HOROR GADIS TETANGGA SEBELAH RUMAH

Horror & Thriller Series 4157

Hari ini aku dan ayah sedang siap - siap membereskan perabotan di rumah baruku, mobil pick up juga sudah membawa perabotan - perabotan kami, ibu sedang menyiapkan makan siang untuk kami semua dengan membelinya di rumah makan yang tak jauh dari rumah, hari ini adalah hari pertama aku pindahan ke desa  Meninjo di wilayah Yogyakarta , sebelumnya kami tinggal di Jakarta, ayahku bernama Baskoro dan ibuku bernama Mila, dan aku sendiri bernama Damayanti, semua temanku memanggil aku Yanti, mungkin bagiku ini adalah perasaan yang aneh karena aku baru pertama kali datang ke Yogyakarta, kami harus pindah ke sini karena ayah mendapatkan tugas dari kantornya untuk membuka cabang baru di daerah Yogyakarta.

Ayahku sudah mempersiapkan semuanya, bahkan ayah sudah jauh hari meminta rekan kantornya untuk mencarikan rumah yang tidak jauh dari kantor cabang yang akan dibuka, bahkan ayah sudah mempersiapkan tempat aku bersekolah saat kita tinggal disini. Setelah selesai membereskan perabotan yang ada, aku merasa sangat lelah, sehingga aku memutuskan untuk keluar sebentar, hari sudah mulai senja, agak asing didesa ini sepertinya suasana sangat senyap, berbeda dengan saat aku di Jakarta bahkan tengah malam pun akan terasa ramai. Tiba - tiba aku merasa ada yang memperhatikanku tepatnya dari rumah sebelah, saat aku tengok lalu bayangan itu akan hilang, tapi begitu aku menatap ke atas langit sepertinya orang yang memperhatikanku akan melihat ke arahku lagi, dan benar saja ketika aku menoleh pasti bayangan itu hilang lagi, karena penasaran aku pun mendekatinya, rumah sebelahku rumah mungil yang terbuat dari bambu, disini banyak ditanami rumput dan bunga yang indah, walaupun rumah itu kecil tapi yang memiliki rumah tersebut sangat apik, pelan - pelan aku menuju jendela yang kuihat ada bayangan disana, saat kudekati kulihat itu adalah sebuah kamar tetapi kosong tidak ada siapapun disana, lalu aku memutuskan untuk kembali ke rumah.

Ibu sedang menyiapkan hidangan makan malam di meja, suasana pedesaan yang khas dengan suara jangkrik menambah kesan yang menambah kesunyian pada malam hari ini, ayah sepertinya sangat lelah dan ayah segera menuju ke kamar, sedangkan ibu masih mengelap perabotan yang ada di ruang tamu. Bagiku ini terasa sangat membosankan, kalau aku boleh jujur aku berharap ayah bisa kembali ke Jakarta tanpa harus pindah ke daerah seperti ini.

Akhirnya pagi hari pun datang, aku mendengar suara ibu memanggil namaku...

"Yanti bangun nak, sudah siang" teriak ibu

Aku masih mengucek mataku, merasa masih sangat lelah dan mengantuk, aku pun berdiri mendekati ibu

"Jam berapa bu?"

"Jam enam, sayang" jawab ibu

"kenapa tadi ibu bilang sudah siang, ini kan baru jam enam" lirihku kepada ibu

"Iya, udaranya sangat segar, ibu ingin kamu melihat pemandangan desa yang sangat cantik di pagi hari ini" ucap ibu bersemangat.

Akupun pergi ke depan rumah, aku lihat suasana pepohonan dan pemandangan yang cantik, dan udara yang sangat bersih, benar saja ini benar - benar luar biasa. Aku melihat ada pohon Jati disana, aku pun mendekatinya dan aku duduk disana sampai aku merasa, ada yang menyolek pundakku.

"Hai..." sapanya

agak sedikit kaget aku menoleh ke samping dan aku melihat gadis seusiaku berumur sepuluh tahun berambut pendek dengan poni depan menyolek pundakku

"Hai..." jawabku "Kamu siapa?"

"Aku Amel, kamu siapa?" tanyanya

"Aku Yanti" jawabku "Kamu tinggal dimana Amel?" tanyaku kembali

"Aku tinggal disamping rumahmu, itu rumahku" sambil menunjuk ke rumah mungil kemarin

"Oh... jangan - jangan kamu yang memperhatikanku kemarin ya Mel?" tanyaku

"Iya, aku senang kamu pindah kesini, sebelumnya aku sangat kesepian" jawab Amel

"Lho memangnya disini kamu tidak punya teman?" tanyaku

"Tidak ada, anak yang seumuran dengan ku, aku tidak punya teman main" jawabnya menunduk

"Kamu sekolah dimana?" tanyaku bersemangat

"Aku tidak bersekolah yan, aku harus membantu orang tuaku di sawah" ucapnya

"Lho kok, kamu harus sekolah, sebentar lagi aku mau masuk sekolah disini, mungkin kamu bisa ikut sekolah bersamaku" jawabku penuh semangat.

"Sudah dulu yan, nanti bapak mencari aku, sekarang aku harus ke sawah" jawab Amel terburu - buru sambil meninggalkan aku sendirian.

Aku masuk kembali ke dalam rumah, dan aku lihat sudah ada nasi goreng lezat dimeja makan.

"Ayu makan Yan, ibu sudah masak untuk kamu" ucap ibu

"Ayah kemana bu?" tanyaku

"Ayah sudah berangkat ke kantornya, untuk mengawasi renovasi kantor barunya" jawab ibu

Ada sekitar tujuh hari aku menikmati masa liburanku sebelum mulai bersekolah, dan aku sering bertemu Amel, saat pagi hari ataupun sore hari di tempat yang sama Pohon Jati didepan rumah, aku banyak diajarkan permainan khas tradisional disana, aku menikmati kepindahanku disini berkat Amel.

Hari pertama sekolah, ayah menungguku di mobil, aku belum sempat bertemu dengan Amel, karena aku harus datang pagi ke sekolah baruku, jarak rumah dan sekolah cukup jauh menempuh setengah jam perjalanan dengan mobil, dan aku diperkenalkan oleh ibu guru dikelas, semua anak - anak disekolah menyambutku dengan baik, mungkin memang budaya di sini semua orang sangat ramah dan baik hati.

Semenjak aku sekolah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan Amel, saat aku duduk di pohon jati itu Amel tidak datang - datang, mungkin dia juga sedang sibuk, fikirku. Aku merasa kesepian saat dirumah jika tidak ada Amel menajdi teman bermainku.

"Ibu, lihat Amel tidak?" tanyaku

"Amel siapa nak?" tanya ibu

"Tetangga sebelah, anak yang biasa main denganku"

"Tidak, ibu seharian hanya dirumah saja sayang" jawab ibuku

Setelah beberapa bulan sekolah, ayah menyuruh aku untuk belajar mandiri, aku harus naik angkot dijalan depan desa untuk sampai ke sekolahku, karena proyek ayah juga sudah sangat menghabiskan waktunya sehingga, ayah tidak ada waktu untuk menjemputku.

Hari ini hujan turun lebat disekolah, aku terpaksa menunggu sampai agak sore untuk pulang ke rumah, ayah sudah coba aku telepon, tetapi tidak diangkat, akhirnya setelah hujan agak reda aku mulai berani menaiki angkot ke rumah, sudah hampir jam tujuh malam sekarang, angkot yang kunaiki sedikit ada masalah ban bocor, aku mendengar saat ada anak sekolah lain diangkotku mereka bercerita tentang pembunuhan anak sekolah yang tidak ditemukan pembunuhnya sampai saat ini, ceritanya anak - anak tersebut hantunya masih sering menampakkan diri saat kita berjalan melewati jalan tersebut, saat aku menghentikan angkotku, anak - anak itu melihat ku dengan aneh

"kamu turun disini?" tanya salah satu anak perempuan tadi

"Iya, rumahku disini" jawabku

"Hati - hati ya kamu sendirian kan?"

