersenyum

Wuih, senyuman abang ini, manis sekali. Eh, bukan bearti aku homo ya, emang salah cowok puji cowok, kan enggak. Astaga, senyuman abang aja bisa semanis ini, apalagi nanti adiknya ya, aduh jadi gak sabar. Setelah sesampainya dirumah teman adiknya, abangnya pun menelpon adiknya.

“Lyn, abang dah didepan ya” kata abang Eric. Lyn? Seperti mendengar nama itu, tapi dimana ya, ah ya gak penting deh, yang penting aku bisa lihat adeknya, mana tau jodoh, ahahha. Setelah beberapa saat, adeknya pun turun, dan membuka pintu mobil.

“Haloo bang, kuenya ada kan?” katanya. Suaranya lembut, tapi seperti pernah dengar.

“Ia, itu, hahaha, oh ia, ini teman abang, perkenalkan Anthony, kakak kelas kamu loh” kata abang Eric, dan akupun menghadap kebelakang (pada saat itu aku lagi duduk didepan)

“Oh ha…” (Kata adek abang itu)  “Ha…” (kata ku) kami sama-sama inging mengatakan halo diwaktu yang bersamaan, dan, astaga…

======================================================To be continued.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience