Part 17

Romance Series 12467

Selamat membaca

Juwi tidak bisa mengelak lagi, Devit sudah mengungkungnya di atas kasur. Keduanya saling menatap, Juwi sangat canggung.
Cepat Juwi menutup mata, saat Devit semakin mendekat.

"Sini, buka dulu mukenanya." bisik Devit ssambil membantu Juwi membuka mukena bagian atas. Rambut Juwi yang basah terurai indah, Devit menatap Juwi penuh minat. Juwi bernafas sampai tersendat-sendat, karena wajahnya dan suaminya begitu dekat. Seperti dihipnotis, Juwi menurut saja saat Devit membantu membuka bawahan mukena.

"Istriku cantik, mirip artis korea, kulitnya  putih!" puji Devit sambil jari telunjuknya menyentuh pipi Juwi yang kemerahan menahan malu.

"Pak, berat!" rengek Juwi sedikit menggeser tubuhnya, namun di tahan Devit.

"Abang, De. Bukan Bapak!" sela Devit dengan senyuman.

"Iya...Bang, somaynya goceng ga pake pare!" ledek Juwi sambil terkikik, merasa aneh dengan sebutan abang diminta Devit.

"Ngeledek ya!"

Cuupp...

Devit tiba-tiba mencium bibir Juwi dengan lembut, Juwi yang tadinya mematung, kini membuka sedikit mulutnya, karena ia seperti kehabisan nafas, jika mulutnya tetap ia rapatkan.

Hu hu hu hu keduanya terengah, melepas pagutan, mengambil nafas banyak, lalu mendaratkan lagi pada bibir manis pasangan halalnya.

"Ya Allah, manisnya bibir istriku." puji Devit sesaat sambil mengambil nafas, lalu mencium kembali bibir istrinya.

"Ya Allah lindungi hamba, dari pria mesum ini!" Juwi  merapalkan doa dalam hatinya.

"Baaang..." Juwi meringis takut.

"Apa sayang?" suara Devit semakin serak menyahuti panggilan Juwi. Kini selimut yang menutupi tubuh Juwi pun sudah terlempar manis di lantai.

"Ga bisa pending dulu!" cicitnya begitu pelan.

"Ga bisa sayang, udah sekarat!" bisik Devit lagi, wajahnya sudah memerah, menahan hasrat, karena kulit Devit yang juga tak kalah putih dari Juwi. Tamatlah sudah riwayat Juwi, akhirnya pasrah jika pukul enam tiga puluh ini ia melepas keperawannya.

Krriiuukk..kkrriiukk..

Devit menghentikan sejenak aksinya, menatap Juwi dengan tatapan sayu.

"Lapar, De?"

Juwi mengangguk.

"Kita tuntaskan ini dulu ya!" ucap Devit kini kembali menciumi perut Juwi, hingga turun ke bawah.

Krriiuukk..krriiuukk..

Grroookk...ggrrookkk

Krruuueekk..kkrruueekk..

Perut Juwi semakin keras berbunyi, konsentrasi Devit terpecah.

"Hahahahaha" Devit terbahak. Juwi jadi ikutan nyengir kuda.

"Bunyinya kayak sapi lapar, De!" ucap Devit dengan terkekeh geli,  kini terlentang di samping Juwi. Rasanya tak tega menggagahi istri, saat istri sedang lapar berat. Devit mengusap lembut wajah Juwi yang kelihatan masih ngos-ngosan. Tak dipungkiri hasrat Juwi juga naik berkali-kali lipat, saat Devit menyentuhnya.

"Kita makan dulu ya, baru kita lanjutkan!" Devit duduk lalu memakai kembali boxernya, Devit juga mengambil bra Juwi yang teronggok mengenaskan di lantai.

"Sini abang pakaikan."

"Ga usah, Bang. Juwi bisa kok!"

"Abang memang ingin memakaikannya, ga papa, kan?"

Juwi akhirnya mengangguk. Dengan hati-hati Devit memakaikan bra istrinya.

"Daah... selesai!" ucap Devit kini membalikkan tubuh Juwi yang tadi memunggunginya.

Cuuupp..

Devit mencium kembali pipi Juwi.

"Masak mie goreng aja ya Bang, mau ga?" tawar Juwi.

"Apapun yang dimasak istriku, pasti akan aku makan." sahut Devit, sambil merebahkan tubuhnya kembali.  Juwi memakai bajunya kembali, lalu berjalan ke dapur dengan wajah berantakan. Bibirnya saja masih terasa kebas, lembut Juwi menggigit bibirnya. Juwi mengulum senyum.

Matanya mencari dimana letak mie untuk digoreng, juga mencari bawang merah dan bawang putih di rak bumbu. Juwi menampung air secukupnya di panci khusus memasak mie, lalu meletakkannya di atas kompor. Sambil menunggu air mendidih, Juwi mengiris duo bawang juga cabai.

Devit menghampiri istrinya yang tengah sibuk di dapur.

"Ini lagi masak lho."

"Ga papa, masak sambil peluk istri sendiri."

Juwi hanya pasrah, akhirnya gerak Juwi di dapur, sangat terbatas, karena sedari tadi Devit selalu menggodanya.  Akhirnya jadi juga mie goreng telor ceplok ala Juwi. Ditemani teh manis hangat, pengantin baru itu menikmati sarapan pagi pertama berdua, dengan saling melempar senyum.

Makan sepiring berdua, saling menyuapi dalam diam, masing-masing mencoba menikmati takdir Allah yang sudah digariskan untuk mereka.

Mie goreng pun habis, dilanjutkan dengan dua cangkir teh manis hangat ikut tandas. Keduanya membaca doa sesudah makan. Untung Juwi tidak salah lagi saat mengucapkannya. Devit mengambil ponselnya, mengecek beberapa pesan yang masuk, hari ini sampai tiga hari ke depan, memang Devit sudah mengajukan cuti. Juwi tengah membereskan bekas memasak dan juga mencuci piring. Juwi juga menyapu sedikit dapur yang habis dipakai masak.

Devit menghampiri Juwi di dapur. Lalu dengan mudahnya Devit menggendong Juwi ala bridal, kembali ke kamar dan meletakkkannya di atas kasur. Berdua mereka rebahan sambil menatap langit-langit kamar.

"Ga nyangka ya, De. Kalau kita bakal berjodoh." ucap Devit sambil menoleh ke arah Juwi.

"Iya, jodoh yang dipaksakan." Juwi mencebikkan bibirnya. Devit hanya menyeringai mendengar sahutan Juwi. Dengan perlahan, Devit mengambil jemari istrinya dan mengeratkan dengan jemarinya, sehingga Juwi mau tidak mau, akhirnya menoleh kepada Devit.

"Bagus kali ya, Bang. Kalau jadi judul novel."

"Apa judulnya?"

"Itu, "Menikah karena Bu RT" ." jawab Juwi hingga membuat keduanya tertawa.

"Sekarang boleh ya, De?" bisik Devit dengan suara serak.

Juwi menggagguk lemah, matanya berkabut. Devit meloloskan kain terakhir yang dipakainya juga yang dipakai Juwi, keduanya telah polos. Devit mengucap bismillah dan merapalkan doa.

"Bismillahirrahmaanirraahiim. Allaahumma jannibnassyaithoona maa rozaqtanaa."

"Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari gangguan setan. Dan jauhkanlah setan, dari rezeki yang Engkau anugrahkan kepada kami."

Juwi memejamkan mata menanti saatnya. Namum tak ada juga pergerakan.

Sepuluh detik berlalu. Hening.

"Kenapa, Bang?" tanya Juwi saat membuka matanya, menatap heran Devit yang terdiam, mata Devit menatap ke arah sana.

"Mmm... Masukinnya  ke mana, De?"

Ddddduuuuuuaaarrrrrr

****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience