CHAPTER THIRTEEN LYNA

Romance Series 1084

Tiba-tiba tangan abang itu memegang tanganku, dan pada saat itu juga temannya, abang Nathan yang tadi menolongku waktu pada saat pagi tadipun tiba-tiba muncul. Astaga, kenapa waktunya pas banget sih, apasih salah ku hari ini, emang hari ini sepertinya hari yang sial banget untuk aku. Kenapa aku harus ketemu mereka terus, gak pagi, gak siang, pasti ketemu, awas aja kalau nanti sore juga ketemu, gak tau lagi aku bisa bilang apa. Saking gugupnya dan gak mau abang Nathan salah paham, akupun cepat-cepat pamit dan membayar uang buku kue dan menghampiri Mery untuk cepat-cepat pergi dari tempat itu.

“Lah, kok buru-buru? Gimana bukunya?” tanya Mery yang heran melihatku yang sedang terengah-engah seperti dikejar setan. Akupun menceritakan apa yang terjadi.

“HAHAHAHA, kana pa ku bilang Lyn, Antara mereka itu adalah jodoh mu” kata Mery sambil menertawaiku

“Ah, gak gak gak, jahat ah kamu, eh kerumahmu yok Mer” ajak ku

“haahaha, boleh, ayuk” kata Mery sambil kami berjalan kemobil Mery.

                Akupun memberitahukan kepada abangku kalau aku akan kerumah Mery dan menyuruhnya untuk menjemputku nanti sore. Rumah Mery sangat besar, ya tidak perlu di bilang, rata-rata, atau mungkin hamper seluruhnya murid yang bersekolah di sekolah ku itu adalah orang kaya. Paling orang sederhana yang bisa masuk sekolah itu hanya karena keberuntungan beasiswa karena pintar, kalau gak, boro-boro deh masuk sekolah ini. Tapi untung aja aku dapat teman kayak Mery yang tidak memandang kekayaan dalam memilih kawan. Cantik, baik, pintar, dan kaya lagi, emang cewek idaman.

                Biasanya, kalau kerumah Mery kami bercerita mengenai kehiduapan kami, apa rencana kedepannya, dan kadang-kadang kami juga ada membicarakan tentang cowok, ya biasalah namanya aja cewek, pasti ada ngomongin tentang cowok juga dong, apa lagi ganteng. Soal pelajaran, kami jarang membicarakannya karena terlalu membosankan, dan tanpa di bicarakan kami juga sudah lumayan menguasainya. Ayah Mery bekerja di luar negri, dan mamanya mempunyai usaha butik dan pameran lukisan disini. Enak banget sepertinya hidup Mery, seperti semuanya sudah ada. Gak salah dong kita iri dengan kehidupan orang lain, tapi aku selalu diajari oleh kedua orang tuaku kalau kami harus tetap bersyukur atas apa yang diberikan oleh tuhan sampai sekarang. Walaupun aku tidak kaya seperti teman-teman lainnya, tapi otak ku lebih dari mereka, dan itu juga bisa menjadi suatu kebanggan dari ku.Tuhan itu adil, setiap orang pasti ada kelebihan dan kekuarangan yang diberikannya. Jadi, ketika aku merasa iri dengan apa yang dipunya oleh teman-teman ku atau orang di sekelilingku, aku selalu mencoba mengingat apa yang dipesankan oleh ibuku.

“Eh lyn, cerita-cerita dong tentang dua kaka senior itu, aku kan juga mau tau gimana penampian mereka, ganteng gak?” kata Mery sambil memakan snack nya.

“Ah, males kali loh Mer” kataku sambil mengambil snack Mery

“ah ayolahhh, kalau dapat yang ganteng, bagi-bagi lah” goda Mery.

“gantenglah palamu, aku aja baru tau mereka loh Mer, ya emang lumayan, tapi yang satu baik yang satu macam kampret” kataku sambil memakan snack.

“Oalah, yang mana tuh yang lebih ganteng?” kata Mery

“abangku lebih ganteng” kataku sambil ketawa

“Ah, abangmu, emang ganteng, kalau bisa aku pun mau” kata Mery sambil menyenggolku

“Nah, boleh tuh, biar naik dikit derajatku, ahahhaha canda-canda” kataku sambil ketawa, dan kamipun melanjutkan cerita tentang abangku. Ya, emang aku akui, abangku emang seorang laki-laki yang ganteng, tampangnya yang seperti orang korea membuat teman wanita ku banyak yang menanyakannya. Tapi saying, smapai sekarang dia masih sibuk dalam pekerjaan, dia sangat bekerja keras untuk menafkahi keluarga kami, dia tidak ingin melihat orang tua kami susah, jadi dia tidak pantnag menyerah. Karena passionnya yang sangat kuat, diapun di terima di sebuah perusahaan ternama, dan pangkatnya sudah setara supervisor yang membuatku sangat beruntung mempunyai abang seperti dia.

                Gak nyangka waktu juga sudah menunjukkan sore hari, dan waktunya aku harus pulang. Abangku pun menelponku untuk memberitahukan kalau dia sudah di depan rumah Mery, dan seharusnya aku yang sneang, tapi Mery lebih senang, katanya dia bisa melihat oppa Korea. Kami pun turun dan aku pun berjalan enuju mobil abangku dan di ikutioleh lambaian tangan Mery yang tidak henti hentinya yang seebagai modusan agar abangku melihatnya terus menerus. Dan aku melihat ada orang duduk didepan mobil, sepertinya abangku mengantar temannya, tapi tumben-tumbenan, dan ya sudahlah, akupun membua pintu belakang, dan astaga, ya tuhan ku, apa salah ku sampai-sampai satu hari ini aku melihat dia teruss, nikahkan ajalah kami tuhan.

======================================================To be continued.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience