BAB 6

Other Completed 1536

Melihat semangat Tio yang sedikit melemah, kakak tingkatnya yaitu Aldi kembali menemuinya untuk memberi semangat. Aldi tak lagi mempermasalahkan keputusan Tio mengambil mata kuliah FHA di semester 2, meskipun di awal-awal ia sempat menentangnya. Di semester ini pula, Tio mulai mengenal banyak orang, baik dari angkatannya sendiri maupun angkatan diatasnya. Salah satunya adalah orang yang kelak menjadi sahabat karibnya. Presentasi mata kuliah Klimatologi menjadi pembuka hubungan mereka.

“Mas, nama saya Didit. Dari presentasi yang telah mas sampaikan, saya ingin bertanya. Bagaimana dampak pemanasan global terhadap suhu di bumi ?”.

“Terima kasih atas pertanyaannya, mas. Jadi begini, pemanasan global menyebabkan menurunnya lapisan ozon. Ketika lapisan ozon menipis, sinar ultraviolet matahari dengan leluasa mencapai permukaan bumi, sehingga terjadi kenaikan suhu permukaan bumi. Kenaikan suhu permukaan bumi inilah yang akan mempengaruhi pola iklim di bumi”, jawab Tio.
“Terima kasih atas penjelasannya, mas”.

Setelah diskusi usai, Tio datang menghampiri si penanya itu dan saling berkenalan satu sama lain. Didit adalah mahasiswa yang seangkatan dan sejurusan dengan Tio. Ia berasal dari Nusa Tenggara Barat. Karena kesamaan hobi, segeralah mereka berdua menjadi akrab. Keakraban hati yang membawa mereka melengkapi hasil kuliah semester kedua dengan amat manis. Dan cerita antara Didit dengannya pun terus berlanjut.

Tak terasa, setahun telah ia lalui di kampus ini. Kini, ia tak lagi menyandang status mahasiswa baru, karena calon mahasiswa setingkat dibawahnya mulai berdatangan menyusul jejaknya sebagai mahasiswa. Suatu hari di semester tiga atau awal tahun kedua, dibukalah pendaftaran asisten praktikum FHA. Sejak lama, ia memang berangan-angan menjadi asisten praktikum mata kuliah itu.

Kemudian ia mendaftarkan diri sebagai asisten praktikum FHA dengan mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Kemudian setelah pengumpulan berkas, pelamar diwajibkan untuk menjalani tes tulis dan wawancara. Syukurnya, tes tulis dapat ia lalui dengan baik. Keesokan harinya, ia memenuhi panggilan wawancara dengan tim asisten praktikum FHA. Didepan para asisten, ia memperkenalkan diri terlebih dahulu. Barulah kemudian ia menghadapi beberapa pertanyaan. Namun, ada satu pertanyaan dari asisten yang cukup menggelitik baginya. Adalah pertanyaan dari Lisma, salah seorang asisten praktikum FHA.

“Bagaimana sikap Mas Tio apabila menghadapi praktikan yang sulit diatur ?”.
“Ketika saya menghadapi praktikan yang sulit diatur, saya akan mengutamakan sikap profesionalitas, namun tetap bersahabat. Asal masih dalam batas kewajaran, mbak”, jawab Tio dengan yakin.
“Batas kewajaran seperti apa yang anda maksudkan disini, mas ?”, tanya Graha, salah seorang asisten lain.

“Batas kewajaran adalah titik dimana mereka masih menghargai etika dan profesionalitas. Asisten menghargai hasil kerja praktikan, begitupun sebaliknya, praktikan menghormati posisi asisten. Menurut pandangan saya seperti itu mas”, ucap Tio kepada seluruh asisten praktikum FHA yang hadir.

Jawaban tersebut menjadi penutup wawancara dengan asisten praktikum FHA. Setelah itu, Tio diperkenankan untuk meninggalkan ruangan. Selang 2 minggu kemudian, ia menerima sms yang berisi ucapan selamat bergabung dalam tim asisten praktikum FHA. Bukan main girangnya Tio pada saat itu.

Ucapan selamat dari teman-temannya pun berdatangan, termasuk dari Didit. “Selamat ya bro, semoga kamu dapat menjalankan tugas dengan sebenar-benarnya”, kata Didit. Namun, bukan berarti Tio harus terus menerus merayakan keberhasilannya menjadi asisten praktikum FHA. Tugas baru nan menantang segera menghampiri, apalagi praktikannya adalah teman-teman seangkatannya sendiri. Kadang-kadang, ia harus mengalami konflik dengan praktikannya.

“Mas, saya minta anda mempermudah asistensi laporan milik pacar saya, karena mas tahu kan pacar saya sedang sakit”, kata pacar seorang praktikan kepada Tio dengan nada tinggi.

“Mas, dengan segala hormat, kami tidak pernah mempersulit praktikan. Kami selaku asisten dalam menjalankan tugas memiliki pedoman dan prosedur tertentu. Kalau memang pacar mas sakit, silahkan. Saya akan memberikan izin kepadanya. Cobalah lebih sabar sedikit, mas”, tegas Tio menanggapi.

Percekcokannya dengan pacar salah seorang praktikan nampaknya sampai ke telinga Aldi, kakak tingkatnya yang kini menjadi Ketua Himpunan. Perseteruan tersebut nampaknya menjadi bahan pembicaraan miring beberapa orang.

“Sudahlah, kamu mengundurkan diri saja sebagai asisten. Apakah kamu tega mempersulit angkatanmu ?”, kali ini Aldi bertanya dengan keras kepada Tio melalui telepon.

“Mas, saya tidak berniat menjerumuskan teman saya sendiri dengan menambah beban mereka atau mempersulit asistensi. Yang perlu mas ketahui, saya hanya mencoba menjalankan tugas dengan baik”, jawab Tio dengan nada yang agak meninggi.

Tio meminta Aldi untuk memahami posisinya sebagai asisten yang sedang menjalankan tugas, sama halnya ketika Aldi memintanya untuk memahami posisinya sebagai Ketua Himpunan saat Aldi tidak dapat menghadiri undangan acara diskusi dari Tio.

Lika liku asistensi praktikum FHA telah membawa Tio pada wahana cinta. Ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang berusia setahun lebih muda darinya yaitu Tina. Wanita berkulit kuning langsat, wajahnya biasa namun memiliki senyum yang mungil. Ia berasal dari kota berhawa dingin pegunungan yaitu Batu. Cinta mulai bersemi diantara mereka.

Sejuknya cinta mereka seperti embun yang membasahi pagi hari, hangatnya seperti api unggun yang menyala di malam hari, dan manisnya seperti bunga yang bermekaran di musim semi. Tapi sayangnya, hal itu hanya terasa indah selama 4 bulan hubungan mereka. Memasuki bulan ke 5, hubungan mereka mulai merenggang. Komunikasi mulai jarang dilakukan. Tina sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk, sedangkan Tio asyik dengan kegiatan organisasi yang ia geluti.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience