Bab 5

Drama Series 6554

"Citra buka pintunya, kamu ngapain sih didalam?" Terdengar suara mas Romi memanggil dari luar dengan penuh amarah.

Aku begitu panik tapi ayah mertua terlihat santai dan tanpa beban dia malah memeluk dan mencium pucuk kepalaku.

Tiba-tiba layar HP ku menyala tanda ada pesan masuk, saatku lihat isi pesan tersebut aku langsung tersenyum.

"Ngapain kamu ganggu ketenangan aku mas?" Teriakku lantang dari dalam kamar.

"Aku mau masuk kedalam, lagian kamu ngapain sampai pintu kamar pakai dikunci segala."

"Aku kunci pintu kamar karena aku tidak mau melihatmu, apalagi sampai melihat calon istrimu itu."

"Kamu ini kenapa sih, akhir-akhir ini suka buat aku emosi?"

"Aku kenapa?"

"Sudahlah, cepat buka pintunya aku mau masuk. Aku ingin ganti pakian dan setelah itu,aku akan pergi."

"Tidak bisa, aku tidak akan mengijinkan kamu masuk. Enak saja, kamu pulang kerumah dengan membawa calon istrimu, bahkan kau menggedor-gedor pintu dan meneriakku. Aku tidak mau melihat mukamu."

"Aku hanya ingin ganti pakian."

"Silahkan cari pakian ganti ditempat lain tapi tidak dikamar ini, cepat bawa pergi perempuan itu dari sini sebelum aku semakin marah."

Hening....

Aku tak lagi mendengar suara mas Romi, Mungkin dia sudah kembali ke ruang tamu. Aku bisa bernapas lega karena akhirnya mas Romi tidak jadi masuk kekamar. Seandainya tadi mas Romi jadi masuk kekamar, aku tak tahu apa yang akan terjadi.

Sepertinya aku harus berterima kasih kepada bik Murni karena pesan yang dikirimnya, dapat membuat aku menemukan ide untuk melarang mas Romi masuk kekamar. "Non Citra yang kuat dan sabar ya, Den Romi pulang sama non Tari." Itulah isi pesan dari bik Murni.

***

"Mas kamu akhir-akhir ini, kenapa sih?" Aku yang ingin ke taman samping, tak sengaja mendengar perdebatan ayah mertua dan ibu mertua.

"Kenapa, gimana maksud kamu?"

"Kamu aneh mas, semua kartu kredit dan ATM aku kamu sita, setiap panggilan telpon dari aku kamu abaikan"

"Kartunya aku simpan dulu karena perusahaan sedang mengalami krisis keuangan dan soal telpon, aku akhir-akhir ini sangat sibuk."

"Bohong kamu mas, dulu sesibuk apapun kamu, kamu takkan pernah mengabaikan telpon dari aku tapi sekarang apa, tadi aku telpon hingga berpuluh-puluh kali tapi tidak kamu angkat."

"Akukan sudah bilang, kalau aku sedang sibuk karena perusahaan sedang mengalami masalah."

"Aku nggak percaya mas, pasti kamu ada main gila sama perempuan lain. Iyakan?"

"Kamu seperti orang yang sedang stres, ngomongnya ngelantur kemana-mana."

"Iya aku sedang stres, bahkan hampir gila. Aku bisa terima ketika kamu tidak mencintai aku dan kamu tidak mau menyentuh aku. Aku tidak apa-apa dengan semua itu, yang terpenting kamu tidak cuek dan mengabaikan aku tapi akhir-akhir ini sikap kamu berubah, kamu seolah tak mau peduli dengan aku dan anak- anak."

"Sudahlah, oke aku minta maaf." Ku lihat ayah mertua berusaha menenangkan ibu mertua dengan mengelus lengannya. Aku merasakan sakit hati yang luar biasa, perasaan apa ini. Bukankah aku tidak mencintai ayah mertua?

Aku langsung mengambil HP dari kantong celana, kukirimkan pesan pada ayah mertua, bahwa aku menunggunya di kafe merah.

Sengaja kulakukan hal ini, agar ayah mertua bisa menjauh dari ibu mertua karena aku tidak mau ayah mertua menjadi luluh jika melihat ibu mertua menangis tersedu.

***

Saat sampai di kafe merah, mataku menangkap wajah tiga orang yang tak asing lagi. Siapa lagi, kalau bukan Mas Romi, Tari dan Rani.

Kukepalkan kedua tanganku, dadaku naik turun. Aku merasakan pasukan oksigen yang kurang karena dadaku tersa sesak.

"Bahagia banget sepertinya, sampai lupa dengan yang ada di rumah." Kuhampiri mereka dan duduk disebelah mas Romi.

"Sa-yang, i_ni anu.. i-tu tadi mas mau ngajak kamu juga tapi kamu melarang mas masuk ke kamar dan akhirnya mas nggak jadi ngajak kamu."

"Ohhh, sepertinya belajaan kalian banyak banget ya."

"Ya jelaslah banyak, ini akan untuk persiapan pernikahan aku sama mas Romi, iya kan sayang?" Ternyata Tari ada nyali juga, untuk menyambung perkataanku.

Ku lirik kearah mas Romi, dia hanya diam dan tak ada niat untuk menjawab pertanyaan Tari.

"Ngapain harus belanja sebanyak ini mas, kalau kamu hanya menikahinya untuk mendapatkan anak. Yang biasa saja mas dan sederhana saja, sayangkan kalau belanja banyak, begitu dia hamil dan melahirkan, anaknya kita ambil dan kamu ceraikan dia, yang ada kita yang rugi mas." Kupancing emosi Tari, biar dia marah dan menarik perhatian pengunjung yang ada.

"Maksudnya apa mas." Ucap tari dengan teriakan yang langsung membuat para pengunjung memperhatikan kami. 

"Jangan percaya sama dia mbak Tari, dia hanya mengada-ngada, biar hubungan mbak Tari sama mas Romi jadi hancur. Dengan begitu dia bisa tetap jadi istrinya mas Romi." Ternyata Rani merupakan calon adik ipar yang baik buat Tari, karena dia Berusaha membela Tari.

"Kalian berdua nggak percaya?" Aku menaikkan sebelah alisku.

"Ya, nggak percayalah. Dilihat dari manapun, mbak Tari lebih baik dari kamu." Rani terus membela sang calon kakak ipar.

"Okelah kalau begitu, mas silahkan sampaikan pada mereka bahwa apa yang aku katakan ini merupakan kalimat yang selalu kamu katakan padaku setiap malam, agar aku tak menuntut cerai darimu." Kutatap lekat wajah yang masih kucintai walaupun rasa cinta itu sudah mulai berkurang.

Rani dan Tari langsung melihat kearah mas Romi, mereka menunggu jawaban yang akan diberikan. Aku berharap mas Romi mau berkata yang jujur, jika dia jujur maka aku akan memikir kembali tentang menuntut cerai darinya.

bersambung...

Share this novel

Che Da(Ayunifalin)
2023-09-21 17:29:11 

jika mahu tanya lanjut mengenai penulis eksklusif Novel plus silakan WA Che da di nombor. +.6 0.1.1.1.5.6.3.4.2.8.2. titiknya mesti dibuang ya.


NovelPlus Premium

The best ads free experience