"iya" jawabku

"Banyak orang jahat" ucap anak tadi

Karena ucapan anak itu aku merasa agak sedikit takut dengan kondisi jalan yang kulewati, ternyata jalan didesa ini sangat gelap kalau sudah lewat maghrib, dan hampir kita tidak bisa melihat kedepan jalan, dan aku merasa seperti ada yang menarik tasku dari belakang.

Saat aku lihat ke belakang, ada dua sosok pemuda menarik tasku, wajah mereka sangat menyeramkan

"wuidih, ayu tenan kanu dik, mau kemana ayu mas anter ke rumahmu" ucap salah satu pemuda tadi sedangkan pemuda lainnya hanya tertawa

Aku merasa takut tetapi disini sangat sepi, aku tidak tahu harus bagaimana, aku pun langsung menendang sekeras m- kerasnya kaki orang yang menarik tasku, dan diapun merintih kesakitan, distulah aku mulai berlari dan menjauhi mereka.

Aku hampir tidak bisa melihat kemana aku berlari, dan mereka mengejarku dengan tenaga dua kali lipat dari kecepatan ku, dan aku tersandung batu, lalu akupun terjatuh.

Mereka tertawa menyeringai, merasa mereka telah menang, aku takut sungguh aku sangat ketakutan aku berharap ada ayahku saat ini, saat mereka bersiap untuk menarikku menaiki motornya, tiba - tiba ada cahaya, cahaya aneh... aku melihat Amel....

Amel hanya menyeringai dan memelototi mereka...

"Amel tolong aku..." ucapku merintih

"Kamu... kamu sudah mati...." ucap dua pemuda tadi,,,,, kamu tidak mungkin

Dan pemuda itu melemparkanku ke jalan, dan melarikan motornya dengan kecepatan tinggi.

Amel melihatku sambil tersenyum, aku samar - samar melihatnya sebelum aku kehilangan kesadaranku

Aku membuka mataku

"Ibu...." aku melihat bayangan ibu

"Yanti... kamu sudah sadar nak, Alhamdulillah" jawab ibuku

"Aku dimana bu?"

"dirumah nak"

"Ada orang jahat bu, dia ingin menculikku" ucapku lirih

"Iya nak, ibu tahu, ibu sangat khawatir kamu belum pulang sampai malam, ibu meminta pak Mardi tetangga sebelah untuk mencarimu, karena Ayah belum pulang kerumah, untungnya pa Mardi menemukanmu saat di depan jalan tadi nak" ucap ibu menangis.

"Amel, bagaimana bu?" tanyaku

"Amel?" tiba - tiba ada lelaki berada dihadapanku

"Kamu kenal Amel dimana nak?" tanya bapak tadi

"Dia tetanggaku pak, aku sering bermain bersamanya, dan dia yang menyelamatkanku dari dua orang jahat tadi

"Amel itu anakku nak" ucap bapak tua itu sedih "Dan Amel sudah meninggal enam bulan yang lalu sebelum kamu pindah ke rumah ini" jawab Bapak tadi

"Maksud bapak? yang main bersamaku selama ini siapa pak?" tanyaku bingung

"enam bulan yang lalu amel juga pulang sekolah sama sepertimu, menunggu hujan dan amel pulang sendiri, bapak waktu itu sakit tidak bisa menjemputnya, lalu ada kejadian seperti yang kamu alami, Amel di jahati dan dibunuh, mayatnya dibuang begitu saja, menurut polisi orang yang hampir menculikmu adalah orang yang membunuh Amel, saat malam tadi motornya ditemukan sudah hamir masuk ke dalam jurang, dan mereka sudah meninggal nak" cerita Pak Mardi bapak Amel.

Lalu aku melihat di pojok rumah wajah Amel samar - samar tersenyum melihatku, sepertinya dia sudah tenang

"Terimakasih Amel..." ucapku dia telah menyelamatkan nyawaku

dan aku mengingat Amel sebagai teman dan sahabat yang baik, semenjak hari itu ayah meminta untuk kembali ke jakarta karena menurut ayah, kejadian tersebut membuatnya sangat trauma dan takut, dai tiak ingin itu terjadi lagi, dan kami semua berpamitan dengan Pak MArdi untuk kembali Jakarta.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience