BAB 4 Diantara Puing Dan Kesadaran

Mystery Series 28

Anya membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat dan berdenyut-denyut. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Ia mencoba bergerak, namun tubuhnya terasa kaku dan sulit digerakkan.

Ia melihat sekelilingnya. Kabin pesawat hancur berantakan. Kursi-kursi tercabik, dinding-dinding robek, dan puing-puing berserakan di mana-mana. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah di antara reruntuhan, menciptakan bayangan yang aneh dan menakutkan.

"Di mana aku?" gumam Anya lirih.

Ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Pesawat, turbulensi, teriakan, dan kemudian... kegelapan. Ia ingat ia menggenggam tangan Rio erat-erat.

"Rio!" serunya, berusaha mencari sosok pria itu di antara reruntuhan.

"Anya..."

Anya menoleh ke arah suara itu. Ia melihat Rio terbaring di dekatnya, tertimpa puing-puing. Wajahnya berlumuran darah, namun ia masih sadar.

"Rio! Kau tidak apa-apa?" tanya Anya panik, berusaha mendekati Rio.

"Aku... aku baik-baik saja," jawab Rio dengan suara lemah. "Tapi kakiku... sepertinya patah."

Anya berusaha menyingkirkan puing-puing yang menimpa Rio. Dengan susah payah, ia berhasil membebaskan pria itu. Ia memeriksa kondisi Rio dengan cepat. Selain patah kaki, Rio juga mengalami beberapa luka memar dan goresan di tubuhnya.

"Kita harus keluar dari sini," kata Anya, membantu Rio untuk duduk.

"Kita di mana?" tanya Rio, melihat sekelilingnya dengan bingung.

Anya melihat ke luar melalui celah di antara reruntuhan. Ia melihat pepohonan yang tinggi menjulang dan hutan yang lebat.

"Sepertinya kita di tengah hutan," jawab Anya. "Pesawat ini jatuh di suatu tempat di Riau."

Rio menghela napas panjang. "Sial. Kita benar-benar dalam masalah."

Anya membantu Rio untuk berdiri, meskipun pria itu meringis kesakitan. Mereka berjalan perlahan menuju pintu keluar pesawat yang hancur.

Saat mereka keluar dari pesawat, Anya melihat pemandangan yang mengerikan. Mayat-mayat bergelimpangan di sekitar reruntuhan. Beberapa penumpang masih hidup, namun terluka parah dan merintih kesakitan.

"Ya Tuhan..." gumam Anya, menutup mulutnya dengan tangan.

"Kita harus melakukan sesuatu," kata Rio, meskipun suaranya lemah. "Kita harus membantu mereka yang masih hidup."

Anya mengangguk setuju. Ia adalah seorang dokter. Ia memiliki tanggung jawab untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.

Mereka mulai mencari korban yang masih hidup dan memberikan pertolongan pertama. Anya menggunakan kain dari pakaian yang robek untuk membalut luka-luka. Rio membantu menenangkan para korban yang panik dan ketakutan.

Di tengah kekacauan dan kesedihan, Anya dan Rio bekerja sama dengan bahu membahu. Mereka adalah dua orang asing yang dipertemukan oleh takdir dalam situasi yang mengerikan. Namun, mereka memiliki satu tujuan yang sama: untuk bertahan hidup dan membantu orang lain.

Saat matahari mulai terbenam, Anya dan Rio menyadari bahwa mereka benar-benar terdampar di tengah hutan belantara. Mereka tidak tahu berapa lama mereka harus bertahan hidup di sana. Mereka tidak tahu apakah ada bantuan yang akan datang.

Yang mereka tahu, mereka harus saling mengandalkan dan menghadapi segala rintangan yang menghadang. Karena di hutan yang gelap dan mematikan ini, hanya cinta dan keberanian yang bisa menyelamatkan mereka.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience