BAB 7

Other Completed 1536

Suatu malam di bulan Mei 2014, handphone milik Tio berdering. Sebuah panggilan masuk menyapanya untuk berbicara. Wanita yang menyapanya malam itu ialah Wati, Ketua pelaksana kegiatan Pemilu Himpunan 2014. Wati menawarkan kepada Tio untuk mengisi posisi sebagai ketua divisi acara perhelatan pesta demokrasi tahunan tersebut. Namun, Tio belum bisa memberikan jawabannya pada saat itu.

Kemudian Wati memberinya tempo tiga hari untuk mempertimbangkan tawaran itu. Dengan penuh pertimbangan, Tio akhirnya menerima tawaran tersebut. “Wati, saya siap menjalankan tugas di divisi acara, sebagaimana tawaranmu dua hari lalu”, ucap Tio ketika menemui Wati di kampus. Namun, Tio tak ingin sendiri dalam menjalankan amanah itu, ia turut mengajak Didit dan dua orang adik tingkatnya untuk masuk dalam divisi acara. Jadilah kini Tio dan Didit sebagai koalisi kerja untuk menyukseskan perhelatan demokrasi tersebut. Tiga hari kemudian, diadakan rapat perdana kepanitiaan Pemilu Himpunan 2014. Rapat dipimpin oleh Wati selaku ketua pelaksana. Dalam rapat itu, Wati menyampaikan tugas-tugas tiap divisi dalam kepanitiaan. Tio mendengarkan pemaparan Wati dengan seksama. Setelah itu, dibukalah sesi tanya jawab dari tiap divisi.

Narma, ketua divisi logistik dan konsumsi mengangkat jemari tangannya, pertanda mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang membuat Tio tertegun. Aduhai, anggunnya wanita ini dalam benaknya. Rapi jilbabnya laksana perisai bagi dirinya, kata orang parasnya seperti cahaya, dan senyumnya semanis madu. Narma benar-benar membuat Tio tak dapat mengalihkan pandangan mata darinya.

“Sst. Apa yang kamu lihat bro ?”, tanya Didit dengan berbisik pada telinga Tio.

“Aku tidak lihat apa-apa kok dit”, jawab Tio dengan pelan.
“Ah masa ? kamu melihat wanita yang bertanya tadi kan? Ayo mengaku saja”, kata Didit dengan sedikit meledek Tio.

“Tidak dit. Kamu ini bisa saja kalau mengarang, hehehe”, jawab Tio sambil menepuk bahu Didit.
Canda antara Tio dan Didit membuat Wati dan peserta rapat lain bertanya, ada apakah gerangan.
“Mas Tio dan Mas Didit, ada apa kok ribut sendiri ? sepertinya ada yang lucu.”, tanya Wati.
“Maaf, mbak. Kami hanya membicarakan tentang acara Pemilu Himpunan”, kelak Didit sembari menutupi apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

Narma mengarahkan tatapan matanya pada Tio. Wajah Tio mengangguk membalas tatapan mata Narma, sementara itu Narma tersipu malu setelah melihat wajah Tio yang mengangguk. Rapat berakhir setelah sekretaris pelaksana membacakan tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap divisi. Setelah itu, masing-masing peserta rapat kembali ke kos masing masing, tak terkecuali Tio dan Didit. Didit berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Jadilah Tio pulang sendiri ke kosnya dengan ditemani hujan gerimis. Di tengah perjalanan, ia melihat Narma yang berdiri di pinggir jalan, seperti kesulitan untuk membuka payung.

“Dik, ada apa dengan payungmu ?“, tanya Tio kepada Narma.
“Ini mas, payung saya sepertinya rusak. Sulit sekali untuk membukanya”.
“Coba mas yang membukanya”, ucap Tio mencoba membantu Narma.

(beberapa saat kemudian, Tio berhasil membuka payung milik Narma)

“Nah, sudah bisa dibuka payungnya, dik. Silahkan kamu gunakan”, ucap Tio.
“Terima kasih ya mas. Mas pulang sendiri kah ?”, tanya Narma pada Tio.
“Iya dik, saya pulang sendiri. Kos saya tidak jauh dari sini. Kalau kamu ?”.
“Saya juga pulang sendiri mas. Hehe.”, jawab Narma.

Narma dan Tio akhirnya pulang bersama-sama. Walaupun malam terasa dingin, namun perbincangan mereka semakin hangat. Perbincangan yang tidak diduga sebelumnya oleh lelaki seperti Tio. Baru kali ini ia merasa sedekat ini dengan wanita yang baru dikaguminya.

“Ngomong-ngomong, adik angkatan berapa ?”, tanya Tio pada Narma.
“Mas ini masak tidak mengerti. Saya angkatan 2012, mas. Kan kita pernah bertemu di laboratorium saat praktikum FHA”, kata Narma.

“Oh ya ? saya kok tidak ingat ya”, ucap Tio sembari tertawa.
“Masih muda jangan pelupa mas. Hehehe”, kata Narma meledek Tio.
Perjalanan mereka telah sampai didepan gang kecil. Didepan gang itulah, Tio dan Narma berpisah untuk kembali ke kos masing-masing. Malam yang terasa indah bagi Tio. Berjalan kembali ke kos bersama seorang wanita yang ia kagumi bagai mimpi yang telah terwujud dalam kenyataan pasti.
Namun, cerita malam itu tak lantas membuatnya lupa akan tugas utamanya dalam kepanitiaan,

diantaranya membuat konsep acara, membuat penanggung jawab setiap rangkaian acara, membuat rundown acara, serta membuat desain panggung tempat pemungutan suara. Hari harinya di pekan itu ia sibukkan bersama panitia acara untuk rapat internal divisi dan penyampaian capaian-capaian kepada Ketua Pelaksana. Semalam sebelum hari pemungutan suara, semua hal yang diperlukan untuk kelangsungan acara telah dipersiapkan dengan baik.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience