Part 10

Mystery & Detective Series 32100

#Masalalu_Istriku
#part10_Kaget_Istriku_Mandul
#Natta_D

Setelah mengetahui penyebab Khira tidak bisa mengandung. Makan malam berikutnyalah saat yang tepat untuk memberitahukan kepada Ibu.

Kertas hasil tes labor kuserahkan kepada wanita yang telah melahirkanku dengan bertaruh nyawa. Raut wajahku dan Faakhira sangat kecewa, tak bisa di pungkiri lagi. Sangat jelas terbaca olehnya.

"Bu, ini hasil tes kami, penyebab Khira tidak hamil-hamil juga sampai sekarang." Aku yang menyorongkan surat itu kepada Ibu. Sedang muka sudah penuh dengan kegelisahaan. Membayangkan bagaimana ekspresi wanita separuh baya yang duduk diseberang meja makan ini.

Di sebelahku, Faakhira yang bergemetaran, mengkulum-kulum seraya mengigit-gigit bibir bagian bawah.

Apa yang harus kulakukan!

Di seberang Faakhira, Ibu menatap tajam, alisnya naik seakan terheran melihat kami yang berkeringat dingin. Gugup.

Saat dibuka kertas itu, Ibu langsung syok. Napasnya terengah-engah. Tak dapat kutuliskan lagi ekpresi dia, semua kacau dan panik di wajah. Aku sudah bingung waktu itu, tak tau harus berbuat apa.

Pertama, Ibu jadi sakit karena membaca barisan huruf yang menjadi padu membentuk kalimat di atas kertas itu. Disisi lain, aku juga syok dan masih tak terima bahwa Faakhira mandul. Digandakan lagi dengan Khira yang tampak putus harapan, patah arang pada dirinya sendiri, tak bisa memberi keturunan. Sedangkan aku dan Ibu mertuanya sangat ingin mempunyai anak.

Cobaan yang berat bagi Faakhira. Dia bersabar dan tabah. Mencoba membalikkan fakta di pikiran. Tapi tetap saja tidak bisa, kenyataan dunia berkata, terima sajalah takdir ini.

.

Yang membuat Ibu mengalami syok yang sangat berat, karena menantunya terkena komplikasi di rahim. Dia tidak bisa diobati lagi.

Pertama, hasil tes mengatakan Tuba Falopi Khira buntu yang membuat sel spermaku tidak bisa mencapai sel telur. Ada benjolan yang menutupi saluran itu.

Kemudian juga ditindih lagi dengan adanya kelainan Ovulasi yang membuat sel telur tidak bisa dilepaskan.

Inilah yang membuat Khira tidak bisa mengandung lagi. Ini sangat berat untuk keluargaku, sepertinya Tuhan sedang mempermainkan kami. Ironis memang kan.

___

Namaku Arianto, berumur 27 tahun. Bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan besar industri makanan. Selain itu, aku juga mempunyai usaha menjahit terbesar di Pekanbaru.

Terus lagi, aku punya ternak ikan, ayam, lembu, sayur, dan kebun kelapa yang banyak. Dari sinilah penghasilan perbulanku masuk.

Memang aku rajin sholat, sedekah, infak dan membantu anak yatim. Senang bisa melihat orang tersenyum dikarenakan perbuatan kita.

Tapi, terkadang batinku bisa menolak dan berkata, jika Allah tidak adil. Seperti membuatku terpuruk selalu. Tidak ada kebahagiaan yang aku dapat.

Lalu kubungkam dengan kalimat kalau Allah itu Maha Adil, Maha Penyayang. Pasti ada hikmahnya di balik kejadian ini. Walaupun, bisa berpikir seperti itu, tetap saja selintas terpikir kalau Allah tidak adil.

Kurasa semua orang pernah merasakan hal ini, sama sepertiku. Atau bahkan bisa lebih buruk lagi.

Kapan aku bahagia Ya Allah?!

Merasakan nikmatnya hidup tenang dan tentram.

...

"Ibu sudah mendingan?" tanyaku yang berdiri di samping ranjang tempat dimana Ibuku berbaring. Rumah sakit Syafira Pekanbaru.

"Iya, alhamdulillah Ibu sudah mendingan kok," jawabnya dengan senyum di wajah.

Faakhira datang.

"Ibu, gimana, udah baikan ya?" tanya Khira nada suaranya terdengar lirih.

"Huh, Mama sangat sakit, tau. Gara-gara kamu, menantu yang tak bisa punya anak." Nyinyir Ibu, mulai tak suka dengan Faakhira. Istriku.

Selepasnya, Khira tertunduk berdiam mendengar kata-kata yang sangat menyayat hati. Terucap dari mulut Ibu mertua dia.

Aku yang menyaksikan, langsung mencoba menengahi. Ingin mencairkan suasana.

"Udah, udah, Bu. Ini bukan salah Khira. Ayok kita pulang lagi. Kata dokter, Ibu sudah boleh pulang, kok," tuturku dengan nada lembut dan halus. Berharap semoga saja semua akan baik.

Sehabis itu, kami bertiga sekeluarga melesat pergi memakai Toyota kesayangku. Melewati deretan gedung-gedung tinggi yang rata-rata berlantai enam dan tiga. Kita pulang.

Sementara di dalam mobil, sebelum sampai di rumah. Aku mencium atmosfer yang kurang sedap. Terasa canggung dan kikuk, Ibu yang awalnya baik dan ceria kepada Khira. Sekarang bertransformasi menjadi cuek dan jutek, tidak suka dengan menantu yang tak dapat memberikan cucu.

...

Malam ini aku tidur sangat larut sekali. Mendengarkan curahan hati kecil istriku, Nyonya Ari. Berliter-liter air bening keluar dari mata bewarna coklat itu.

Airnya sampai bisa membentuk samudra yang luas. Aku tak bisa memberhentikan tangis istriku, kubiarkan dia meluapkan seluruh rasa yang menjanggal di hati. Dengan begitu ia akan sedikit lega.

"Mas! Kenapa begini! Aku menantu dan istri yang tak berguna!" Ia yang menahan emosi, mengigit bibir. Mencoba agar suara tidak terlepas nyaring.

Terus dan terus sepanjang malam begitu. Aku yang juga sedih tidak mungkin melihat gundah kepadanya. Sebisa mungkin aku tahan raut itu dan membuatnya senyum. Menurutku beginilah tugas suami yang baik.

Hari ini terasa panjang untukku, penuh lika-liku. Entah apa lagi yang disiapkan Tuhan untuk diriku ini.

Padahal aku tidak pernah mengingkari perintah-Nya, tapi kehidupan duniaku sangat perih dan penuh dengan insiden dan tragedi. Tragis.

Ayahku meninggal di bunuh orang dan pelakunya tidak diketahui sampai sekarang. Semenjak itu, Ibu menjadi suram dan tidak ingin sarapan bersama lagi. Terus ditambah lagi dengan istriku yang mandul.

Emang setangguh apa, sih! Aku di matamu Ya Allah ....

***

next?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience