BAB 2

Other Completed 1536

Anton melepas tangan Tio. Dengan penuh percaya diri, Argi yang membawa cat semprot kemudian mencoret-coret seragam Tio. Seragam Tio kini dipenuhi berbagai macam warna dan tanda tangan teman-temannya. Kemudian mereka bertiga berjalan menuju warung nasi padang karena rasa lapar yang tak kuat untuk ditahan lagi. Nasi rendang dan Es teh menjadi santapan siang mereka siang itu.

“Ngomong-ngomong setelah lulus SMA, kamu mau kemana, gi ?”, tanya Anton kepada Argi.
“Kalau aku sih inginnya ke Bandung, Ton. Aku ingin kuliah di Pendidikan Matematika UPI. Universitas Pendidikan Indonesia”, jawab Argi.

“Bagaimana denganmu, Tio?”, tanya Anton.

“Aku ingin kuliah di Universitas Brawijaya Malang, Ton. Kalau kamu sendiri bagaimana ?”, tanyanya lagi pada Anton.

“Aku di Lampung saja, kuliah di jurusan Fisika Universitas Lampung. Kalian tau lah aku suka sekali Fisika. Aku ingin seperti Einstein. Hehehe”, jawab Anton.

“Wah keinginan yang bagus itu Ton. Kalau bisa kamu jadi Einsteinnya Indonesia”, sambung Argi.
“Betul sekali Ton. Nanti sedikit botaklah rambut kau itu”, kata Tio.

“Hahahahahahaha”, mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. Perbincangan mereka berlangsung selama beberapa jam. Tak terasa, sang surya hampir tiba di ufuk barat. Setelah menunaikan Sholat ashar, mereka bertiga kembali kerumah masing-masing. Tio berdiri menunggu angkutan kota yang menuju kearah rumahnya. Renan yang kebetulan melihatnya berdiri di pinggir jalan kemudian memberhentikan sepeda motor dan membuka helmnya.

“Bro, lagi nunggu apa? Ayo pulang sama aku”, teriak Renan kearah Tio.
“Oalah. Kamu toh nan. Oke oke”, ucap Tio melempar tawa pada Renan.

Tio menaiki sepeda motor Renan. Sore itu, Renan yang baru saja pulang dari latihan musik kembali mengantar Tio kerumahnya. Tio bercerita kepada Renan bahwa ia baru saja bertemu dengan Argi dan Anton. Sesampainya di rumah Tio, Renan kembali melanjutkan perjalanan pulang. Tio tiba dirumah dengan membawa kabar gembira yang membuat sang bunda bersyukur. Kebahagiaan yang harusnya bersifat sementara bagi Tio karena banyak duri menanti dihadapannya. Tio harus menentukan jalan cerita hidup selanjutnya, yakni kuliah di perguruan tinggi negeri yang ia inginkan.

Beberapa waktu kemudian, dibukalah pendaftaran tes tulis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tahun 2011. Tio memutuskan untuk mengikuti seleksi tersebut. Buku-buku berisi latihan soal tes masuk Perguruan Tinggi Negeri menghiasi meja belajarnya. Waktu untuk bermain dan keluar rumah ia kurangi. Hari-harinya lebih banyak ia isi dirumah dengan latihan soal-soal.

Terkadang ia sampai kesal sendiri jika terdapat soal yang belum bisa ia temukan jawabannya. “Grrrrrr. Aduh apa ya rumusnya. Lupa…lupa…lupa”, ialah salah satu kalimat yang mengekspresikan keluh kesahnya. Namun demikian, ibadah dan doa kepada Allah ia lakukan tiada putus-putusnya.
Hingga tiba saatnya hari pelaksanaan tes SNMPTN. Pagi-pagi sekali, Tio berangkat menuju lokasi tes SNMPTN di sebuah SMP di Bandar lampung. Ia tak ingin kemacetan mengubur impiannya menjadi
mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jawa timur. Sesampainya di depan ruang tes, ia siapkan alat tulis yang menjadi senjatanya menghadapi soal-soal itu.

Jam telah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Dua orang pengawas dengan wajah seramnya datang membawa kunci dan membuka pintu ruang tes, tentunya dengan berkas soal yang tergenggam erat di tangannya. Tepat pukul 08.00 WIB, ujian tes SNMPTN dimulai. Tio mulai mengisi identitas diri dan menjawab soal demi soal dengan bulatan hitam di lembar jawabannya. Suasana hening menyelimuti ruang tes.

Diluar hanya terdengar kicauan burung yang saling bernyanyi menemani mentari pagi. Tak terasa, detik demi detik membawa sang waktu menyisakan 10 menit saja bagi para peserta tes untuk segera menyelesaikan tugasnya. Di waktu 10 menit yang tersisa, Tio memanfaatkannya dengan mengecek kembali identitas diri dan jawaban yang telah dilingkari pada lembar jawaban.

Bel tanda ujian tes SNMPTN telah selesai terdengar nyaring. Dengan penuh keyakinan dan harapan, Tio mengembalikan soal dan lembar jawabannya kepada pengawas. Setelah itu, ia kembali ke rumahnya untuk beraktivitas seperti biasa, sembari menanti hasil tes SNMPTN yang akan diumumkan beberapa minggu lagi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience