BAB 13 Penjaga Sumur Jiwa, Ujian Keberanian

Mystery Series 28

Semakin Anya mendekati Sumur Jiwa, semakin nyata pula kehadiran makhluk-makhluk penjaga. Suara-suara aneh menggema di antara pepohonan, bayangan-bayangan gelap bergerak di sudut matanya, dan aroma busuk menusuk hidung. Anya merasa seperti sedang memasuki dunia yang berbeda, dunia yang dipenuhi dengan kengerian dan kematian.

Anya terus berjalan dengan hati-hati, mengikuti petunjuk yang diberikan oleh peta kuno dan bisikan Rio. Ia menghindari jebakan-jebakan yang dipasang oleh makhluk-makhluk penjaga, melompati lubang-lubang yang dalam, dan merangkak di bawah semak-semak yang berduri.

Tiba-tiba, Anya mendengar suara gemerisik di semak-semak di depannya. Ia berhenti dan bersiap-siap. Ia mencabut pisau yang ia bawa dan menggenggamnya erat-erat.

Dari dalam semak-semak, muncul seekor makhluk yang mengerikan. Makhluk itu memiliki tubuh seperti manusia, tetapi kulitnya berwarna hijau pucat dan matanya merah menyala. Makhluk itu memiliki cakar yang panjang dan tajam, dan mulutnya penuh dengan gigi-gigi runcing.

Makhluk itu menggeram dan menerjang Anya. Anya menghindar dengan cepat dan menusuk makhluk itu dengan pisaunya. Makhluk itu menjerit kesakitan dan mundur selangkah.

Anya menyerang lagi, menusuk makhluk itu berulang kali. Makhluk itu mencoba melawan, tetapi Anya lebih cepat dan lebih kuat. Akhirnya, makhluk itu jatuh ke tanah dan mati.

Anya bernapas lega. Ia membersihkan pisaunya dan melanjutkan perjalanannya.

Tidak lama kemudian, Anya bertemu dengan makhluk penjaga lainnya. Kali ini, makhluk itu lebih kuat dan lebih ganas. Makhluk itu memiliki tubuh seperti beruang, tetapi kepalanya seperti serigala. Makhluk itu memiliki bulu yang tebal dan tajam, dan cakarnya sebesar pisau.

Makhluk itu mengaum dan menerjang Anya. Anya menghindar dengan susah payah dan mencoba menusuk makhluk itu dengan pisaunya, tetapi bulu makhluk itu terlalu tebal untuk ditembus.

Makhluk itu mencakar Anya dengan cakarnya yang tajam. Anya menjerit kesakitan dan terhuyung mundur. Ia merasakan darah mengalir dari lukanya.

Anya tahu, ia tidak bisa mengalahkan makhluk ini dengan pisaunya. Ia harus mencari cara lain.

Anya teringat akan jimat pelindung yang diberikan oleh Esih. Ia meraih jimat itu dan menggenggamnya erat-erat. Ia memejamkan mata dan memfokuskan pikirannya. Ia mencoba merasakan energi yang mengalir dari jimat itu.

Tiba-tiba, Anya merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya. Ia membuka matanya dan menatap makhluk itu dengan tatapan yang baru.

Makhluk itu terkejut melihat perubahan pada Anya. Ia mundur selangkah, ketakutan.

Anya mengangkat tangannya dan mengarahkan jimat itu ke arah makhluk itu. Ia mengucapkan mantra yang ia pelajari dari buku harian Dr. Ardi.

"Dengan kekuatan alam, aku memerintahkanmu untuk pergi!" seru Anya.

Makhluk itu menjerit dan menghilang menjadi asap.

Anya terhuyung lemas. Ia merasakan energinya terkuras habis. Ia bersandar pada sebuah pohon dan beristirahat sejenak.

Setelah merasa cukup kuat, Anya melanjutkan perjalanannya. Ia tahu, ia akan menghadapi lebih banyak makhluk penjaga di sepanjang jalan. Tetapi ia tidak takut. Ia memiliki jimat pelindung dan ia memiliki Rio di sisinya.

Akhirnya, Anya sampai di Sumur Jiwa.

Sumur Jiwa adalah sebuah danau kecil yang terletak di tengah lembah yang terpencil. Air danau itu berwarna hitam pekat dan mengeluarkan aroma yang aneh. Di sekeliling danau itu, berdiri patung-patung batu yang menggambarkan makhluk-makhluk mengerikan.

Anya merasakan aura kegelapan yang sangat kuat di tempat itu. Ia tahu, ia telah sampai di tempat yang sangat berbahaya.

Anya berjalan menuju tepi danau. Ia menatap air yang hitam pekat itu. Ia bisa merasakan jiwa-jiwa yang tersiksa berputar-putar di dalam air.

"Rio," bisik Anya. "Aku datang untuk membebaskanmu."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience