Bab 10

Drama Series 6554

Ibu mertua, Tari dan Rani langsung melihat kearah ku. Ada tatapan aneh disana, wajah ibu mertua seperti tomat. Kulihat tangan ibu mertua meremas kursi yang dia duduki.

"Kamu sehat mbak" Tari menatapku tajam.

"Memangnya kenapa?" Tanyaku santai sambil memakan cemilan.

"Jangan hanya karena mbak akan dimadu, mbak jadi stres. Sampai ngatain kalau aku dan mas Romi anak adopsi" Rani mulai sedikit melunak.

"Iya, tahu ni. Buat syok aja. Jangan gila dulu, kamu kan belum lihat mewahnya pesta pernikahan kami nanti" Tari ikut menimpali.

"Ohh, ok. Nggak apa-apa kok, kalau dibilang stres. Iya kan ma" kutatap wajah ibu mertua dengan senyuman yang paling manis.

Ibu mertua tak berbicara apapun, aku tahu kalau ibu mertua sangat syok. Bahkan ibu mertua hanya bisa melihat kearahku dengan wajah bingung dan penuh amarah.

Aku yakin pasti ibu mertua sedang bertanya-tanya dalam hati, mengapa aku bisa mengetahui semua ini sedangkan rahasia ini hanya dia dan ayah mertua yang tahu.

Bisa jadi ibu mertua akan mencurigai ayah mertua dan akan menanyakan hal ini pada ayah mertua, tapi aku tak peduli. Terserah apa yang akan dikatakan ayah mertua sebagai penjelasan nantinya.

***

"Sudah kangen sama mas ya, makanya ngajak ketemu" ayah mertua langsung memegang tanganku saat tiba di cafe.

Siang ini, aku mengajak ayah mertua untuk ketemuan diluar. Aku ingin meminta ayah mertua untuk membelikan sebuah rumah untukku.

"Iya mas aku sudah kangen, biar kita satu rumah tapikan kita nggak bisa bebas untuk saling melepas rindu"

"Kamu itu, paling bisa buat mas merasa paling bahagia"

"Mas, aku mau beli rumah boleh ya?" Tanpa basa basi aku langsung mengutarakan keinginanku.

"Hmm.. tumben, biasanya juga nolak kalau mau dikasih apa-apa"

"Aku hanya sedang mempersiapkan, segala kebutuhanku. Kan nggak lama lagi aku sama Romi bakal pisah"

"Ya sudah, kamu mau rumah yang seperti apa?"

"Aku mau rumah yang paling besar dan mewah, kalau bisa harus lebih besar dan mewah dari rumah mas dan istri mas sekarang"

"Ok, mas janji akan belikan sesuai dengan permintaan kamu"

"Dan satu lagi, surat-suratnya harus atas nama aku. Aku nggak mau, Kalau besok-besok istri mas bakal mengambil kembali rumah itu"

"Iya sayang, tenang aja. Apapun akan mas lakukan asal kamu bahagia"

"Habis ini, aku mau ditemani jalan-jalan. Aku pengen belanja"

"Kamu kenapa, biasanya juga nggak mau shopping tapi hari ini kok aneh"

"Aku merasa bosan dirumah mas, mulai sekarang aku juga mau jalan-jalan dan membeli semua yang aku mau. Intinya aku ingin membahagiakan diriku sendiri, mas nggak keberatan kan?"

"Ya nggaklah sayang, beli apapun yang kamu mau. Belanjalah sepuas kamu karena jika itu membuat kamu bahagia, mas juga ikut bahagia"

***

Aku dan ayah mertua, berjalan didalam mall layaknya sepasang kekasih. Ku gandeng mesra tangan ayah mertua dan berjalan dengan penuh percaya diri.

Tak kuhiraukan pandangan mata para pengunjung lainnya, aku tahu pasti mereka sedang membicarakan aku dan ayah mertua.

Inilah juga alasan, mengapa aku selalu menolak ajakan ayah mertua untuk jalan-jalan dan belanja di mall. Dengan perbedaan usia kami, aku yakin pati para pengunjung akan langsung tahu kalau aku ini hanyalah selingkuhan saja.

Itu dulu tapi sekarang aku tak peduli dengan omongan orang, rasa sakit hati dan keinginan untuk balas dendam mampu membuat aku menjadi orang yang cuek dan malas tahu.

Sebelum berbelanja, aku terlebih dulu mengajak ayah mertua untuk menonton. Aku memilih film dengan genre romantis, sengaja aku memilih genre ini karena aku ingin dengan begitu, aku yakin ayah mertua akan semakin lengket denganku. Menonton film bergenre romantis dengan ayah mertua, membuat kami seperti sepasang kekasih yang sedang mabuk cinta.

Selesai menonton, aku langsung mengajak ayah mertua untuk berbelanja. Ku hampiri terlebih dulu tempat barang-barang branded di pajang, tak tanggung-tanggung aku mengambil begitu banyak dengan harga masing-masingnya mencapai ratusan juta.

Setelah itu, kami langsung menuju tempat perhiasan. Aku memilih satu set berlian dan aku tak mau tahu dengan harganya, yang pasti aku meminta pada pegawainya untuk memberikan model terbaru dan paling mewah.

Aku berjalan dengan menenteng begitu banyak belanjaan ditangan, bahkan ayah mertuapun ikut membantu membawakan yang lain. Saat ku lihat ke arah wajah ayah mertua, tak ada rasa penyesalan telah mengeluarkan uang yang banyak untukku tapi yang ada, senyuman kebahagiaan yang tak pernah kulihat saat dirumah.

"Mas nggak mungkin rasanya, kalu aku membawa belanjaan sebanyak ini kerumah" saat kami sampai ditempat parkir aku langsung berucap.

"Memangnya kenapa?"

"Aku nggak mau, ditodong dengan banyak pertanyaan oleh istri dan anak-anakmu"

"Lalu, kamu mau simpan dimana?"

"Entahlah, aku juga bingung"

"Gimana, kalau kita simpan aja dirumah mas yang lain. Rumahnya agak dipinggir kota tapi Wanda dan anak-anak tak pernah kesana, sudah lama sekali"

"Oke,yuk" aku langsung memasukkan semua belanjaan kedalam mobil dan kamipun langsung berangkat.

***

"Rumahnya bagus mas, kenapa dibiarkan kosong?" Saat tiba dan masuk kedalam rumah aku langsung memberikan pertanyaan.

"Habis rumahnya, dipinggir kota dan jauh dari tempat kerja"

"Kenapa nggak dijual aja atau dikontrakkan?"

"Itu nggak akan terjadi sayang karena ini rumah pertama yang dibeli oleh kedua orang tuaku"

"Ohh, tapi walaupun kosong rumahnya rapi dan bersih"

"Iya dong, kan mas bayar orang buat membersihkan. Seminggu tiga kali dibersihkan"

Aku pun langsung beranjak dan duduk disebelah ayah mertua, ku sandarkan kepalaku di dadanya. Walaupun sudah berumur tapi ayah mertuaku ini masih terlihat tampan, dengan badannya yang atletis dan tegap.

"Mas aku mau, sebelum pernikahan mas Romi, rumahku sudah harus ada" sambil memainkan ujung jariku.

"Kamu jangan kwhatir sayang, mas janji dalam waktu dekat pasti rumahnya akan segera kamu miliki" sambil mengelus kepalaku, ayah mertua berucap dengan pasti.

"Dan aku mau mengadakan syukuran rumahku nantinya, dengan sangat mewah dan itu akan dilakukan seminggu sebelum pernikahan mas Romi dilaksanakan" ku tatap lekat wajah ayah mertua dengan wajah memohon.

Ayah mertua langsung berhenti mengelus kepalaku dan diam tak bergeming. Ayah mertua menatapku lekat dan terlihat sedang berpikir. Entahlah aku tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh ayah mertuaku, tapi aku sangat berharap permintaanku dapat dikabulkan.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience