“Erika.... " mamanya ikut bicara.“Mama pun berpikiran sama sebagaimana mas mu. Tidak biasanya kamu bersikap seperti itu. Dan mama tak percaya kalau kamu tadi latihan drama. Katakan sama mama dan mas mu, ada apa sebenarnya? Kalau ada masalah, jangan kamu pendam sendiri yang akan membuatmu jadi makin suntuk. Ceritakan sama mama dan mas mu, siapa tahu mama atau mas mu bisa membantumu. "
“Enggak ada apa-apa, ma. Percayalah...."
“Benar enggak ada apa-apa? "
Erika mengangguk. Namun begitu, wajahnya masih saja manyun alias murung. Tidak sebagaimana biasanya yang senantiasa tampil ceria, bahkan suka bercanda dengan Aditya, kakaknya. Jadi, dengan romantis muka seperti, manalah mungkin mama dan kakaknya percaya tidak apa-apa dengannya?
*****
Sampai malam tiba, perasaan Erika masih tetap tidak menentu. Hatinya gelisah resah, bercampur dengan rasa kesal dan jengkel. Semuanya jadi serba salah. Mau menghubungi Dimas, tidak enak. Nanti Dimas malah makin tambah besar kepala, karena merasa diperhatikan. Dan bisa-bisa tuh cowok malah makin ngelunjak! Lalu, apa dia akan membiarkan Dimas yang selama ini dekat dengannya, disamber cewek lain?
Ah, masa bodoh! Memangnya cowok cuma Dimas doang?! Masih banyak cowok yang lebih keren dan lebih baik dari pada Dimas. Dan pula, masih banyak cowok lain yang dia yakin menyukai dirinya. Tapi, bagaimana dengan dirinya? Apakah dia juga bisa menerima cowok lain selain Dimas?
Erika tercenung bimbang.
Ya! Apakah dia bisa menggantikan Dimas dengan cowok lain?
Rasanya sulit. Karena ia sudah terlanjur dekat banget ama tuh cowok. Meski sejauh ini belum ada pernyataan resmi baik darinya maupun dari tuh cowok, namun kebersamaan mereka selama ini, rasanya sudah cukup menjadi bukti kalau tuh cowok suka sama dia. Begitu sebaliknya. Bahkan selama ini, Dimas begitu baik pada dirinya. Lalu, kenapa kini Dimas tiba-tiba berubah? Kenapa Dimas tiba-tiba berpaling pada cewek lain?
Share this novel