Caranya?
Ini yang belum terpikirkan oleh Erika. Dia belum tahu apa yang harus dia perbuat untuk mengantisipasi agar Dimas tidak sampai tergoda oleh kecantikan dan kemolekan siswi baru pindahan yang kehadirannya langsung menjadi pusat perhatian hampir semua cowok di SMU KUBA.
“Ah, sudahlah. Sebaiknya kita tak perlu membicarakan hal yang belum tentu terjadi. Ayo, perut gue udah laper nih. Gue pengin buru-buru sampai di rumah, agar gue bisa cepat-cepat mengisi perut gue yang udah keroncongan, " kata Erika berusaha mengalihkan pembicaraan, agar kedua sahabatnya tidak terus menyudutkannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang berisikan dugaan-dugaan yang belum tentu benar-benar akan terjadi.
Tapi, bagaimana kalau dugaan kedua sahabatnya benar-benar terjadi?
Ah, ngeri juga Erika membayangkannya.
Kedua sahabatnya pun menurut untuk tidak lagi membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi berkaitan dengan kehadiran siswi baru pindahan yang cantik dan menarik itu.
Ketiga sahabat karib itu terus melangkah beriringan sambil mengobrol dengan sesekali diselingi canda ria sebagaimana biasanya. Mereka menyusuri koridor gedung sekolah, kemudian keluar dari lingkungan dalam gedung sekolah menuju ke halaman depan yang akan menuju ke jalan raya yang ada didepan komplek gedung SMU Kusuma Bangsa.
Begitu mereka sampai dihalaman depan gedung sekolah, seketika langkah Erika dan kedua sahabat karibnya pun terhenti dengan wajah menunjukkan keterkejutan. Bahkan Erika tampak agak shock. Sampai-sampai dia tertegun diam membisu bagai patung. Hanya sepasang matanya saja yang membuka lebar, memandang ke depan tanpa berkedip barang sekejap pun.
Apa yang terjadi?
Apa yang dilihat Erika, sehingga dia sampai shock begitu?
Saat itu, Erika dan teman-temannya melihat Dimas tengah jalan bareng dengan siswi baru pindahan yang bernama Vebina Ariesca atau lebih akrab dipanggil Vanesa. Tampak sambil melangkah dan ngobrol, cewek itu dengan manja bergelayut di pundak Dimas. Yang lebih nyakitin lagi, Dimas bukannya menolak sikap manja yang ditunjukkan oleh Vanesa. Sebaliknya, Dimas justru malah meladeni kemanjaan tuh cewek.
Ingin rasanya Erika menjerit dan memaki, namun tak sepatah kata pun yang mampu dikeluarkan dari mulutnya. Dia justru tetap terpaku dengan wajah tetap menunjukkan keterperangahnya. Erika baru tersadar begitu Dimas sama Vanesa menghilang dari pandangan matanya, juga begitu Rani dan Yulia menegur nya.
Share this novel