Aku Tahu

Mystery & Detective Series 32099

"Mas Ari, kok ramai kali orang yang nyambut kita datang?" Desis Faakhira sambil menengok wajah Mas Ari, "aku merasa kurang enak, Mas."

Raut wajahnya tampak gelisah, merasa kurang percaya diri.

"Tidak apa-apa, tenang saja. Kamu pasti bisa, ayok," ajak Mas Ari.

Tangannya menggenggam tangan Faakhira, lalu berjalan melewati jajaran orang yang berdiri seperti patung.

Dapat kurasakan, tanganmu dingin, ujarnya dalam pikiran.

Langkah mereka terhenti di depan Nyonya Mahmud, seorang ibu rumah tangga yang berhasil membesarkan anaknya menjadi orang yang sukses dan sholeh.

Nama aslinya Ika Darmayanti, ibu dari Mas Ari dan mertua dari Faakhira. Wanita dengan hidung mancung itu, usianya kira-kira 47 tahun, sementara wajahnya masih tampak muda.

Setelah itu, sepasang kekasih tadi mencium tangan Nyonya yang mengenakan Puricia Feesten desain Mock Two Piece.

"Assallammualaikum ..., Ma," salam Mas Ari.

"Assallammualaikum ..., Bu," salam Faakhira.

"Waalaikumsalam ...," sahut Nyonya Mahmud.

"Lama kali kalian sampai, Mama dah nunggu dari tadi, loh." Tingkahnya genit kepada Faakhira.

"Maaf, Ma, kami tadi belanja dulu. Ada sesuatu yang ingin Faakhira kasih ke Mama, loh," ujar Mas Ari.

Ia menoleh ke kiri, lalu memerintah salah satu dari pelayannya untuk mengambil hadiah di mobil.

Suasana masih kikuk, ingin bicara tapi merasa enggan dan tak pantas, Faakhira.

Siapa aku?

Keluarga ini terlalu megah untukku yang hanya anak miskin tak punya apa-apa.

Apa aku boleh mendapatkan ini semua, suami yang sholeh dan sukses, keluarga, ibu yang sangat baik, setelah apa yang aku perbuat di ....

Tiba-tiba Mas Ari memanggilnya, lalu menatap Faakhira yang dari tadi melamun, matanya menyempit.

"Kenapa?"

Kaget. Wanita bercadar menoleh, "Tidak! Tidak! Takda apa-apa, kok."

"Ini hadiah yang Dek Khira beli tadi." Mas Ari menyodorkan belanjaan ke Khira.

Faakhira membagikan hadiah itu ke mertuanya, Nyonya Mahmud.

"Ini, Bu, maaf kalo nggak suka," ujarnya.

Wajahnya antara ragu dan khawatir, takut hadiah yang dibelikan tidak sekelas keluarga elit ini.

"Terimakasih menantu kesayangan, Ibu," sahut Nyonya dengan nada gemas.

___

-Arianto-

Kami beringkah pergi ke ruang makan, melewati koridor demi koridor ruang-ruang yang berdinding tebal dan kokoh.

Di sampingku, tampak Khira yang sedari tadi mengamati dengan detil rumah ini. Matanya berputar memantau setiap ruang-ruang yang dilewati.

Tercelik olehnya lemari kaca dengan kerangka bewarna keemasaan, berisi gelas dan piring klasik yang sangat indah. Guci-guci yang sangat mahal, pas foto dan lukisan-lukisan berkelas elit. Setara dengan keluarga berkelas bangsawan.

Kali ini menu makanan terlihat sedikit megah dari biasanya. Menyambut kedatangan Khira, mantu kesayangan Mama.

Rendang daging sapi, sop ayam, ayam panggang, telur goreng, ayam sambalado dan beberapa jenis minuman penyegar tenggorakkan serta buah-buahan yang beraneka macam telah disiapkan oleh pembantu untuk menemani makan malam kami.

Sayangnya Ayah sudah tidak ada, ia telah lama meninggal. Hanya Ibu yang aku punya, Mama berjuang keras demi diriku.

Rekaman masalalu sekilas menghanyutkan. Keping-keping peristiwa yang diceritakan oleh Ibu, kalau Ayahku meninggal di bunuh orang dan sampai sekarang pelakunya belum diketahui.

Aku ingin membunuh orang yang sudah membunuh Ayahku! PASTI!

....

Beberapa saat kami berbasa-basi dan tertawa riang di meja makan yang berkelas elit, menurut Khira.

Baru saja aku mau menyuapkan nasi yang kesekian kalinya, lalu Handphone-ku berdering. satu kali, dua kali dan ketiga.

Aku langsung berhenti mengunyah dan meletakkan sendok kembali ke piring. Aku berdengkus sebal, mengganggu kenikmatan orang sedang makan.

Tanganku berkalih masuk kantong celana sebelah kanan, lalu mengambil Handphone yang dari tadi berdering.

Rupanya pesan masuk dari nomor tak dikenal. Saat kubuka, pesannya berisi.

[Jika ingin mengetahui kebenaran istrimu, maka buka WhatsApp sekarang juga.

Indonesia
20/01/2017 Jum 19:01 SIM1]

Bergegas aku membuka WhatsApp, benar saja ada pesan masuk yang tidak dikenal. Penasaran, jempol kanan mengklik pesan.

[
Online

Aku mengetahui kebenaran istrimu, Arianto. Jika kau ingin mengetahuinya, kita berjumpa di Krema Koffie besok malam jam 7:30.
19:02]

Setelah membaca itu, dengan cepat jariku membalas pesannya dengan jawaban "iya."

Aku senyap sejenak.

Berpikir.

Apa ya, kebenaran tentang istriku.

Aku melirik Khira, mencoba menebak teka-teki yang dia buat. Apa yang dia sembunyikan? Gambar-gambar kejadian yang janggal saat bersama Khira kembali terngiang di benakku.

....

"Ada apa, Ri." Ayok makan lagi, "jangan bengong, Nak. Ntar makanannya keburu dingin, loh."

"Eh, iya, Ma," jawabku yang kaget terbangun dari hanyutnya mengingat kejadian yang tidak mengenakkan bersama Khira.

Pasti kutemukan kebenaran ini!

.

___

Selesai makan malam, kami berbincang sebentar di ruang tamu. Menghabiskan semua canda, lalu hanyut dalam bahak tawa.

Nikmat memang melihat Ibu dan istriku bisa tertawa bahagia, bukan air mata yang mengalir seperti Ibuku dahalu.

Sekitar jam 09:45 WIB, semua lelah dan perih hari ini kulenyapkan sekejap dengan menutup mata di kamar yang berdekorasi ala Turki.

"Selamat malam, Mas," ucap Khira.

"Selamat malam, Dek Khira."

Kukecup kening istriku, lalu pergi ke dunia mimpi sembari tidur memeluk istri.

***

Next

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience