Bab 14

Drama Series 6554

Lanjutan POV Wanda/ibu mertua

Aku berjanji akan membuat mas Seno mencintaiku, cepat atau lambat. Aku akan mengambil hatinya dengan menjadi istri yang baik, istri yang diidamkan oleh para suami.

Tapi ternyata aku salah. Diawal-awal pernikahan kami, aku begitu semangat memgambil hatinya. Berbagai cara aku coba lakukan tapi tidak membuahkan hasil.

Bahkan keinginanku untuk kuliah dan sekolah setinggi mungkin, aku lupakan. Aku tidak mau kuliah, fokusku hanya ingin mengambil hati mas Seno dan mendapatkan cintanya.

------------------------------------------------------------------------------

Saat mas Seno selesai kuliah, mas Seno meminta ijin pada mama Nita, untuk memantau anak perusahaan dipedalaman. Ibu mengijinkannya dengan syarat saat kembali nanti, kami sudah harus membawakannya seorang cucu.

Aku begitu senang mendengar persyaratan dari mama Nita, aku yakin mas Seno takkan mampu untuk menolak permintaan mama Nita.

Saat berada di pedalaman, aku tidak mau memakai jasa ART. Bukan tanpa alasan, aku hanya ingin agar hidup berdua saja dengan mas Seno dalam rumah. Dengan harapan mas Seno mau menyentuhku karena tak ada pengganggu.

Harapan ku tinggal harapan, ternyata masa Seno tak pernah mau menyentuhku bahkan hingga saat ini. Mas Seno selalu habiskan waktunya untuk bekerja, bahkan dihari libur sekalipun.

Aku akui, walau mas Seno tak pernah mencintaiku dan tak pernah mau menyentuhku tapi mas Seno selalu perhatian denganku.

Segala kebutuhanku terpenuhi bahkan sampai berlebihan. Mas Seno tak pernah melarang aku untuk melakukan apapun, bahkan dia tak pernah marah padaku sekalipun.

------------------------------------------------------------------------------

Suatu pagi, saat aku sedang menyiapkan sarapan untuk kami berdua, aku mendengar suara tangisan bayi dari arah pintu depan.

Begitu aku membuka pintu, ternyata ada seorang bayi mungil didalam dus. Aku langsung memanggil mas Seno dan memberitahukan padanya.

Saat mas Seno datang dan melihat bayi tersebut, kami langsung membawa bayi tersebut ke puskesmas.

Saat selesai diperiksa, kami berusaha untuk mencari tahu orang tua bayi tersebut tapi tak ada seorangpun yang tahu.

Akhirnya mas Seno menyampaikan niatnya untuk mengadopsi bayi malang tersebut, awalnya aku ingin menolak tapi mas Seno mengatakan kalau ini merupakan jawaban dari semua permasalahan kami, Sudah pasti tentang keinginan mama Nita untuk memiliki seorang cucu.

Ya, aku harus akui, selama kami dipedalaman tak pernah sekalipun kami kembali kekota, itu karena mas Seno yang tak mau menyentuhku dan memberikan ibunya seorang cucu. Akhirnya kami mengangkat bayi tak berdosa ini dan menamainya Romi Alvian.

------------------------------------------------------------------------------

Saat kami sedang sarapan mas Seno mendapatkan telpon dari asisten ibunya, yang menyampaikan kalau ibunya ma Seno sedang kritis. Kamipun langsung bersiap dan kembali kekota, Kami langsung menuju kerumah sakit tempat mama Nita dirawat.

Saat kami tiba disana, mama Nita terlihat terbaring dengan banyak alat yang menempel ditubuhnya.

Mama Nita langsung bangun saat tahu kedatangan kami, mama Nita pun langsung melihat kearah Romi dan mengulurkan tangannya untuk menggendong Romi karena yang mama Nita tahu, Romi adalah anak kami, cucunya. 

Setelah puas menggendong Romi dan menciuminya, mama Nita mengembalikannya padaku. Mama Nita mengucapkan terima kasih karena telah memberikannya seorang cucu, hatiku menangis mendengar ucapan terima kasihnya tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.

Mama Nita tersenyum kearah kami bertiga, dan perlahan-lahan matanya mulai tertutup. Ya Tuhan, orang yang sudah ku anggap seperti ibu kandungku sendiri, telah pergi untuk selama-lamanya. Tanpa tahu kebenaran yang terjadi dalam rumah tangga kami.

-----------------------------------------------------------------------------
Tidak ada yang berubah dengan kehidupan kami, semua berjalan seperti biasanya. Aku mulai aktif dengan geng sosialita ku.

Pada suatu hari, aku mengajak mas Seno untuk pergi bersama geng sosialitaku, mengantarkan bantuan di panti asuhan xxxxxx. Aku berharap dengan melihat anak kecil disana, hati mas Seno akan tergerak untuk memiliki anak.

Awalnya mas Seno menolak tapi aku terus mencari alasan, hingga akhirnya mas Seno mau ikut. Aku begitu senang, ini pertama kalinya mas Seno mau bergabung dengan geng sosialitaku.

Ternyata rencanaku berhasil, mas Seno terus tersenyum saat kami berada di ruangan bayi. Saat temanku menggoda mas Seno yang sepertinya ingin memberikan adik untuk Romi, mas Seno malah melihat kearahku dan mengiyakan.

Hatiku begitu berbunga-bunga, aku rasakan panas dibagian wajahku. Sepertinya wajahku sudah berubah merah seperti tomat.

------------------------------------------------------------------------------

"Sepertinya, Sudah saatnya Romi memiliki adik" satu kalimat yang keluar dari mulut mas Seno tapi mampu membuat aku terbang ke langit ketujuh.

Aku yang begitu bahagia langsung menghampiri mas Seno tapi sayang, aku harus kembali menelan pil pahit karena ternyata adik yang dimaksudkan adalah bayi yang dilihat oleh mas Seno di panti asuhan.

Walaupun aku kecewa tapi aku mengiyakan permintaan mas Seno. Kamipun mengadopsi seorang bayi perempuan dan menamainya Rani Cantika.

Kulihat mas Seno begitu bahagia saat bermain dengan Romi dan Rani. Bahkan mas Seno sekarang pulang kerja lebih awal, hanya untuk bisa bermain dengan mereka.

Aku yang awalnya mengangkat mereka dengan berat hati sekarang menjadi sayang kepada mereka dengan tulus hati. Bahkan kasih sayangku bagi mereka, membuat aku menjaga rahasia tentang status mereka yang hanya anak angkat.

-----------------------------------------------------------------------------

Romi dan Rani tumbuh menjadi pria yang tampan dan wanita yang cantik. Romi pun sudah bekerja di perusahaan papanya sedangkan Rani masih menuntut ilmu di bangku perguruan tinggi.

Beberapa kali aku tak sengaja melihat Romi berjalan mesra dengan seorang wanita, kulihat wanita itu sangat cantik, walaupun dengan penampilannya sangat sederhana.

Saat melihat kebahagiaan mereka, aku ikut bahagia. Aku berjanji dalam hati, aku akan menyetujui apapun pilihan hati anak-anakku untuk menjadi pendamping hidup mereka. Takkan kupaksakan kehendakku pada anak-anakku, aku tak mau mereka merasakan apa yang kurasakan.

Lewat beberapa hari setelah aku melihat Romi dan teman wanitanya itu, aku kembali melihat wanita itu tapi kali ini bukan dengan Romi, melainkan dengan ayah, ibu dan mungkin adiknya. Mereka sedang makan, sepertinya teman wanita Romi baru saja gajian, pikirku.

Dari tampilan mereka, aku bisa menebak kalau mereka dari keluarga yang kurang mampu. Tapi tak mengapa bagiku, toh dulu aku juga berasal dari keluarga yang jauh dari kata mampu, bahkan ibuku hanya seorang ART.

Saat mereka selesai makan dan akan keluar, aku yang duduk dekat pintu begitu syok, melihat wajah kedua orang tua teman wanita Romi.

Aku yang awalnya bisa menerima teman wanita Romi menjadi marah. Dalam hati aku berkata "apapun yang terjadi, aku akan pisahkan mereka"

Bersambung...

 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience