Series
28
Anya menyusuri jalan setapak yang semakin gelap dan sunyi. Semakin dekat ia ke perkampungan, semakin kuat aura kegelapan yang ia rasakan. Pohon-pohon di sekitarnya tampak seperti tangan-tangan kurus yang berusaha meraihnya, dan suara-suara aneh bergema di antara pepohonan.
Anya teringat Rio. Senyumnya, keberaniannya, dan pengorbanannya. Kenangan itu menjadi pelindung, menghalau rasa takut yang mulai menggerogoti hatinya. Ia tahu, Rio akan ingin ia melanjutkan perjuangan ini.
Akhirnya, Anya tiba di tepi perkampungan. Pemandangan yang menyambutnya jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan. Rumah-rumah tampak kosong dan gelap, dan aroma busuk menusuk hidung. Penduduk desa, yang dulu ramah dan ceria, kini berjalan dengan tatapan kosong dan gerakan kaku, seperti boneka yang dikendalikan oleh kekuatan jahat.
Anya melihat dua kelompok yang saling berhadapan di tengah desa. Satu kelompok dipimpin oleh seorang pria berjubah hitam, yang Anya kenali dari penglihatannya sebagai pemimpin ritual. Kelompok lainnya adalah penduduk desa yang masih memiliki sedikit kesadaran, berusaha melawan pengaruh jahat.
"Mereka terpecah," pikir Anya. "Kekuatan jahat ini berusaha menghancurkan mereka dari dalam."
Anya bersembunyi di balik sebuah pohon besar, mengamati situasi. Ia melihat pria berjubah hitam itu mengangkat tangannya, dan para pengikutnya mulai menyerang kelompok pemberontak. Pertempuran sengit terjadi, tetapi kelompok pemberontak kalah jumlah dan semakin terdesak.
Tiba-tiba, Anya melihat seorang anak kecil berlari ke arah pria berjubah hitam. Anak itu mencoba menyerangnya, tetapi pria itu dengan mudah menepisnya. Anak itu terjatuh, dan pria itu mengangkat pedangnya, siap untuk membunuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Anya berlari keluar dari persembunyiannya. Ia melompat ke depan dan mendorong anak itu menjauh dari pria berjubah hitam. Pria itu terkejut, dan Anya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerangnya dengan buku catatannya.
"Simbol ini akan menghentikanmu!" teriak Anya, mengarahkan simbol-simbol kuno ke arah pria itu.
Pria itu terhuyung mundur, kesakitan. Ia menatap Anya dengan mata merah menyala. "Kau! Kau menghalangi jalanku!"
"Jalanmu adalah jalan kegelapan!" balas Anya. "Aku akan menghentikanmu!"
Pertempuran pun dimulai. Anya melawan pria berjubah hitam dengan seluruh kekuatannya, menggunakan simbol-simbol kuno untuk melawannya. Pria itu sangat kuat, tetapi Anya tidak menyerah. Ia tahu, nasib desa ini berada di tangannya.
Saat pertempuran mencapai puncaknya, Anya melihat altar kuno di tengah desa. Altar itu memancarkan aura kegelapan yang kuat, dan Anya tahu bahwa itu adalah sumber kekuatan pria berjubah hitam.
Anya memutuskan untuk mengambil risiko. Ia berlari menuju altar, berusaha menghancurkannya. Pria berjubah hitam mencoba menghentikannya, tetapi Anya berhasil menghindarinya.
Anya melompat ke atas altar dan mengangkat buku catatannya tinggi-tinggi. Ia mengucapkan mantra kuno dengan suara lantang, dan simbol-simbol itu mulai bersinar terang.
Tiba-tiba, altar itu bergetar hebat. Retakan-retakan mulai muncul di permukaannya, dan aura kegelapan mulai memudar. Pria berjubah hitam berteriak marah, dan mencoba menghentikan Anya, tetapi terlambat.
Altar itu hancur berkeping-keping, dan cahaya terang menyinari seluruh desa. Kegelapan menghilang, dan penduduk desa mulai sadar kembali.
Pria berjubah hitam jatuh berlutut, kehilangan kekuatannya. Anya mendekatinya dan menatapnya dengan tatapan tegas.
"Kegelapan tidak akan menang," kata Anya. "Cahaya akan selalu menemukan jalannya."
Tiba-tiba, pria itu tertawa. "Kau pikir kau sudah menang? Kau salah. Kegelapan akan kembali. Dan saat itu, tidak ada yang bisa menghentikannya."
Dengan itu, pria itu menghilang menjadi debu.
Anya terhuyung mundur, kelelahan. Ia menatap penduduk desa yang mulai berkerumun di sekelilingnya. Mereka menatapnya dengan tatapan penuh terima kasih.
Anya tersenyum. Ia tahu, ia telah melakukan hal yang benar. Ia telah menyelamatkan desa ini dari kegelapan.
Namun, ia juga tahu bahwa ancaman itu belum sepenuhnya hilang. Kegelapan masih bersembunyi di suatu tempat, menunggu kesempatan untuk kembali.
Dan Anya tahu, ia harus siap menghadapinya.
Share this novel