BAB 1 Senja Di Tanjung Pinang

Mystery Series 28

Anya memandang langit senja di Tanjung Pinang dengan perasaan hampa. Warna oranye dan ungu berpadu indah, menciptakan lukisan alam yang memukau. Namun, keindahan itu tak mampu menembus dinding kekosongan yang menggerogoti hatinya.

Dua tahun sudah ia mengabdikan diri sebagai dokter di klinik kecil di Kalimantan. Dua tahun yang terasa seperti siksaan tanpa akhir. Rutinitas yang monoton, pasien dengan penyakit yang itu-itu saja, dan minimnya tantangan membuatnya jenuh hingga ke tulang sumsum.

"Kapan aku bisa keluar dari lingkaran setan ini?" gumamnya lirih, menyesap kopi pahit yang sudah dingin.

Pikirannya melayang pada mimpinya dulu: menjadi dokter yang membantu orang-orang di daerah terpencil, memberikan pelayanan medis yang berkualitas, dan membuat perubahan nyata dalam hidup mereka. Namun, kenyataan tak seindah harapan. Ia merasa seperti terjebak dalam sangkar emas, dikelilingi keindahan alam namun terisolasi dari dunia luar.

Suara panggilan dari pengeras suara memecah lamunannya. "Penerbangan menuju Palembang, harap segera menuju ruang tunggu."

Anya menghela napas panjang, meraih tas ranselnya, dan melangkah menuju gerbang keberangkatan. Palembang bukanlah tujuan yang ia impikan, namun setidaknya ini adalah awal dari petualangan baru. Ia memutuskan untuk mengambil cuti beberapa minggu, mengunjungi temannya yang bekerja di sebuah LSM lingkungan. Mungkin, dengan melihat dunia dari perspektif yang berbeda, ia bisa menemukan kembali semangatnya yang hilang.

Di ruang tunggu, matanya tak sengaja menangkap sosok pria yang berdiri di dekat jendela. Pria itu tinggi, dengan rambut hitam berantakan dan mata yang menyimpan kesedihan mendalam. Ia mengenakan jaket kulit usang dan membawa kamera besar di bahunya. Sesuatu dalam diri pria itu menarik perhatian Anya. Ada aura petualang dan misteri yang terpancar dari dirinya.

Anya mencoba mengalihkan pandangannya, namun rasa ingin tahu mengalahkan segalanya. Ia memberanikan diri mendekati pria itu.

"Sendirian saja?" sapa Anya, berusaha terdengar ramah.

Pria itu menoleh, menatap Anya dengan tatapan yang tajam namun lembut. "Tidak juga. Aku selalu ditemani oleh bayangan masa lalu," jawabnya dengan suara serak.

Anya tertegun. Jawaban itu aneh, namun entah mengapa ia merasa tertarik untuk mengenalnya lebih jauh.

"Aku Anya," ucapnya, mengulurkan tangan.

"Rio," jawab pria itu, menjabat tangan Anya dengan erat. "Sampai jumpa di Palembang, mungkin?"

Anya tersenyum tipis. "Mungkin saja," jawabnya.

Tanpa mereka sadari, pertemuan singkat itu adalah awal dari perjalanan panjang yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Sebuah perjalanan yang akan membawa mereka ke jantung hutan Riau, di mana cinta dan kematian berdansa dalam irama yang mematikan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience