BAB 3

Other Completed 1536

Hari demi hari Tio isi dengan membantu ibunya membuat kue yang setiap harinya dijual di pasar tradisional. Ia juga bekerja paruh waktu pada sebuah rental Play station di dekat rumahnya.

Kegiatan rutin tersebut tak terasa membawanya hingga hari pengumuman SNMPTN tiba. Malam itu, selepas sholat isya, terdengar suara salam dan ketukan pintu di rumah sederhana yang beralaskan semen dan berlangit tak sebagus mutiara, yang tidak lain adalah rumah Tio. Tio menjawab salam dan kemudian membuka pintu rumahnya. “Oh kamu gi. Mari masuk”. Tio mempersilahkan Argi untuk duduk lesehan di ruang tamunya.

“Bagaimana kabarmu kawan?, lama tak berjumpa”, tanya Tio kepada Argi.
“Kabarku baik-baik saja, kawan. Bagaimana denganmu, Tio?”
“Baik juga, gi. Hari ini pengumuman SNMPTN nih. Aku tidak sabar untuk melihat pengumumannya secara online, meskipun agak deg deg an sih, hehehe”.

“Kita berdo’a kepada Allah ya kawan, semoga kita memperoleh hasil yang terbaik”.
Tio pamit kepada sang bunda untuk pergi ke warnet bersama Argi. Mereka akan melihat situs pengumuman SNMPTN yang hasilnya diumumkan secara online. Jarak antara rumahnya dengan warnet lumayan jauh untuk ditempuh dengan langkah kaki. Namun, jarak bukan masalah berarti bagi mereka yang sedang menanti keputusan terbaik dari Sang Pencipta. Jarak terasa dekat karena mereka melaluinya dengan canda tawa dalam balutan tanya, ”apakah mereka diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang diharapkan?”.

Tak disangka, setibanya di warnet, operator mengatakan bahwa warnet sedang penuh pelanggan dan tidak ada komputer yang kosong. Lalu, Tio dan Argi memutuskan untuk berjalan lagi sejauh 100 meter menuju warnet lainnya. Akan tetapi, baru sepuluh langkah kaki menapaki jalan, terdengar suara teriakan dari operator warnet tadi. “Mas, kemari mas. Sudah ada satu komputer yang kosong”, teriak operator kepada Argi dan Tio. Tio dan Argi bergegas kembali ke warnet sebelumnya dan memasuki komputer kosong yang telah disediakan oleh operator. Beberapa saat kemudian, Tio mengaktifkan komputer dan membuka situs pengumuman SNMPTN 2011, sementara itu Argi menemaninya disamping.
“Ayo, siapa yang mau login duluan?”, tanya Argi.

“Kamu saja gi yang duluan, aku grogi”, jawab Tio.
Argi mendapat giliran pertama untuk login terlebih dahulu. Setelah memasukkan nama dan nomor tes SNMPTN nya, ia mengklik Enter. Wajah Argi terlihat sumringah karena namanya diterima sebagai mahasiswa baru Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia. “Alhamdulillah. Tio, sekarang giliranmu ya”, pinta Argi pada Tio untuk segera melihat hasil SNMPTN nya. Perlahan-lahan, jemarinya mengetikkan nama beserta nomor tesnya, lalu ditekanlah tombol Enter.
“Wah hebat. Selamat ya Tio, kamu diterima di jurusan dan universitas yang kamu inginkan”, ucap Argi memberi selamat pada Tio.

“Selamat juga untukmu sobat yang diterima di UPI Bandung”, kata Tio membalas ucapan selamat yang telah Argi berikan padanya.

Rasa penasaran telah terjawab. Tio dan Argi diterima sebagai mahasiswa baru di universitas yang mereka inginkan. Namun, bayangan lain menghantui pikiran Tio yakni biaya kuliah. Ibunya yang hanya seorang penjual kue tidaklah mungkin dapat membiayai kuliahnya, sementara ayahnya hanyalah seorang nelayan yang sering pergi melaut dan jarang sekali pulang ke rumah. Tapi, Ia simpan ketakutannya itu dibalik senyumannya. Ia tak ingin Argi melihatnya sedih karena memikirkan biaya kuliah.

Sesampainya dirumah, segera ia sampaikan kabar baik hasil SNMPTN kepada ibunya. Ibunya merasa senang dengan kabar baik yang ia sampaikan. Ucapan selamat dan ciuman di pipinya menjadi hadiah dari sang bunda. Malam itu, Tio mengajak Argi untuk menginap dirumahnya sembari berbincang-bincang. Perbincangan antara dua orang yang telah melalui cerita manis dan pahit masa kecil SD hingga SMA.

“Gi, tak terasa ya persahabatan kita telah terjalin 12 tahun lamanya. Dari SD hingga SMA, kita selalu satu sekolah. Sekarang kita harus berpisah karena berbeda tempat kuliah”, ucap Tio.
“Iya, kawan. Susah senang kita lalui bersama. Apakah kamu masih ingat dengan Poliklinik SD Al-Kautsar ?”, tanya Argi padanya.

“Tentu, gi. Di tempat itu kan pertama kali kita saling kenal ? Aku dan kamu sama-sama terbaring sakit. Kemudian kamu menyapaku dan memperkenalkan diri, iya kan ? hehehe”, ucap Tio sekaligus bertanya pada Argi.

“Hahahaha. Iya kamu benar. Waktu itu kita masih kelas 1 SD ya. Masih lucu-lucunya. Kamu menyebutkan nama dan berkata bahwa kamu berasal dari Surabaya”, kata Argi sambil mengamini pernyataan Tio.

Perbincangan malam itu terasa hangat. Indahnya kenangan masa lalu tanpa sadar mengundang air mata nampak dari sela-sela mata. Bintang-bintang menjadi saksi atas isak tangis dua orang insan yang sedang mengenang masa lalu. Persahabatan telah mengikat hati mereka menjadi satu rasa, tanpa memandang sesuatu yang mereka punya. Selepas perbincangan itu, Tio dan Argi memasuki dunia mimpinya, hingga sang fajar dan suara adzan shubuh menyapa mereka untuk menunaikan Sholat shubuh.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience