Bab8

Mystery & Detective Series 899

pagi itu aku baru sampai sekolah. Suasana belum terlalu rame karena memang masih terlalu pagi. Tak kuhiraukan lambaian tangan mifta, aku lebih memilih duduk di bangkuku. Di tengah aku sedang asyik melamun tiba tiba aku merasa ada yg menyentuh pundakku. Aku hampir saja loncat karena terkejut. * Ya ampun rie, untung aja jantungku gak copot.* kataku mengelus dada. Riana mengulurkan sebuah dompet yang sepertinya milikku. * ini , ketinggalah di rumahmu ?* tanyaku. Dan seperti biasa aku gak di anggap riana malah duduk tanpa menjawab pertanyaanku. * Sabar sabar punya temen gini amat.* kataku dalam hati. Harusnya ini pelajaran biologi , tapi entah kenapa bu yola gak masuk, aku mulai kwatir terjadi apa apa setelah kejadian kemarin. * Eh Sumrina , lo kenapa sich, diam aja gitu, ayam lo ilang?* tanya octa dengan gaya kasnya
* Nama guwe rina kagak ada sumnya.* jawabku. Aku dengar mereka cekikan entah apa yang mereka bahas.Pikiranku melayang kemana mana. Lamunanku buyar saat lonceng sekolah tanda istirahat bunyi. *Gak ke kantin ri?* tanyaku pada riana. Belum sempat riana menjawab , tanganku sudah di tarik sama mifta.sesampainya di kantin , kita duduk di meja paling belakang Dan ternyata riana mengikutiku dari belakang , dia kemudian duduk di meja dekat meja kami. *Eh dengar dengar bu yola sakit lo.* kata mifta. * sakit apa?* tanyaku. * katanya sich terkilir kakinya.* jawab mutia.* Nanti kita jenguk yok.* ajakku. * ogah.. entar guwe di cekik sama rodit,* kata octa. * aku juga serem ,* kata mifta. * aduh.. aku juga takut kalo sendirian ke sana. * kataku. * na.. guwe tau .* kata mutia sambil
menaikkan alisnya nunjuk ke riana. * Riana?* tanyaku pelan. * iya, rodit takut sama dia,* bisik mifta. * kok bisa?* tanyaku. * Rodit itu galak di luar aja, dulu pernah ni dia hukum kepala sekolah sebab tawuran, eh dia nangis,* cerita mifta. * masa sich?* kataku sambil ketawa.* iya .. pada hal tawuran kan, dia menang sendiri lo.* lanjut mutia. Aku pun ikuti saran temenku. aku dekati riana . *Ri kami mau jenguk bu yola, kamu ikut ya.* kataku riana mengangguk perlahan. Dia kemudian memberikan tapawer yang dia bawa
Aku mengerti maksudnya. aku membuka tapawernya dan mengambil sepotong roti dari tapawer. Riana memang bukan tipe orang yg pelit , aku malas bawa bekal jadi dia sering berbagi bekal denganku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience