Completed
                        
63
                    Senja berwarna merah membakar langit, seperti mencerminkan pertumpahan darah yang baru sahaja terjadi di reruntuhan markas lama keluarga Siika. Angin bertiup kencang, membawa serpihan debu dan abu yang perlahan menutupi jejak pertarungan terdahulu.
Ariey berdiri tegak di atas tumpukan puing, matanya menatap jauh ke arah horizon. Bajunya koyak, darah mengalir dari luka di pelipis dan bahunya, tetapi sorot matanya masih menyala penuh amarah. Di tangannya tergenggam pecahan medali emas bertuliskan lambang keluarga Siika — satu-satunya peninggalan ibunya yang tersisa.
"Sudah waktunya," gumamnya. "Aku akan kembalikan kehormatan ibu. Dengan darah."
Di kejauhan, suara derap langkah menghentak tanah. Sabrina muncul dari balik reruntuhan dengan tubuh penuh luka, tetapi sorot matanya tidak kalah tajam dari Ariey. Di tangannya, ia membawa kotak logam kecil yang berkilat—sesuatu yang telah lama mereka cari: fail Perjanjian Darah.
“Ariey…” suara Sabrina serak. “Aku temukan ini di ruang tersembunyi di bawah tanah. Ini berisi seluruh perjanjian gelap keluarga Siika dengan organisasi bawah tanah Jaringan Scarla.”
Ariey mengambil kotak itu dan membukanya perlahan. Di dalamnya ada dokumen kuno yang ditulis tangan, dan di atasnya tanda tangan ‘Lorthan Siika’ — ayah tirinya.
“Jadi benar… Ayah tiriku menjual ibuku demi kekuasaan…”
Sabrina meletakkan tangannya di bahu Ariey. “Dan kita tidak akan membiarkan itu berulang. Kita akan membakar semuanya… dan bangkit dari abu.”
Tak lama, sebuah suara muncul dari balik bayang reruntuhan.
“Hoo… dua anak kecil sudah cukup berani menyentuh rahasia keluarga.”
Seseorang melangkah keluar. Sosok tinggi berpakaian hitam, wajahnya tertutup topeng perak. Di dadanya tergantung kalung bertanda lambang Jaringan Scarla. Namanya: Ashen Kord, tangan kanan Lorthan dan pemburu bayaran paling kejam di wilayah selatan.
Sabrina bersiap dalam posisi bertarung, sementara Ariey meletakkan dokumen itu perlahan ke tanah.
“Aku sudah menunggumu,” kata Ariey tenang.
Pertarungan pun pecah. Ashen Kord menyerang dengan bilah kembar beracun, tetapi Ariey sudah menghafal setiap gerakannya dari memori masa lalu. Tinju Ariey menghantam jantung musuh, dan pada saat bersamaan, Sabrina melepaskan tendangan berputar yang menghancurkan topeng perak Ashen.
Wajah lelaki itu terbuka — penuh bekas luka. “Kalian berdua akan menyesal dilahirkan…” katanya sebelum akhirnya rebah ke tanah, tak bergerak.
Sabrina menghela nafas, tubuhnya gemetar. “Sudah berakhir?”
Ariey menggeleng. “Belum. Ini baru permulaan. Masih banyak nama dalam perjanjian ini. Kita akan kejar mereka semua.”
Senja semakin pekat. Di ufuk timur, langit mulai kelam, tapi cahaya kecil dari lolipop yang tergantung di leher Sabrina tetap menyala — simbol janji manis yang terus hidup.
Dan perjalanan ke persimpangan takdir baru pun dimulai.....
Share this novel