Bab 4

Drama Series 6554

Lanjutan POV Seno/ayah mertua

Setelah ibu mengembalikan Romi ke wanda, perlahan-lahan ibu menutup mata dan pergi untuk selamanya.

Aku merasa terpukul, aku merasa menjadi anak yang paling durhaka di dunia ini. Aku tidak bisa membahagiakan ibuku, bahkan diakhir hayatnya ibuku pergi dengan segala kebohongan yang masih kusimpan. 

***

Hari berlalu dan keadaan kami masih sama, aku masih belum bisa menyentuh Wanda karena aku masih merasa bersalah atas kepergian Ira.

Romi Alvian, anak yang kami angkat tumbuh menjadi anak yang sehat dan periang, dia mendapatkan kasih sayang yang luar biasa, dia lah penghiburku ketika aku merasa penat dengan segala urusan di kantor.

Wanda tetap seperti dulu, tak ada yang berubah. Dia tetap asyik dengan geng sosialitanya tapi dia tetap memberikan perhatian untukku dan juga Romi.

"Mas kalau tidak sibuk, temani aku dan Romi ya." Ujar Wanda saat kami sedang makan malam.

"Kemana, sepertinya aku tidak bisa."

"Mas, aku mohon sekali ini saja, temani aku dan Romi. Teman- temanku sering ditemani suami mereka dan aku tidak pernah, aku selalu beralasan Kau sibuk tapi mereka mulai tidak percaya. Aku mohon mas."

"Memangnya Kalian mau kemana, apakah kehadiranku sangat penting?"

"Kehadiranmu sangat penting Mas agar mereka percaya kalau rumah tangga kita baik-baik saja dan normal seperti mereka."

"Hmm... Baiklah, besok aku temani tapi mau kemana dulu?"

" Terima kasih mas, besok kami akan mengantarkan bantuan untuk panti asuhan xxxxxx." Ujarnya dengan senyum mengembang.

Tidak pernah kuduga, bahwa Wanda juga bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Selama ini yang ku tahu, dia hanya sibuk shopping, jalan-jalan dan masih banyak aktivitas lainnya yang dia lakukan bersama geng sosialitanya tapi aku tidak pernah berpikir bahwa dia juga mau berkunjung ke panti asuhan.

***

Saat ini kami berada di panti asuhan xxxxxx untuk mengantarkan sumbangan, ternyata menyenangkan juga bisa berkumpul dan berbagi cerita bersama teman-temannya Wanda dan suami mereka.

Kami berkeliling panti, hanya sekedar untuk melihat anak- anak yang kurang beruntung ini. Saat kami ke ruangan bayi, mataku tak sengaja melihat seorang bayi mungil nan cantik. 

"Bayi ini orang tuanya kemana?" Aku yang langsung jatuh hati pada bayi perempuan tersebut, langsung bertanya pada pengurus yang ada.

"Ibunya meninggal Pak dan tidak ada keluarga yang bisa dihubungi. Akhirnya, pihak rumah sakit mengantarkannya kesini seminggu yang lalu."

Aku terus tersenyum, memandang bayi mungil ini.

"Kayanya pak Seno sudah pengen punya anak perempuan, lihat aja dari tadi senyum-senyum terus melihat bayi cantik itu." Goda temannya Wanda.

"Sepertinya begitu, iyakan Ma?" Aku membalas ucapannya sambil melihat kearah Wanda. Wanda pun tersipu malu dengan wajah yang memerah seperti tomat.

***

Pada malam harinya, saat di kamar tidur, aku mengatakan keinginanku untuk memiliki anak perempuan. Wajah Wanda terlihat berbinar dan sangat bahagia.

"Akhirnya mas, ini yang aku tunggu-tunggu selama ini." Wanda berucap sambil berjalan kearah ku dengan tersenyum nakal.

Aku langsung berdiri dan menjauh darinya, dia seperti kebingungan melihat reaksiku. "Maafkan aku tapi maksud aku, gimana kalau kita mengadopsi bayi perempuan di panti tadi." Wanda terlihat kecewa tapi dia mengiyakan permintaanku.

Besoknya kami langsung menju ke panti asuhan xxxxx untuk mengurus surat-surat yang dibutuhkan, setelah semuanya beres, kami kembali kerumah dengan membawa bayi tersebut dan kami menamakannya Rani Cantika.

Kehidupanku  terasa lengkap dan bahagia dengan dua orang anak yang melengkapinya. Aku sendiri tidak tahu, apakah Wanda merasa bahagia atau tidak tapi yang kulihat, setiap hari dia selalu tersenyum saat bermain dengan anak-anak.

***

Pada suatu malam, Romi pulang kerumah dengan mengajak seorang gadis manis, gadis yang mengingatkanku akan sosok Ira. Romi memperkenalkannya sebagai calon istri tapi wanda marah besar dan tidak menerima, setelah mengetahui keadaan ekonomi gadis itu.

Romi pun nekat menikahinya tanpa kehadiran kami. Saat usia pernikahan mereka yang keenam bulan, entah mengapa Wanda dan Rani meminta mereka untuk tinggal bersama kami. Ternyata Wanda dan Rani berniat untuk memisahkan mereka.

Awalnya aku tak peduli tapi tanpa sengaja aku melihat foto kedua orang tua Citra yang dipegangnya, lututku langsung lemas. Ternyata Citra adalah keponakan Ira.

Aku pun bertekad menjaganya, layaknya ayah kepada anaknya. Kedekatan yang kubuat agar bisa menjaga Citra dari perlakuan buruk Wanda dan Rani berubah menjadi cinta.

Gayung bersambut, bahkan Rani dengan terang-terangan menunjukkan rasa cintanya padaku. Akhirnya hubungan terlarang kamipun dimulai. Kami tak segan melakukan hubungan layaknya suami istri, bahkan aku tak bisa menolak seperti aku menolak Wanda. Aku merasa seperti muda kembali, bahkan aku tak peduli pada keluargaku, aku tak bisa menolak semua permintaan Citra.

Bahkan aku hampir membuka hubungan kami didepan keluargaku tapi Citra masih keberatan. Citra belum siap, dia berjanji akan memberitahukan pada mereka jika dia dan Romi sudah bercerai.

Saat aku terlelap dengan Citra, didalam kamar tidurnya dan Romi, tiba-tiba pintu kamar digedor oleh Romi dari luar. Citra sangat panik tapi aku merasa santai, bahkan aku masih sempat memeluk Citra dan mencium pucuk kepalanya karena saat aku melihat Citra, aku seperti melihat sosok Ira, sosok yang membuat aku tak bisa menyentuh Wanda sampai saat ini.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience