Bab 8

Drama Series 6554

Ya, semenjak mas Romi memutuskan untuk menikah lagi, aku tak mau disentuh lagi olehnya. Tapi aku selalu melakukannya dengan Ayah mertua. Jika aku berhenti minum pil KB ini dan aku hamil, maka dapat dipastikan itu anak dari ayah mertua.

Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap meminum pil KB ini. Pada saatnya nanti, aku pastikan akan berhenti meminum pil Kb ini tapi tidak untuk sekarang.

***

Ternyata air galon dikamar tidurku habis, aku melangkahkan kaki menuju dapur untuk mengambil air, agar bisa meminum vitamin yang telah diganti isinya dengan pil KB.

Saat berada di dapur, aku mendengar suara dari arah taman belakang. Setelah meminum pil Kb, aku putuskan untuk melihat ke taman belakang.

Ternyata disana ada diskusi keluarga, aku putuskan untuk menguping pembicaraan mereka. Mereka sedang membahas pesta pernikahan antara mas Romi dan Tari, yang akan dilangsungkan 3 bulan lagi.

Hebat benar, keluarga ini. Bahkan aku tak dilibatkan dalam pembicaraan ini, tentu saja aku sakit hati karena bagaimanapun aku masih istri sah dari Romi Alvian.

Tari begitu bersemangat, saat menyampaikan tentang gaun pengantin, dekorasi, undangan dan hal lainnya yang menyangkut dengan pesta pernikahan mereka nantinya.

Intinya, Tari mau agar pestanya dibuat semewah mungkin. Dia tidak mau pesta yang sederhana karena itu hanya akan memalukannya.

Bahkan dia berani berkata, jika tak apa mengeluarkan uang yang banyak untuk pesta pernikahan mereka nanti. Dia menjamin bahwa sebulan setelah pesta pernikahan mereka dilaksanakan, dia pastikan akan segera hamil.

Betapa percaya diri sekali Tari, apakah dia lupa bahwa Tuhan yang mengatur segala sesuatu, termasuk kehamilan seseorang.

Baiklah, kita lihat saja nanti. Apa pesta pernikahanmu, akan berjalan sesuai impianmu atau tidak dan apakah kamu akan segera hamil?

Aku dapat menjamin bahwa Tari tidak akan bisa hamil karena aku sudah menyusun berbagai rencana dalam benakku.

***

Pagi ini aku berada dirumah sakit, aku datang untuk memata-matai ibu mertua, Tari dan Rani.
Semalam, aku mendengar bahwa mereka ingin memeriksakan keadaan Tari karena akhir-akhir ini dia sering pusing dan mual.

Ternyata mas Romi juga sama saja dengan buaya, dia bilang hanya mencintaiku tapi nyatanya dia malah menyentuh Tari sebelum pernikahan mereka.

Mereka mengantri dengan senyum kebahagiaan yang tak pernah henti, aku yakin mereka pasti sangat senang karena mereka berpendapat jika Tari sedang hamil.

Akupun yang melihat dari jauh, ikut cemas. Semoga saja Tari tidak hamil, agar aku bisa menjalankan rencanaku.

Temanku yang akan kuajak bekerja sama, akhirnya tiba dirumah sakit. Tadi sebelum kesini aku terlebih dulu menghubunginya.

"Gimana, sudah ada kabar belum?" Ratna, temanku langsung bertanya begitu dia duduk disampingku.

"Belum, tuh mereka masih antri" sambil menunjuk kearah mereka.

"Jadi gimana, apa yang akan kita perbuat?"

"Kita tunggu dulu, kalau hasil pemeriksaannya Tari hamil, kita batalkan saja rencana kita. Mungkin sudah takdir jika Tari yang bisa memberikan keturunan untuk mas Romi tapi jika hasil pemeriksaannya, Tari tidak hamil maka kita jalankan rencana kita.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya Tari dipanggil masuk kedalam ruangan pemeriksaan. Mereka keluar dari ruangan dengan wajah yang masam, akupun langsung bisa menerka hasil pemeriksaan tersebut.

Tidak mau gegabah, aku tetap mengikuti mereka untuk mengetahui yang sebenarnya.

"Mbak ini gimana sih, sakit lambung kok dibilang hamil" Rani terlihat kecewa.

"Iya, padahal mama udah senang banget loh. Dari malam, nggak bisa tidur hanya menunggu untuk datang kerumah sakit" ada nada kecewa juga dalam ucapan ibu mertua.

"Mama sama Rani tenang aja, aku pasti akan segera hamil. Pernikahan kami jugakan masih 3 bulan lagi" ucap Tari secara lirih.

"Mama nggak masalah, kamu mau hamil kapan. Tapi jika kamu bisa hamil lebih cepat, maka lebih cepat juga kita bisa mengusir Citra dari rumah" ibu mertua langsung berdiri.

"Iya mbak, jika mbak tadi benaran hamil, aku yakin pasti hari ini juga mas Romi bakal usir mbak Citra dari rumah. Karena aku udah nyusun kata-kata buat manasin mas Romi" Rani langsung mengandeng tangan ibu mertua.

Kasian sekali kalian, ternyata keberuntungan berada dipihakku. Aku tidak perlu lagi mencari cara untuk membawa Tari kerumah sakit untuk menjalankan rencanaku. Ternyata kalian sendiri yang langsung kerumah sakit.

"Jalankan rencana kita" kukirimkan pesan untuk Ratna.

Saat mereka akan melangkah keluar, Ratna yang sudah melakukan penyamarannya menjadi dokter memanggil mereka.

Saat aku lihat kearah Ratna, aku pun tak mengenalinya. Penyamaran yang sempurna, aku yakin tidak akan ada yang mengetahuinya.

Kulihat mereka bertiga berjalan menghampiri Ratna, entah apa yang mereka perbincangkan. Sesaat kemudian Ratna membawa Tari keruangan yang sudah disiapkan.

Saat Tari kembali, mereka bertiga langsung keluar dan menunu tempat parkir. Aku pun langsung menuju ke kafe merah, untuk menunggu Ratna.

Sepanjang perjalan aku terus tersenyum, aku sangat bahagia karena rencanaku berhasil.

***

"Senyum-senyum aja dari tadi kaya orang gila" Ratna mengagetkanku.

"Itu artinya, sahabatmu ini sedang bahagia"

"Iya deh, yang rencananya berhasil"

"Gimana tadi, sampe mereka percaya sama lu?"

"Gue bilang aja, untuk melakukan pemeriksaan ulang karena tadi ada kesalahan. Mungkin karena mereka sangat berharap si Tari itu beneran hamil ya, mereka menyetujui aja"

"Terus gimana, begitu didalam ruangan?"

"Gue pura-pura periksa, terus gue bilang aja kalo mbak yang sabar mungkin belum rejekinya tapi kalau mbak mau, saya bisa menyuntikkan obat kesuburan untuk mbak. Saya yakin ,pasti bulan depan langsung hamil karena sudah banyak yang mencobanya"

"Dan dia mau?"

"Ya maulah, bahkan dia terus tersenyum kaya lu tadi. Seandainya dia tau kalau obat yang gue suntikkan itu, untuk mengeringkan kandungan agar dia tak pernah hamil, pasti dia bakal bunuh diri"

"Ternyata ada baiknya juga lu pernah kerja di klinik ilegal" kami berduapun langsung tertawa lepas.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience