Bekerja Di Rumah Nenek IV END

Fantasy Series 4038

Keesokan harinya, kupikir keadaan akan kembali normal seperti hari-hari biasa. Namun apa yang kulakukan kemarin terhadap Blacky rupanya merupakan sebuah kesalahan besar.

Entah kenapa aku merasa bahwa Blacky saat ini terlihat sangat horny padaku, dia bahkan sering berusaha menyetubuhi kakiku dan melompat lompati aku. Terpaksa anjing ini kukurung di kandang bekas Bimbom. Namun sialnya baru sehari dikurung, nenek memarahiku dan mengatakan bahwa Blacky tidak perlu dikurung karena ia bukanlah anjing yang liar ataupun galak.

Alhasil Blacky bisa berkeliaran bebas di luar. la selalu berusaha mengejar ngejar aku, bahkan seringkali pintu luar rumah dikorek koreknya dari luar, setiap ada kesempatan bertemu, moncongnya yang kasar dan bau itu selalu disodok sodokannya ke selangkanganku.

Aku merasa malu sekali...jangan jangan anjing ini ketagihan dengan apa yang kami lakukan kemarin ? atau apakah mungkin tingginya nafsu Blacky itu terjadi karena saat ini memang sedang musim kawin bagi anjing ? Jika iya, kenapa ia tidak mencari anjing betina saja untuk melayani nafsunya ? kenapa harus aku yang manusia ?

Oh.. astaga.. aku tidak tahu pasti, namun yang jelas tingkah polah Blacky yang sekarang telah memberikan gambaran seperti itu, sekarang anjing ini benar- benar bernafsu padaku, setiap kali aku mengusirnya menjauh dia tidak mendengarkanku, sehingga aku jadi malas keluar rumah kecuali terpaksa seperti menyapu halaman dan mandi.

Esoknya aku sedang berniat untuk menyapu halaman. Aku sudah melihat ke sekitar dan sepertinya Blacky tidak ada. Mungkin ia sudah mendapatkan anjing betina untuk melampiaskan nafsunya. Namun baru sebentar aku memegang sapu, tiba-tiba kurasakan sesuatu mendorong pantatku dari belakang. Oh tidak, itu Blacky! Dengan refleks aku mengacungkan gagang sapu ke arahnya dan berniat untuk menakut-nakutinya.

"Neneng.. !" terdengar suara nenek pelan memanggil namaku.

Aku yang saat itu sedang dalam posisi mengacungkan gagang sapu ke arah Blacky tiba-tiba terkesima dan mematung. Aku tahu Blacky adalah hewan kesayangan nenek, tentunya ia akan marah besar jika aku sampai memukulnya.

"I.. iya nek.." jawabku terbata-bata dan masih dalam posisi seperti patung.

"oh..si Blacky mengganggumu ya.. sekarang tambah gemuk dia.. kamu pintar merawat, Neneng.." kata nenek sambil mengelus elus kepala Blacky.

Seketika aku merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengalihkan perhatiannya.

"ehmm.. nenek bisa aja.. sini..biar saya mandikan dulu.." pintaku. Nenek hanya tersenyum ramah, aku tahu hanya itu jalan satu satunya cara untuk memperbaiki keadaan.

Kutarik kalung Blacky i dan kutuntun ke kamar mandi. Sesampainya disana, pintu kukunci rapat, perlahan kuhembuskan nafas keteganganku, aku merasa sangat bersalah.

Saat ini yang perlu kulakukan adalah memandikan Blacky, bukan hal yang sulit bagiku jika aku bisa menjaga jarak dengan anjing yang nafsunya sudah sampai ke ubun-ubun itu. Blacky suka mandi di pancuran, jadi kubuka saja kerannya dan kumandikan dia di bawah pancuran.

Namun apa yang kulakukan ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Blacky terus melompat-lompat tak karuan hingga semua air muncrat ke pakaianku.

"Huuft.. dasar.. " batinku.

Karena bajuku sudah terlanjur basah, aku pikir tidak ada salahnya jika aku sekalian mandi saja. Mudah- mudahan Blacky tidak banyak tingkah, pikirku.

Setelah kutanggalkan seluruh pakaianku, dengan cepat kami berdua telah bertelanjang bulat. Aku berjongkok untuk menyabuni tubuhnya. Melihat kesempatan itu, Blacky langsung menjilati dadaku, yang kemudian terus berlanjut hingga ke perut, lalu kadang-kadang menyenggol kewanitaanku.

Lidah Blacky yang keras membuatku kegelian. Lama- lama secara perlahan aku mulai merasa horny juga, aku kemudian berdiri dan membalikan tubuhku. Lalu agak menunggingkan pantatku. Blacky yang otaknya sudah dipenuhi hawa nafsu itu sepertinya sudah sangat mengerti maksud dari tindakanku. Dijilatinya anusku, bisa kurasakan dengusan nafasnya berpacu dibelahan pantatku.

Semakin lama, permainan ini semakin enak, secara tidak sadar aku meraba raba itilku, rasanya sangat menggelikan. Blacky yang melihat itu memajukan moncongnya dan menjilati vaginaku, terang saja bulu moncongnya yang kasar serta kumisnya yang runcing menusuk nusuk kulit kemaluanku.. Blacky tidak sengaja melakukannya namun rasa geli geli itu membuatku tidak bisa menahan nafsuku.. ughhh.. ohhhh.. rasanya enaakk sekali.. kubalikan tubuhku dan aku duduk di pinggiran kloset duduk, kubiarkan Blacky menjilati bibir vaginaku dengan leluasa.. aku mengelus elus kepalanya.. aku merasakan kenikmatan yang bahkan belum pernah kurasakan bersama Mas Joni.

Blacky yang sepertinya sudah tidak tahan mengangkat kedua kakinya kupundakku, kulihat dengan jelas kemaluannya tampak merekah dan merah, .kupikir saat ini aku bisa saja mengakhirinya, namun entah kenapa mataku beradu pandang dengan mata Blacky. Matanya yang hitam bulat terlihat lucu dan bening. Mata ini murni tanpa ego, cukup lama aku menatapnya, mata itu seolah berkata " please.. aku ingin merasakannya sekali lagi.."

Aku berada didalam keputusan antara menerimanya atau mendorong Blacky.. namun keputusanku mungkin akan unik. Kugenggam kelamin anjing itu, dan "baiklah, kamu dapat apa yang kamu inginkan.."bisikku dalam hati.

Blacky adalah anjing kampung, mainnya paling banter ya sama betina kampung juga. Namun kali ini kelaminnya mendapatkan memek betina manusia. Kutarik kelamin si Blacky dan kugesek gesekan ke bibir vaginaku, geli juga rasanya. Semakin lama kurasakan tidak adil baginya, dan kali ini aku benar benar melakukannya, aku memasukan kelamin Blacky kedalam liang kewanitaanku!

Ughh.. ugh.. kudorong-dorongkan pantat Blacky sehingga alat kelaminnya semakin tenggelam dalam vaginaku. Andai dia bisa bicara aku ingin tahu apa komentarnya tentang liang kewanitaanku. Paha Blacky benar benar mengeras..begitu juga kelaminnya, aku bisa merasakannya sampai bergetar-getar menahan nafsunya.

Aku memeluk Blacky erat. Kuelus-elus bulunya yang pendek. Bulunya yang hitam legam terlihat bersih karena sering dimandikan. Blacky menjadi pejantan yang sehat.

Beberapa menit kemudian sodokan Blacky melambat., bahkan berhenti, kurasakan semburan spermanya muncrat begitu hebat didalam liangku. kelamin Blacky berdenyut denyut hebat. sesaat kami masih berpelukan, dan tak lupa aku berbisik "terima kasih.."

Sama seperti kemarin, kemaluan Blacky membesar dan rasanya sangat seret untuk dipaksa keluar dari kemaluanku. Namun dengan perlahan tubuh Blacky kudorong menjauh, Agak makan waktu tapi pada akhirnya penisnya yang masih terbenam di kemaluanku perlahan keluar, masih basah dan merekah. Kelamin itu tampak berdenyut hebat, sepertinya dia menikmati setiap detik persetubuhan kami.

Setelah Blacky berdiri dengan keempat kakinya, akupun bangkit. Mani cair si Blacky menetes keluar dari liang kewanitaanku. Perlahan moncong Blacky yang kasar didekatkan ke memekku, mengendus-endus dia, lalu mejilati maninya sendiri. Perasaanku sendiri setelah bersenggama dengan Blacky terasa melunak dengan anjing itu, kubiarkan dia menjilati bersih bibir vaginaku.

Setelah puas dengan itu, aku mengambil centong dan mengguyur badanku dengan air hingga bersih. Segarnya..!

Setelah mengeringkan badanku dengan handuk, aku melingkarkan hnduk itu dibadanku, menutupi buah dada sampai pahaku yang mulus. Kubiarkan Blacky sendirian di halaman terbengong-bengong dengan apa yang baru saja dia lakukan padaku. Lebih tepatnya apa yang aku lakukan padanya.

Aku masuk kedalam kamarku bermaksud untuk berganti pakaian. Ketika pinti kututup, Bimbom kecil sedang didalam, namun aku tidak terlalu memperhatikannya, sejak dia sekamar denganku, aku memang sering bugil didepannya, Bimbom kecil sepertinya belum mengerti "kegunaan kelamin" jadi aku santai-santai saja telanjang dihadapannya.

Saat kubalikan badanku, monyet kecil itu melompat padaku (memang dia sering melakukannya karena dia sayang padaku). Kali ini Bimbom dengan cekatan menyusupkan tangannya kebalik handukku, tujuannya sudah bisa kuduga, dia ingin menetek.

