BAB 8

Other Completed 1536

Hari H pemungutan suara dibuka dengan sambutan Dekan dan Ketua pelaksana acara yaitu Wati. Hari itu, 14 Mei 2014, warga jurusan akan memilih pemimpinnya yang akan membawa nakhoda Himpunan mahasiswa jurusan selama satu periode kedepan. Hari itu adalah hari-hari terpolitis yang akan selalu terkenang oleh Tio. Nafas panjang ia hela untuk menenangkan pikiran yang kalut dan otot yang tegang karena tekanan politik yang menghampiri di segala sisi. Malamnya tepat pukul 19.00 WIB, perhitungan suara Pemilu Himpunan dimulai.

Tio memimpin jalannya perhitungan suara dengan didampingi oleh Wati dan Didit disamping kanan dan kirinya. Di hadapannya ialah para saksi dari masing-masing calon Ketua Himpunan, sementara itu warga jurusan berdiri untuk menyaksikan jalannya perhitungan suara dari luar area steril perhitungan suara. Surat suara mulai dibuka satu persatu dari kotak suara. Pelan tapi pasti, Tio membaca titik coblosan pada surat suara, sementara itu Wati menuliskan perolehan suara di papan tulis. Perhitungan suara berjalan dengan baik tanpa gangguan yang berarti.

“Baiklah hadirin sekalian. Jam telah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Saya akan membacakan hasil perhitungan suara Pemilu Himpunan 2014. Calon nomor urut 1, saudara Andrito syahreza memperoleh 153 suara. Calon nomor urut 2, saudara Fian alfiansyah memperoleh 135 suara. Dengan demikian, saudara Andrito terpilih sebagai Ketua Himpunan periode 2014 menggantikan saudara Aldi. Terima kasih atas perhatiannya. Selamat untuk saudara Andrito”, ucap Tio dengan suara lantang kepada segenap hadirin.

Narma yang tadinya menatap Tio dari luar area steril perhitungan suara kemudian datang menghampiri Tio.

“Mas, capek ya ? Ini saya bawakan teh hangat untuk mas”, kata Narma.
“Narma, kok kamu belum pulang ?, bukankah kamu tadi sore izin pulang ke kos karena sakit ?”, tanya Tio pada Narma dengan heran.

“Tadi sore memang saya izin mas, tapi setelah sholat Maghrib, saya kesini lagi karena ingin menyaksikan perhitungan suara. Kondisi saya sudah lebih baik kok mas”, ucap Narma mencoba meyakinkan Tio bahwa ia tak lagi sakit.

Tio menyarankan Narma untuk menjaga kondisi kesehatan karena ujian akhir semester sudah didepan mata. Setelah perhitungan suara usai, panitia membereskan kembali lokasi perhitungan suara dan mengembalikan peralatan yang digunakan. Kegiatan beres-beres baru berakhir pukul 23.45 WIB, setelah itu panitia kembali ke kos masing-masing.

Hari berganti hari, persahabatan antara Tio dan Narma mulai menumbuhkan benih rasa. Rasa yang sulit diterka oleh jiwa apakah ini cinta ataukah hanya kekaguman semata. Entah bagaimana rasa itu kan terdefinisi, yang jelas tatapan mata diantara mereka berdua menunjukkan suatu hal yang tidak biasa. Jalinan rasa diantara mereka makin menjadi manakala mereka dipertemukan dalam bingkai kepengurusan Himpunan periode 2014.

Setelah keduanya mengikuti pendaftaran pengurus Himpunan yang baru, mereka mendapatkan amanah di kepengurusan. Tio menjabat sebagai kepala departemen kesejahteraan sosial. Sementara itu, Narma menjabat sebagai anggota departemen pengembangan wirausaha mahasiswa. Tak lupa, Didit yang juga mengikuti pendaftaran pengurus baru akhirnya memperoleh amanah sebagai anggota departemen Humas.

Pelantikan dan serah terima jabatan antara Ketua Himpunan periode 2013, Aldi dan Ketua Himpunan yang baru telah terlaksana. Dua acara terbesar Himpunan menanti bakti para punggawa pengurus muda yaitu Sambut Mahasiswa Baru (Sambaru) dan Bakti Desa. Waktu di kalender telah menginjak tanggal 7 September 2014. Kurang seminggu lagi acara Sambaru dilaksanakan, Tio mendapat kabar dari ibunya di Bandar lampung bahwa ayahnya telah pulang dari melaut dan kondisinya sedang sakit. Kini ayahnya sedang dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit.

Dengan uang yang ia miliki di tabungannya, ia berencana mengirimkan uang kepada Ibunya sebagai biaya pengobatan sang Ayah. Lalu dikirimlah uang tersebut melalui ATM. Setelah itu, ia keluar dari ruang ATM dan berjalan pulang ke kos. Sial baginya, hujan deras mulai mengguyur dan terpaksa ia berteduh di sebuah pos kamling karena tidak membawa payung. Apalagi setelah ia merogoh sakunya, ia baru teringat bahwa handphone miliknya tertinggal di kamar kosnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience