POV Wanda/ibu mertua
Namaku Wanda Susana, aku terlahir dari keluarga yang jauh dari kata mampu. Ibuku hanyalah seorang ART sedangkan ayahku, aku tak tahu. Bahkan wajah dan rupanya pun aku tak tahu.
Sejak kecil aku hanya tinggal berdua dengan ibuku, aku tak pernah mengenal yang namanya kakek-nenek maupun paman- bibi, baik itu dari keluarga ayah maupun ibu.
Pernah aku bertanya tentang ayah pada ibu tapi ibu marah besar, semenjak saat itu aku tak pernah bertanya lagi.
Aku juga pernah bertanya tentang keluarga atau kerabat tapi ibu hanya berkata, bahwa dari dulu ibu hidup sendiri dan tak pernah ada keluarga ataupun kerabat.
***
Ibuku bekerja disebuah rumah yang sangat besar dan mewah, bahkan ibuku sangat beruntung karena memiliki majikan yang sangat baik.
Setiap harinya ibuku akan pergi bekerja pada pukul 06.00 pagi dan akan pulang pada pukul 18.00 malam.
Walaupun ibuku hanya seorang ART tapi aku bisa bersekolah di sekolah yang bagus karena dibiayai oleh majikan ibuku. Aku yang cukup berprestasi di sekolah, membuat aku selalu masuk peringkat 5 besar.
Walaupun aku jarang bertemu dengan majikan ibuku, tapi beliau suka membelikan aku pakian yang bagus-bagus, tas, sepatu dan segala pernak pernik, tak segan dibelikan untukku.
Aku masih ingat saat aku lulus SMP dan akan masuk ke SMA , aku mendapat peringkat 3 umum. Pada saat malam ibuku pulang, majikan ibuku menitipkan laptop dan HP untukku. Kata ibuku, itu hadiah untukku karena sudah mau belajar dengan giat.
Hidupku terasa bahagia, walaupun ibuku hanya seorang ART. Majikan ibuku yang sangat baik, membuat kami tak pernah berkekurangan.
Aku bertekad, akan bersekolah dengan baik. Aku akan mempunyai pekerjaan yang bagus untuk membahagiakan ibuku.
***
Pada saat hari kelulusan SMA ku, aku dinyatakan lulus dengan mendapatkan peringkat 4 umum. Walaupun sedikit kecewa karena aku berharap bisa mendapatkan peringkat 1 atau 2.
Dijalan saat akan pulang kerumah, HP ku berbunyi ada tanda panggilan masuk. Saat aku melihat ternyata telpon dari ibuku, aku langsung menjawab panggilan tersebut.
Akan tetapi, ternyata yang menelpon adalah majikan ibuku dengan menggunakan HP ibuku, beliau mengatakan bahwa aku harus segra kerumah sakit karena ibuku terjatuh dari lantai 2.
Aku yang syok, langsung bergegas mencari ojek dan berangkat kerumah sakit. Saat sampai disana ibuku tertidur dengan kondisi yang sangat lemah.
Setelah menjalani perawatan selama 2 minggu dirumah sakit, ibuku pergi untuk selamanya. Aku sangat terpukul, hidupku kini tinggal sebatang kara.
***
"Panggil saya dengan sebutan mama Nita" itulah yang diucapkan oleh majikan ibuku, saat kami selesai memakamkan ibuku.
"Baik, nyo.. eh maksud saya mama Nita" ucapku tergagap, beliau hanya melihat kearahku dan tersenyum.
"Ayo kita pulang, kemasi semua barang mu dan ikut dengan saya"
"Maksudnya?"
"Sebelum ibumu meninggal, ibumu meminta saya untuk menjagamu jadi sekarang kamu ikut dan tinggallah bersama saya"
"Tapi..."
"Sudahlah, jangan banyak berpikir"
Kamipun langsung pulang, begitu sampai dirumah aku langsung berkemas. Setelah selsai berkemas akupun langsung ikut mama Nita kerumahnya.
Mama Nita mengatakan kalau doa untuk ibuku, akan dilaksanakan dirumahnya saja. Kata beliau, ibuku orang baik jadi banyak temannya juga di sekitar rumah mama Nita.
***
Ternyata mama Nita membawaku kesini bukan sebagai pembantu tapi sebagai anak angkatnya. Bahkan beliau memperlakukaku sama seperti beliau memperlakukan mas Seno.
Sebulan setelah kepergian ibuku, aku tak sengaja mendengar permintaan mama Nita ke mas Seno untuk menikahiku. Aku sangat bahagia karena memang semenjak awal aku kesini dan bertemu dengan mas Reno, aku sudah jatuh hati.
Mas Seno merupakan sosok yang penyanyang dan baik hati, bahkan dengan aku yang hanya anak dari seorang pembantu pun diperlakukannyya dengan baik.
Ada rasa kecewa saat mendengar mas Seno menolak untuk menikahiku, aku mulai menghindar jika bertemu dengannya. Aku tidak mau rasa cinta ini semakin tumbuh, mungkin dengan menghindar darinya rasa ini akan ikut hilang.
***
Hari berganti hari dan kulihat hubungan mama Nita dan mas Seno seperti ada jarak tapi aku terlalu takut untuk bertanya.
Aku tidak mau terlibat dengan urusan mereka, saat ini fokusku hanya ingin mendaftar ke perguruan tinggi, agar ibuku bisa tersenyum dari atas sana.
Saat aku dan mama Nita duduk diteras sambil cerita dan tertawa, kami juga sedang mencari perguruan tinggi yang bagus untuk mendaftar. Kulihat mas Seno pulang dari kampus, saat mas Seno akan menghampiri kami, tiba-tiba mama Nita menarik tangganku dan masuk kedalam.
Seminggu setelah kejadian itu, mama Nita memanggilku kekamarnya. Beliau mengatakan bahwa aku dan mas Seno akan segera dinikahkan.
***
Aku duduk atas tempat tidur dengan terus tersenyum, sambil membayangkan hari pernikahan itu tiba.
Aku tahu jika mas Seno tidak mencintaiku, mas Seno menikahiku hanya untuk menyenangkan hati mama Nita tapi biarlah, itu tak masalah.
Aku berjanji akan membuat mas Seno mencintaiku, cepat atau lambat. Aku akan mengambil hatinya dengan menjadi istri yang baik, istri yang diidamkan oleh para suami.
Tapi ternyata...........
Bersambung...
Share this novel