Bab 6

Drama Series 6558

Rani dan Tari langsung melihat kearah mas Romi, mereka menunggu jawaban yang akan diberikan. Aku berharap mas Romi mau berkata yang jujur, jika dia jujur maka aku akan memikir kembali tentang menuntut cerai darinya.

"Citra sayang, mas tahu kamu tidak terima dengan pilihan mas untuk menikah lagi tapi tolong, jangan fitnah mas sekeji ini." Hatiku sakit , sangat sakit. Aku berharap kamu jujur mas tapi kamu malah menuduh aku memfitnah mu.

Kulihat kearah Rani dan Tari, mereka melihatku dengam semyum mengejek. Seakan mereka berkata bahwa merekalah pemenangnya.

"Terima kasih Mas, jawabanmu semakin membuatku yakin dalam mengambil keputusan."

"Maksud Kamu apa?"

" Kamu tahu maksudku Mas." Aku langsung berdiri dan melangkahkan kaki untuk keluar tapi tanganku langsung dipegang oleh mas Reno.

"Jangan pulang, ayo kita makan. Setelah makan kita bersama- sama pergi untuk mengecek persiapan pernikahan kami" mas Romi meminta dengan nada memohon tapi aku tak peduli.

"Maaf mas, aku bukan batu yang tidak punya hati"

"Biarkan saja mas, ngapain sih ngajak dia?" Tari tidak setuju dengan permintaan mas Romi padaku.

"Iya mas, nggak usah diajak yang ada nanti malu-maluin. Seleranyakan kampung mas." Rani pun tidak setuju.

Tanpa menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut mereka lagi ,aku langsung pergi. Aku melangkah keluar dengan air mata yang membasahi pipi ini.

***

Sambil menangis aku duduk dipinggir jalan, aku meratapi akan nasib ini. Tiba-tiba ada yang menghapus air mataku ini, saat aku melihat ternyata ayah mertua yang melakukannya.

Aku langsung memeluk ayah mertua dan menangis sejadi-jadinya, aku merasa nyaman saat tangan kekar itu balas memelukku.

Aku meminta ayah mertua untuk membawaku ke hotel, aku ingin bermalam disana. Aku tidak ingin pulang, aku tak mau melihat wajah mas Romi.

***

"Bagaimana mas Seno bisa menemukan ku dipinggir jalan?" Kutatap ayah mertuaku dan bertanya setelah kami ada didalam kamar hotel.

"Saat kau menghampiri mereka bertiga, saat itulah aku masuk kedalam cafe. Aku ingin menghampiri kalian tapi aku takut kau marah."

"Jadi mas Seno melihat semuanya?"

"Ya, aku melihat semuanya. Bahkan saat kau berjalan sambil menangis dan duduk dipinggir jalan. Aku tak langsung menghampirimu karena aku yakin kau butuh waktu untuk sendiri dulu."

"Terima kasih selalu ada untukku."

"Itu semua karena aku mencintaimu."

"Pulanglah mas, aku ingin sendiri."

"Aku takkan pulang, aku akan menemanimu disini.
Aku tak berbuat apa-apa, aku hanya akan duduk dan menemanimu saja."

Hening....

Kami larut dalam pikiran masing-masing, aku memikirkan kembali, seandainya waktu itu kami tetap tinggal di apertemen mungkin keadaannya takkan seperti ini.

Mungkin rumah tangga kami masih aman dan selalu dalam keadaan bahagia, mungkin aku takkan menjadi wanita pendendam yang rela melakukan segala cara agar dendamku terbalaskan.

Drt drt drttt

HP ayah mertua berdering tanda ada panggilan masuk, aku yakin itu panggilan dari ibu mertua karena aku mendergar ayah mengatakan takkan pulang karena ada hal mendesak yang tak bisa ditinggalkan.

Akupun teringat denga HP ku, aku langsung mengambil HP dari dalam tas dan melihatnya. Ada puluhan kali telpon dari mas Romi dan ratusan pesan yang dia kirim.

Tak ada niat sedikitpun untuk membaca, apalagi membalas pesan tersebut. Aku langsung menghapus semua pesannya karena tak ada rasa penasaran tentang isi pesan itu.

Kulihat ayah mertua serius dengan HPnya. Aku langsung menghampiri dan duduk disampingnya. Aku melihat dia dengan senyum yang mengembang dan dia pun langsung memelukku.

"Maaf mas, tadi aku nggak sengaja mendengar pertengkaran mas dan mama" aku memulai percakapan kami.

"Nggak apa-apa kok sayang"

"Apa benar mas tidak pernah mencintai mama dan tidak pernah menyentuh mama selama ini?"

Ayah mertua langsung melepaskan pelukannya, ditatapnya aku dengan lekat.

"Maksud kamu?"

"Tadi aku mendengar ibu sendiri yang mengatakannya mas"

Dengan helaan napas yang dalam, mas Romi kembali menatapku.

"Itu benar tapi mas mohon jangan ada yang tahu"

Aku syok mendengar perkataan ayah mertua, itu artinya mas Romi dan Rani bukanlah anak ayah mertua.

"Jadi mas Romi dan Rani itu..." Aku tak melanjutkan kalimatku lagi.

"Iya, mereka bukan anak kandung kami. Mereka anak yang kami angkat tapi kami sangat menyayangi mereka seperti anak kandung kami. Kamu lihat sendirikan, bahkan tidak ada yang tahu tentang status mereka sampai saat ini. Mas harap kamu bisa menyembunyikan ini dari Romi dan Rani"

"Baiklah mas" ucapku sambil tersenyum

Bahkan ayah mertua tidak mau menyentuh ibu mertua tapi kenapa ayah mertua mau menyentuhku?

***

Saat siang hari, aku kembali kerumah. Saat sampai diruang keluarga ibu mertua tengah asyik menonton TV sambil memakan cemilan.

"Tumben dirumah, biasanya juga jam segini sudah keluyuran. Mungkin karena udah nggak punya uang kali" aku berkata dengan tersenyum tapi hanya didalam hati.

Saat aku melewati ibu mertua dan hendak menaiki tangga, ibu mertua kembali mengungkit kejadian di kafe, mungkin putri angkatnyalah yang sudah menceritakan untuknya.

"Emang enak nggak dibela sama suami sendiri, malu-maluin banget. Pasti berharap banget dibela, biar si Tari bisa malu, ehh taunya malah nggak dibela. Jadi malu sendirikan dihadapan calon adik madu" ibu mertua langsung tertawa bahagia

"Nggak apa-apa ma, ngga dibela. Tapi aku senang kok, pernah merasakan dicintai sepenuh hati dan diterima apa adanya. Bahkan aku juga senang pernah disentuh oleh suamiku sendiri dari pada selalu di bela tapi tak merasakan dicintai, diterima dan disentuh, kan percuma" kubalas dengan suara yang lantang dan senyum mengejek.

Ibu mertua langsung berhenti tertawa dan melihatku dengan tatapan yang entahlah, akupun tak mengerti.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience