BAB 9

Other Completed 1536

Dua jam ia berdiri menunggu hujan reda. Setelah hujan reda, ia melanjutkan langkah kakinya menuju kos. Sesampainya di kamar kos, ia berwudhu lalu melaksanakan Sholat Isya. Nada dering handphone yang berbunyi hampir sepanjang sholatnya membuatnya sedikit kurang khusyuk. Ia mendapati 7 panggilan masuk dan 5 sms yang masuk yang berasal dari sumber yang sama yaitu Tina, pacarnya. Beberapa menit kemudian, handphone kembali berdering.

“Halo. Assalamualaikum, Tina”, ucap Tio mengawali pembicaraan.
“Iya Waalaikumsalam. Kamu kemana saja sih tidak mengangkat teleponku dari tadi ?”, tanya Tina dengan nada sinis.

“Maaf Tin, tadi aku mengambil uang di ATM. Handphone ku tertinggal di kamar kos”, jawab Tio dengan merendah.
“Kamu selalu saja sibuk. Jarang memberi kabar ke aku. Sms atau telepon kan bisa kalau kamu mau. Kalau aku sms kamu, pasti kamu balas singkat”, keluh Tina pada Tio.

“Ya sekali lagi aku minta maaf ya Tin. Aku masih banyak agenda di Himpunan. Kan kamu juga tahu sebentar lagi ada acara sambut mahasiswa baru”, ucap Tio.

“Tapi seharusnya kamu mengerti dong Tio. Aku tidak suka kalau sms dibalas singkat. Aku kecewa sama kamu”, cetus Tina semakin cemberut.
“Terserah kamu deh, Tin. Aku capek mau istirahat. Kamu bukannya memahami posisiku, malah ngeluh dan egomu saja yang kamu utamakan. Sudah ya, Assalamualaikum”, ucap Tio langsung menutup telepon dengan nada kesal.

“Tio.Tio.Tio. Tunggu”, kata Tina merespon ucapan Tio.
Hingga berlangsungnya acara Sambaru, Tio tidak menanggapi sms dan telepon yang datang dari Tina. Perasaan emosi yang bercampur aduk dengan benci terbawa dalam raut wajah dan gerak-geriknya di hari pelaksanaan acara Sambaru. Tio mendadak berubah menjadi sosok yang temperamental, mudah emosi dan tersinggung. Narma memandang Tio dengan tidak biasa saat itu. Ia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Tio.

“Mas, mengapa terlihat cemberut seperti itu? Apakah ada masalah?”, tanya Narma.
“Tidak apa apa, dik. Mas baik-baik saja”, jawab Tio.
“Mas ini kalau ditanya ada masalah atau tidaknya, selalu saja sok terlihat tegar”, kata Narma sembari tertawa.

“Masalah pasti ada ma dalam hidup manusia. Kamu tahu saja kalau wajah saya sedang melukiskan sebuah masalah”, ucap Tio.
“Tentu saja mas. Wanita itu memahami kondisi sahabatnya yang disayangi. Eh maaf kak”, ucap Narma seperti salah berkata.

“Tidak apa apa dik, tidak ada yang salah. Sebenarnya ayah sedang sakit. Mohon doanya ya untuk kesembuhan ayahku”, pinta Tio pada Narma.
“Iya mas. Yang tabah ya mas. Saya doakan semoga ayah mas lekas sembuh dan dapat beraktivitas seperti sedia kala, amin”, ucap Narma dengan bijak.

Tio tidak ingin Narma tahu bahwa ada masalah lain yang membuatnya bimbang. Masalah itu adalah hubungannya dengan Tina. Ia ingin menutup rapat-rapat agar Narma tidak sampai mengetahui permasalahan tersebut.

“Mas Tio, ini jatah makan siang milik mas. Ayo mas kita makan bersama”, ucap Narma.
Tio dan Narma makan bersama disaat istirahat untuk makan siang dan sholat zuhur. Setelahnya, mereka kembali melaksanakan tugas masing-masing di kepanitiaan Sambaru. Malamnya, acara itu ditutup dengan pemilihan ketua angkatan mahasiswa baru, sambutan dari Ketua Himpunan, dan diakhiri dengan foto bersama. Acara Sambaru berjalan dengan sukses. Namun, kesuksesan itu tak lantas membuat pengurus Himpunan terlena.

Acara yang lebih besar mengantri yaitu Bakti Desa. Setelah pembubaran panitia Sambaru, Tio, Narma, dan Didit ditugasi oleh Santo, ketua pelaksana Bakti Desa untuk mensurvei desa mana yang akan dipilih sebagai objek kegiatan Bakti Desa. Mereka bertiga mengamati peta dan mulai mensurvei desa mana yang layak untuk dijadikan objek kegiatan tersebut. Dari hasil survei, dipilih Desa Gunungsari di Batu, Jawa timur sebagai lokasi kegiatan Bakti Desa. Kegiatan Bakti Desa tersebut berlangsung dari bulan Oktober-Desember 2014 dengan berbagai kegiatan yaitu mengajar SD, mengajar les, senam dan pembagian buku gratis. Yang ditutup dengan inaugurasi Himpunan.

Survei lapang dan rangkaian kegiatan Bakti Desa membuat hubungan antara Tio dan Narma bagai kupu-kupu dengan bunga matahari yang saling memberi. Jadilah Didit sebagai penonton setia yang hanya mengamati mereka. Sosok Narma membuat Tio semakin melupakan ingatan bahwa ia masih berstatus sebagai kekasih Tina, meskipun kenyataannya tak lagi saling mengasihi. Tak terima dengan kenyataan pahit yang ia alami, Tina memutuskan untuk menjaga jarak dengan Tio.

Namun tak disangka, hadirlah seorang wanita lain yang mencoba mengisi hati Tio. Dia adalah Sarah, wanita berparas ayu seperti peranakan eropa. Sarah adalah panitia acara Sambaru, sama seperti Tio. Ketika Tio dan Narma saling berbincang-bincang di acara Sambaru, Tio tidak sadar bahwa Sarah mengamatinya dari kejauhan. Seiring berjalannya waktu, Sarah mulai menaruh hati pada Tio, namun ia sadar bahwa Tio sudah ada yang memiliki yaitu Tina. Jika sudah cinta, logika menjadi urusan kedua.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience