Pain

Romance Series 2770

Hujan deras dan angin kencang hari ini Purnama tidak di temani Raden seperti sebelumnya. Raden tidak pernah kelewatan untuk menelpon Purnama karena cowok itu tau gadisnya takut dengan petir apalagi kali ini hujan turun sangat deras

Purnama sengaja mematikan telpon genggamnya. Gadis itu sama sekali tidak ingin di ganggu oleh Raden terlebih dahulu

Purnama tau posisi nya, tapi dia juga kecewa...sangat kecewa. Gadis itu sayang pada Raden, tak bisakah lelaki itu tidak melampiaskan pada Purnama.

Purnama menghela nafasnya kasar, dadanya sesak nafasnya berat seakan ada beban yang berusaha ia lepaskan dari hatinya. Mungkin kali ini Purnama lelah..sudah dua kali Raden melakukam ini. Purnama perlu istirahat.

***

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif cobalah beberapa saat lagi"

"Sial" umpat Raden kasar dan membanting telpon genggamnya ke kasur dengan emosi. Berkali kali ia mencoba menghubungi Purnama tapi selalu nihil. Cewek itu mematikan telpon genggamnya

Raden khawatir pada Purnama pasalnya ia tau betul Purnama takut dengan petir, pernah saat ia mengantar gadis itu pulang dalam keadaan di luar hujan deras dan di ikuti suara petir Purnama menutup telinga dan matanya. Gadis itu terlihat sangat ketakutan sehingga Raden harus menepikan mobilnya terlebih dahulu

Flashback on

"Kamu kenapa?" Tanya Raden, saat itu ia belum mengetahui bahwa Purnama takut dengan suara petir

"Takut petir" jawab Purnama sambil sesunggukkan

Dengan cepat Raden memeluk Purnama dan menenangkannya. Raden berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan meninggalkan Purnama sendirian ketika hujan badai seperti ini

"Flashback off"

"Apa gue ke rumah dia aja ya" pikir Raden "tapi nanti dia nggak ada dirumah gimana ya"

Raden menimbang nimbang apakah dia pergi ke rumah gadis itu atau tidak

"Bodo amat ah kesana dulu aja deh gue" putus Raden

Dengan sedikit terburu buru dia mengeluarkan mobil dari garasi rumahnya. Untung saja ban mobilnya baru di ganti jika tidak mungkin sudah tergelincir karna Raden mengemudikan mobilnya dengan cepat agar segera sampai di rumah Purnama.

***

Purnama tidur dengan mata sembab setelah tadi menangis. Tidurnya belum begitu nyenyak tetapi sudah ada yang mengganggunya. Purnama mendengar pintu rumahnya di ketuk dengan jalan sempoyongan dia turun ke bawah dan membuka pintu.

Ia kaget melihat siapa yang datang hujan hujan begini. Raden..cowok yang mati matian berusaha ia hindari bahkan dia sempat bersyukur hari ini adalah hari sabtu setidaknya sampai senin dia tidak akan bertemu Raden tapi ternyata cowok itu malah datang ke rumah nya

Bodohnya lagi dia tidak melihat dari jendela kamarnya siapa yang datang sehingga dia tidak bisa menghindar lagi

"Kamu berantakan banget" teliti Raden dari atas sampe bawah "mata sembab, kamu masih marah sama aku?"

"Kamu ngapain disini?" Jawab Purnama tanpa memperdulikan pertanyaan Raden

Raden tau jika seperti ini Purnama akan langsung terserang demam, dan benar saja Purnama menggigil di depan Raden karna udara di luar cukup dingin

"Kamu demam kan?" Ucap Raden posesif

"Jangan sentuh aku" Purnama menangkis tangan Raden yang akan menyentuh keningnya

"Kamu masih marah ya sama aku?" Tanya Raden sedih "maafin aku sayang"

Purnama masih bergeming di tempatnya berdiri. Ia tidak tau harus melakukan apa di satu sisi ia amat sangat rindu dengan lelaki yang ada di depannya ini tapi di sisi lain ia sangat kecewa.

"Maafin aku" mohon Raden lagi sambil memeluk Purnama

Kali ini Purnama tidak melawan bahkan tidak juga membalas pelukan Raden, ia terlalu lemah saat ini.

Selain kondisi tubuhnya yang tidak begitu sehat, Purnama juga tidak bisa mengelak bahwa ia sangat rindu dengan Raden

Nyaman. Itulah yang Purnama rasakan ketika Raden memeluknya setelah itu tangisnya pecah. Tangis yang selama ini dia tidak bisa keluarkan tetapi di pelukan Raden ia bisa dengan gampang menangis.

Beban di hatinya mulai terangkat sedikit demi sedikit. Raden yang tau Purnama menangis hanya membiarkan saja gadis itu menangis di pelukannya. Mungkin dengan menangis bebannya akan berkurang dan bisa memaafkannya lagi pikir cowok itu.

***

Raden menjaga dan merawat Purnama semalaman. Dari mulai membuatkam bubur hingga mengganti air kompresan kepala Purnama

Raden juga menenangkan Purnama ketika gadis itu bermimpi buruk entah apa mimpinya. Raden pernah dengar jika orang yang demam memang rentan bermimpi buruk

Beruntunglah besok minggu, dia tidak ada kuliah dan tidak ada yang bisa mengganggu Raden di hari minggu. Jadi dia bisa menjaga Purnama hari ini karna keluarga Purnama sedang ke luar kota.

Raden melihat telpon genggamnya hanya ingin tau apakah pacarnya mengirim pesan ternyata tidak sama sekali sejak kemarin lalu kembali pada Purnama sebentar memastikan apakah tidurnya sudah nyenyak atau belum.

Setelah memastikan Purnama sudah lelap dalam tidurnya, Raden melihat seisi kamar Purnama dan melihat telpon genggam Purnama berdering menandakan ada pesan masuk. Raden mengambilnya dan melihat ternyata memang ada chat dari Widi

"Purnama aku bermimpi buruk, biasanya ini pertanda kalau kamu sakit.. r u ok?"

Siapa Widi? Batin Raden

------

Jeng jeng jeng siapakah Widi~~

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience