Pagi-pagi lagi Amirul sudah terpacak di pagar sekolah. Hari ini dia bertugas. Sambil-sambil itu matanya melilau mencari Afiatul.
Biasanya Afiatul yang akan menghantar Rayyan ke sekolah.
Amirul tersenyum lebar saat melihat Afiatul turun daripada kereta sambil memimpin tangan Rayyan.
" Assalamualaikum " .
" Waalaikumsalam " jawab Afiatul dingin.
" Waalaikumsalam ustaz " jawab Rayyan ceria.
" Maksu balik dulu, belajar rajin-rajin okay. Nanti balik maksu ambil. Bye " dahi Rayyan dikucup lembut.
" Okay maksu. Bye " Rayyan melambaikan tangannya pada Afiatul sebelum berlalu masuk ke dalam kawasan sekolah.
Afiatul cepat-cepat ingin berlalu ke kereta semula. Namun baru sahaja dia ingin melangkah namanya dipanggil.
" Fia, sekejap " panggil Amirul.
" Apa dia? " soal Afiatul.
" Fia okay? Kenapa diam jer? Selalunya tak macam ni " soal Amirul.
" Tak ada benda nak cakap. Saya diam jer lah. Salah ke? " .
Amirul tersenyum kelat.
" Tak. Tak salah. Cuma saya pelik jer bila tiba-tiba Fia diam " .
" I got to go. Assalamualaikum " Afiatul terus berlalu.
" Waalaikumsalam " jawab Amirul.
Semakin pelik dia dengan sikap Afiatul. Seperti ada yang tak kena sahaja.
???
" Weh asal tak termenung? Makan lah. Sedap tu aku masak " soal Aizat.
Sejak daripada tadi dia lihat Amirul asyik termenung sahaja. Pinggannya yang berisi nasi masih tidak luak.
" Aku pelik lah Zat " .
" Pelik kenapa pulak? " .
" Fia. Tiba-tiba jer dia berubah. Macam aku ni ada buat salah kat dia. Nak kata aku buat salah. Rasanya tak ada pulak " cerita Amirul.
" Apa yang berubahnya? " .
" Dia selalu bila jumpa aku, borak-borak panjang. Sekarang ni tiba-tiba dia jadi pendiam. Bila aku tanya dia macam marah jer " .
" Oh biasalah tu perempuan. Perempuan ni lain macam sikit. Kau kena faham Mirul. Dia orang ada mood dia orang. Kalau okay, haa okaylah. Kalau tak, macam yang kau cakap tadi tu lah " .
" Lain Zat. Cara dia tu macam aku ada buat salah dengan dia. Tapi aku tak tahu salah aku apa " .
" Yang kau risau sangat ni kenapa ea? Kau ada hati dengan Fia tu ke? " teka Aizat.
" Tak adalah. Aku cuma... " .
" Dah lah Mirul. Tak payah nak sembunyi kan lagi perasaan kau tu. Kalau suka, cakap jer suka. Terus terang kan senang. Tak ada salahnya pun " .
Amirul diam.
" Dah makan cepat. Kesian nasi tu. Daripada tadi aku tengok kau tenung pinggan tu sampai tembus dah " .
" Yelah-yelah " Amirul menyuap nasi ke dalam mulutnya.
Share this novel