BAB 2 Jejak Luka Di Ibu Jari

Mystery Series 28

Rio menatap punggung wanita itu saat ia berjalan menuju gerbang keberangkatan. Anya. Nama yang sederhana, namun entah mengapa terngiang di benaknya. Matanya yang teduh, senyumnya yang tipis, dan aura kepedulian yang terpancar dari dirinya membuat Rio merasa tertarik. Sudah lama sekali ia tidak merasakan ketertarikan pada seseorang.

"Jangan bodoh, Rio," bisiknya pada diri sendiri. "Kau tidak pantas untuk siapapun."

Rio mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Langit senja semakin gelap, dihiasi bintang-bintang yang mulai bermunculan. Pemandangan itu mengingatkannya pada masa kecilnya, saat ia sering berbaring di atas rumput bersama ayahnya, menatap langit malam dan bermimpi tentang petualangan di tempat-tempat yang jauh.

Namun, mimpi itu hancur berkeping-keping saat ayahnya meninggal dalam kecelakaan tragis. Rio masih ingat dengan jelas malam itu. Suara sirene ambulans, bau anyir darah, dan tatapan kosong ibunya. Sejak saat itu, hidupnya berubah menjadi labirin yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan.

Ia mencoba melarikan diri dari masa lalunya dengan berkelana ke berbagai tempat, mengabadikan keindahan dunia melalui lensa kameranya. Namun, ke manapun ia pergi, bayangan masa lalu selalu menghantuinya. Ia merasa seperti membawa beban berat di pundaknya, beban yang tak mungkin bisa ia lepaskan.

Rio merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebatang rokok, dan menyalakannya. Asap putih mengepul di udara, membawa serta sebagian dari kegelisahannya. Ia menghisap rokok itu dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.

Matanya tertuju pada ibu jarinya. Di sana, terdapat bekas luka bakar kecil yang selalu mengingatkannya pada tragedi itu. Luka itu adalah simbol dari kesalahan fatal yang telah ia lakukan, kesalahan yang merenggut nyawa ayahnya.

"Maafkan aku, Ayah," bisiknya lirih. "Aku tahu aku tidak akan pernah bisa menebus kesalahanku, tapi aku akan terus mencoba."

Suara panggilan dari pengeras suara kembali terdengar, memberitahukan bahwa penerbangan menuju Palembang akan segera berangkat. Rio membuang puntung rokoknya, meraih tas ranselnya, dan melangkah menuju pesawat.

Ia tidak tahu apa yang menantinya di Palembang. Yang ia tahu, ia harus terus bergerak maju, mencari makna dalam hidupnya yang hancur. Mungkin, di tengah hutan Riau yang misterius, ia bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantuinya.

Saat ia menaiki tangga pesawat, matanya kembali bertemu dengan mata Anya. Wanita itu tersenyum padanya, senyum yang tulus dan penuh harapan. Rio membalas senyum itu, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan.

"Mungkin, hanya mungkin, aku bisa menemukan sedikit kebahagiaan bersamamu," pikirnya dalam hati.

Namun, takdir memiliki rencana lain. Sebuah rencana yang akan menguji cinta mereka, keberanian mereka, dan kemampuan mereka untuk bertahan hidup di tengah rimba yang mematikan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience