10. Persaingan

Romance Series 182

Semua mainan sudah selesai dikemas dalam tas kanvas berukuran sedang berlabel minimarket. Jika dihitung, semuanya berjumlah 300 item dengan total belanja mencapai 15 juta rupiah!

Zulfa ingin protes—apa Marcello sudah kehilangan akal sehat membelikan mainan sebanyak ini?

"Dilarang protes," suara Marcello tiba-tiba terdengar, membuat Zulfa makin kesal.

"Kau pikir villa kami itu gudang mainan?! Satu mobil-mobilan saja cukup awet untuk anak seusia Rafa. Lalu kenapa harus 300 mainan?!"

"Anggap saja aku merapel semua hadiah selama dua tahun ini aku tak bertemu dengannya. Jangan lupa, aku baru saja keluar dari penjara itu. Selama ini aku merindukan putra kita."

Zulfa langsung menginjak kaki Marcello, yang hanya meringis tanpa rasa sakit.

"Sekali lagi kau sebut Rafa sebagai putra kita, aku pastikan kau tak akan pernah bertemu dengannya lagi!"

"Kenapa kau jadi sensitif? Tak masalah, aku bisa memohon pada Adelard. Kalau perlu, aku cuci kakinya."

"Aku bukan sensitif! Aku jijik dengan omonganmu yang seolah Rafa itu putramu! Kalau bertemu anak lain yang mirip Rafa, apa kau akan mengklaim dia juga anakmu?!"

Tiba-tiba, Marcello menarik tas bayi di lengan Zulfa hingga membuat tubuh mereka bersentuhan. Zulfa tercekat. Sentuhan itu terasa... aneh. Hangat. Mengganggu.

"Aku memang banyak berkencan, tapi aku selalu memakai pengaman—kecuali denganmu. Saat itu aku ingin merasakanmu sepenuhnya karena aku memiliki perasaan padamu. Itu sebabnya aku curiga Rafa adalah anakku. Apalagi kau sempat mengancam akan menggugurkan janinmu dua tahun lalu."

Wajah Zulfa memerah karena marah. Tapi sebelum ia bisa membalas, petugas kasir bicara.

"Maaf, Pak. Kartunya tidak bisa digunakan."

"Apa maksudmu?"

"Saldo tidak dapat digunakan."

Marcello mengeluarkan lima kartu lainnya. Semua black card. Tapi hasilnya tetap sama.

"Maaf, semua kartu Anda gagal."

"Apa?!"

"Tuh kan! Sok keren! Baru belanja mainan sudah limit! Si paling hebat ternyata saldo merah!" Zulfa menyeringai sinis.

"Pinjam uangmu dulu. Nanti aku ganti."

"Ogah! Emangnya aku sponsormu?"

"Ini darurat!"

"Bodo amat!"

Tiba-tiba, seorang pria tampan muncul di tengah keributan mereka.

"Pakai kartu saya saja. Biar saya yang bayar."

Zulfa melongo. Marcello menendang pelan kakinya.

"Kenapa kau melirik seolah bola matamu mau jatuh?! Kalau kau sampai terkesima, aku akan mencongkel matamu!"

"Congkel saja! Tapi setelah itu, pastikan kartu-kartumu bisa dipakai lagi!"

Zulfa mendekati pria tampan itu, mengabaikan Marcello.

"Maaf, Pak. Anda tidak perlu repot-repot. Saya jadi merasa bersalah."

"Tidak perlu merasa begitu. Yang bermasalah itu pria di sebelahmu. Dia suamimu?"

"Suami!" kata Marcello.

"Teman!" balas Zulfa bersamaan.

Pria itu menatap mereka bergantian lalu menatap jari Zulfa yang kosong dari cincin.

"Tentu saja aku lebih percaya padamu daripada pria miskin ini."

Marcello menggeram.

"Ini kartu namaku. Kalau kau ingin mengganti, silakan. Kalau tidak pun tak masalah. Uangku masih banyak."

Zulfa hendak meraih kartu itu, tapi Marcello lebih cepat.

"Tentu saja aku akan membayarnya! 15 juta itu receh buatku. Uang itu biasa aku pakai untuk bersenang-senang—terutama dengan putra kami."

"Rafa!"

Tiba-tiba suara Nafisah terdengar. Di belakangnya, Adelard muncul dengan ekspresi datar.

"Zulfa, aku khawatir! Kenapa ponselmu mati? Kenapa kau bawa Rafa tanpa izin?! Rafa, sini sama Mama."

Zulfa terdiam dan menyerahkan Rafa. Bocah itu menguap, lelah. Adelard tetap diam memperhatikan mereka.

"Maaf, saya pikir wanita ini ibunya," ucap pria tampan.

"Bukan. Dia hanya tantenya. Kami permisi."

Nafisah dan Adelard pergi. Pria tampan itu pun tersenyum.

"Saya Kevin. Senang bertemu."

"Zulfa. Maaf, saya harus pergi."

Setelah Zulfa berlalu, Marcello menatap Kevin tajam.

"Aku akan bayar uang itu. Tapi jangan coba-coba dekati atau menyentuhnya. Dia milikku."

"Sudah miskin, sombong pula. Kau pikir aku takut dengan pria selemah kau?

"****

Akhirnya Marcello punya saingan

Adelard masih bungkam sama Nafisah sampai sekarang, ntah sampai kapan..

Makasih ya udah baca

Sehat selalu, With Love Lia

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience