Bab 26: Ayah Kandungku adalah Musuh Dunia

Drama Completed 63

Langit malam itu muram. Awan bergulung seperti naga tua yang mengintai dunia dari atas langit. Pasca pertempuran sengit dengan Wendigo, pasukan gabungan kini merebut kendali Zona Merah. Namun kegembiraan kemenangan cepat sirna, kerana satu pesan video yang dikirimkan secara langsung ke seluruh dunia... dari musuh yang tidak pernah disebutkan namanya secara terbuka.

Seorang lelaki tua muncul di layar holografik besar. Berjubah hitam pekat, dengan rambut putih keperakan yang terurai seperti sutera berdarah, dan sepasang mata berkilat iblis.

“Salam, umat dunia,” katanya dalam nada yang tenang namun menggigilkan tulang. “Namaku... Dr. Adrast Siika.”

Seluruh markas hening.

Darah Ariey membeku.

> “Tak mungkin… itu…” Ariey bergumam. “Itu suara… dari mimpi-mimpi burukku.”

Sabrina mencengkeram lengan Ariey. “Itu... ayahmu?”

---

Pendedahan Yang Menghancurkan

> “Kalian semua menyebutku ‘pengkhianat manusia’, ‘iblis saintis’, ‘arkitek pembunuhan massa’. Tapi tidak seorang pun dari kalian tahu kebenarannya,” lanjut suara lelaki itu. “Aku membangun dunia ini. Aku mencipta sistem. Aku... mencipta anak lelaki yang kalian semua sembah sebagai pahlawan sekarang. Namanya... Ariey Siika.”

Seluruh ruangan terdiam.

> “Ya. Dialah anakku. Daging dari dagingku. Genetik terhebat yang pernah kutanamkan di dunia ini.”

“Bohong!” bentak Jeneral Lin dari Pasukan Asia Tenggara. “Itu propaganda—”

Namun Ariey menunduk. “Tidak… Aku tahu itu benar.”

Sabrina menatapnya, hati terpukul. “Kau tahu?”

Ariey mengangguk perlahan. “Sejak umur tujuh tahun... aku selalu melihat bayangan lelaki itu dalam mimpi-mimpiku. Dalam mimpiku, dia memberiku suntikan. Dia berkata, ‘Suatu hari kau akan membakar dunia demi kebenaran, Ariey.’ Aku... selalu sangka itu hanya mimpi buruk masa kecil.”

---

Rahsia Darah Siika

Dr. Adrast menyambung:

> “Sistem yang digunakan Ariey untuk menjadi dewa? Itu bukan milik langit. Itu bukan keajaiban. Itu adalah teknologi! Teknologi yang kubangunkan selama 43 tahun dalam penderitaan dan pengasingan. Sistem itu... tertanam dalam DNA Ariey. Ia adalah sistem Siika.”

> “Kau fikir kau bebas, anakku? Tidak. Setiap kali kau menggunakan kekuatanmu, itu adalah sebahagian dari programku. Setiap musuh yang kau kalahkan... adalah ujian yang kutanamkan. Dan sekarang... ujian terakhir akan tiba.”

Layar bergoyang. Gambar berubah.

Di skrin muncul imej satelit — orbit bumi dipenuhi objek aneh berbentuk prisma tajam, mengelilingi bumi seperti duri-duri raksasa.

> “Kami telah menanam 77 ‘Obelisk Pemangkin’ di orbit. Dalam 72 jam, jika kau tidak datang sendiri ke Singgahsana Null, sistem itu akan menghapus seluruh kesadaran manusia dan menggantinya dengan satu bentuk baru — Kehendak Siika. Dunia ini akan berlutut. Atau hancur.”

---

Bergelut Dengan Diri Sendiri

Sabrina berlutut di hadapan Ariey. “Kau bukan dia. Kau bukan rencana jahat. Kau adalah kau — lelaki yang aku kenal, yang pernah lapar dan menerima lolipopku, yang menyelamatkan anak-anak yatim, yang mencipta harapan.”

“...Tapi darahku darahnya, Sab.”

“Lalu apa? Aku pun anak dari keluarga pembunuh. Tapi aku memilih jalanku. Kau juga boleh!”

Ariey terdiam.

Jiwanya berperang.

Dia teringat ketika kecil, tinggal di pusat perlindungan, tubuhnya sering menggigil saat mimpi buruk menyerang. Dia teringat momen pertama kali melihat bayangan sistem dalam otaknya — “Selamat datang ke Modul Siika.”

Tapi dia juga teringat senyum Sabrina.

Jeritan budak-budak yang dia selamatkan.

Wajah guru pertamanya yang meninggal kerana melindunginya.

Dia bukan mesin.

Dia manusia.

Dan dia memilih untuk melawan darahnya sendiri.

---

Kebangkitan Tekad

Ariey berdiri. Wajahnya tenang, tapi matanya menyala.

“Panggil semua ketua pasukan global,” katanya. “Kita tidak sedang melawan organisasi lagi. Kita melawan... dewa palsu.”

Sabrina tersenyum di balik air mata. “Itulah lelaki yang aku cintai.”

Ariey memegang tangannya. “Sab... aku akan ke angkasa. Ke Singgahsana Null. Tapi kali ini, aku perlukan kau bersamaku.”

“Selalu,” jawab Sabrina.

---

Misi Terakhir Dimulai

Dalam 24 jam, markas sementara dipindahkan ke kapal angkasa taktikal milik Pasukan Eropah — Titan-9. Pasukan terbaik dari seluruh dunia berkumpul. Mereka bukan lagi tentara dari negara-negara berbeza. Mereka adalah Satu Dunia — pasukan kemanusiaan terakhir.

Ariey, dengan armor ‘Divine Reaper’ versi 7.0 ciptaannya sendiri, berdiri di ruang utama kapal.

Sabrina mengenakan pakaian khas orbit — berbentuk ramping, berkilauan biru, dengan sistem pelindung otak ganda.

> “Kita akan menembus orbit dalam 8 jam. Singgahsana Null berada tepat di sisi gelap bumi. Tidak ada komunikasi. Tidak ada radar. Hanya satu arah: maju.”

“Dan jika kita gagal?” tanya salah seorang tentara.

Ariey menatap semua orang.

“Jika kita gagal, dunia akan ditulis ulang dalam imej lelaki yang tidak pernah kenal erti kasih sayang. Dunia akan kehilangan senyuman. Cinta. Harapan. Maka tak ada pilihan... selain menang.”

---

> Di langit, kapal Titan-9 menembus awan, melaju ke angkasa dalam percikan api. Ariey menatap bumi dari balik kaca.

“Aku akan kembali... bukan sebagai anak iblis. Tapi sebagai lelaki yang menolak menjadi boneka takdir.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience