Completed
                        
63
                    Suasana malam di sekitar markas utama semakin sunyi. Bintang-bintang terlihat enggan menampakkan diri, seolah langit pun sedang menahan napas menyaksikan langkah besar yang akan diambil oleh Ariey dan pasukannya.
Ariey Siika berdiri di atas tebing batu, mengenakan jubah perang hitam keperakan dengan logo "Titan-K" terukir di bahu kirinya. Rambutnya diikat ke belakang, dan tatapannya tajam menerobos ke arah barat daya—tempat di mana musuh terakhirnya bersembunyi: organisasi bawah tanah bernama Black Revenant.
"Mereka takkan berhenti hingga dunia kembali jadi kegelapan penuh darah," bisiknya pelan.
Dari belakang, Sabrina menghampiri. Gadis yang dulunya hanya seorang pelajar biasa, kini telah tumbuh menjadi pendekar perempuan yang tangguh. Di pinggangnya tergantung pedang putih perak pemberian Ariey, dan jubah khas Titan-K membalut tubuh rampingnya.
"Kau pernah bilang padaku, Ariey," katanya, menyentuh bahunya, "bahwa selama kita bersama, kita takkan pernah mundur."
Ariey tersenyum lirih. "Kau ingat semua kata-kataku, ya?"
"Tentu. Dan aku juga masih menyimpan lolipop itu. Separuhnya belum habis, masih semanis dulu... seperti cintaku padamu."
Keduanya tertawa kecil, namun suara itu segera ditelan oleh dentuman besar dari kejauhan. Gempa kecil mengguncang tanah. Lampu siren di markas berwarna merah menyala.
"Laporan masuk!" seorang komandan wanita dari dalam markas berteriak lewat radio. "Kami mendeteksi pergerakan besar-besaran dari Black Revenant. Mereka memakai sistem medan gangguan optik. Dan... mereka membawa seseorang."
"Siapa?" tanya Ariey tajam.
"Data kami hanya bisa menembus satu gambar... ini."
Sebuah hologram terbuka.
Tampak seorang pria tua, wajahnya rusak, matanya merah menyala, dan tubuhnya separuh mekanikal. Sabrina menatap dengan mata membesar.
"Itu... itu Profesor Darok! Bukankah dia sudah mati di Orbit Alpha 4 tiga tahun lalu?"
Ariey memejamkan mata. Suara dari masa lalu menghantam pikirannya seperti palu.
> "Anak bodoh! Kau pikir kekuatan itu akan menyelamatkan semua orang? Dunia ini bukan tempat untuk idealisme. Dunia ini untuk yang sanggup mencipta neraka demi keadilan versinya sendiri!"
"Tidak... dia tak mati. Dia kembali," gumam Ariey.
---
Di sisi lain dunia, Kota Gelap Nevarro...
Profesor Darok duduk di atas takhta besi berlumur darah. Di sekelilingnya, puluhan mayat para pembelot Titan-K tergantung, dijadikan patung peringatan.
"Hari ini, Ariey Siika akan tahu... bahwa tak semua suara dari neraka hilang. Aku kembali, dan aku membawa kebenaranku sendiri!" katanya sambil menyuntikkan serum merah ke dalam tubuhnya.
Dari sudut ruangan, seorang wanita bertopeng berdiri. Aura hitam menyelimuti dirinya. Ia menatap Darok dan berkata dingin,
"Sudah waktunya. Perang suci dimulai saat bulan berdarah terbit."
---
Kembali ke markas Titan-K.
Ariey memanggil semua jeneral dan ahli strategi ke ruang dewan pertempuran. Di tengah ruangan, peta tiga dimensi muncul.
"Kita akan pecahkan kekuatan mereka dari tiga titik: Barat, Utara, dan melalui udara. Tapi aku sendiri akan turun ke jantung Nevarro. Profesor Darok... adalah milikku."
Semua mata tertuju pada Ariey. Tidak seorang pun berani menentang keputusan itu. Hanya Sabrina yang mendekat dan bertanya dengan suara perlahan.
"Aku ikut denganmu. Kita mulai perjalanan ini bersama. Kita akhiri bersama."
Ariey menatapnya lama, lalu mengangguk. "Kalau begitu... bersiaplah. Pintu neraka akan terbuka malam ini."
---
Tiga hari kemudian, di langit Nevarro...
Langit mendung. Hujan darah buatan menyiram kota. Ledakan demi ledakan menggema. Titan-K telah melancarkan serangan besar-besaran.
Sabrina dan Ariey berdiri di atas bangunan tertinggi, berhadapan langsung dengan Darok dan pasukannya. Wajah Darok tak lagi menyerupai manusia. Suara mekanikalnya menggema.
"Ariey... akhirnya kita bertemu lagi. Sudah kukatakan padamu lima belas tahun lalu, dunia ini bukan untuk orang lemah!"
Ariey menghunus pedangnya. "Dan aku akan tunjukkan padamu bahwa dunia ini bukan untuk iblis bermuka manusia."
Pertempuran meledak. Langit menyala merah. Kilatan pedang, peluru, dan kekuatan misteri bertabrakan.
Sabrina melindungi Ariey dengan tubuhnya, mengayunkan pedang putih. Tapi di tengah pertempuran, dia terkena serangan bayangan Darok.
"Sabrina!" jerit Ariey.
Namun sebelum tubuh Sabrina jatuh, dia berbisik, "Jangan menangis... kita janji tetap manis."
Ariey menahan tubuhnya. Amarah membakar. Darah di tubuhnya berubah warna. Simbol Titan-K di dadanya bersinar emas.
"Cinta yang kau sakiti... akan jadi kutukanmu. Aku adalah perang, tapi aku juga adalah cinta yang tak bisa kau hancurkan!"
Pertempuran Ariey dan Darok mencapai klimaks...
Share this novel