Namun bersamaan dengan itu ekor mataku menatap sosok lain di dalam kamar kami, seekor kera jantan bertubuh besar sedang berada disitu (belakangan aku tahu dia adalah kera yang baru dibeli nenek dan diberi nama Swan, usianya sekitar kera remaja) entah kapan dan bagaimana dia disitu, aku agak gugup. Tapi semua sudah "agak" terlambat... Rogohan tangan Bimbom membuyarkan ikatan handukku, praktis handuk yang satu satunya melindungi tubuhku terlepas dari ikatannya.

Handuk itu melorot kebawah secepat pikiranku yang tersadar kembali. Dengan sigap kutangkap ujung handuk itu dengan tangan kananku dan berusaha menutupi auratku yang terekspose bebas.

Agak risih rasanya, bagaimanapun aku seorang wanita yang telah menikah, dan seekor jantan asing yang (kupikir) telah siap kawin melihatku berbugil ria di sebuah kamar sempit 3 x 4 meter. Tentu saja tangan kananku berusaha menutupi kewanitaanku dengan handuk itu, walaupun kini bokongku terlihat bebas tanpa "pengaman".

Hal yang buruk menyusul, tidak berhenti disitu saja, berat badan Bimbom telah meningkat drastis, dengan melakukan lompatan seperti itu ke tubuhku dia membuat keseimbanganku goyang, aku tidak bisa berdiri dengan benar, dan masih untung aku terjatuh di bed tidur, dan semuanya terjadi begitu cepat.

Bimbom tengkurap diatas dadaku, dia tidak peduli apapun, mulutnya dengan cekatan menyedot air susu dari putingku. Kubiarkan monyet kecil ini menikmatinya, menghisap hisap putting susuku, entah apa yang Mas Joni lakukan jika dia tahu ini juga adalah bagian dari "paket bonus" pekerjaan yang kuterima.

Sesaat aku menjadi begitu sibuk dengan Bimbom yang begitu bergumul dengan kedua payudaraku yang kencang dan mulus, kedua tanganku sibuk menjaga badannya agar berada dalam posisi "proporsional". Tiba-tiba aku lupa memegang handuk yang menutupi auratku, karena konsentrasiku terfokus pada Bimbom.

Tubuhku benar benar terkunci dibawah Bimbom, tubuhnya yang berat tidak sanggup aku geserkan. Tiba tiba aku merasaan sesuatu. Monyet emas remaja (Swan) itu membuka handuk penutup tubuhku satu satunya.

Aku terkejut bukan main, sementara Bimbom sibuk membenamkan kepalanya di dadaku, monyet muda itu menghempaskan handukku ke lantai. Kini vaginaku terlihat sempuran olehnya. ya! aku gugup setengah mati. Bagaimana jika monyet ini birahi terhadap liang kemaluanku ? jika Blacky saja berkeinginan seperti itu, bagaimana dengannya?

Sesaat matanya yang bulat hitam tampak tercenung melihat gundukan hitam yang terpampang dihadaannya. Bibir vaginaku yang gemuk memperlihatkan garis "membelah vertikal" yang sangat jelas, perlahan jantungku mulai berdebar saat tangan Swan menyentuh kemaluanku. Menyentuh saja, menggesek dua, tiga kali..., wajahnya yang tanpa ekspresi membuatku berpkir jika Swan juga seperti Bimbom yang tidak tertarik dengan organ intim wanita manusia. Namun keyakinanku mendadak sirna ketika dia maju mendekat dan melebarkan kedua pahaku yang pasrah. Kini dapat kurasakan kedua bibir vaginaku terkuak lebar-lebar.

Ohh.. astaga.. jeritku dalam hati.. kenapa bisa begini ? Kupikir bersenggama dengan Blacky akan menjadi yang terakhir bagiku, kini aku telah dihadapkan dengan situasi dimana aku tidak bisa mengelak untuk melakukannya sekali lagi.

Jari tengah Swan mengurut urut belahan memekku. Perlahan-lahan seiring hisapan Bimbom pada putingku yang mengeras. Sesaat sensasi itu dengan " insting tubuh wanita 30 tahunku" diresponse dengan cara yang tidak kuinginkan.

Tubuhku melonjak menikmati sensasi itu, dan tanpa sadar lubang memekku berkontraksi dan mengeluarkan cairan kecil, bersamaan dengan itu sisa sisa mani Blacky juga ikut keluar. Kini vaginaku telah basah, dan nampak belepotan lendir mani yang menetes.

Swan tampak sedikit terkejut, namun cairan itu justru memancing insting "keingintahuannya". Dengan cepat kedua ibu jarinya menguakkan lebar- lebar memekku, sedangkan jari tengahnya mulai memasuki liang kewanitaanku yang tadinya diobok- obok Blacky.

Aku tak dapat melakukan apa apa terkecuali membiarkan Swan melakukan apa yang da inginkan, satu hal yang kuhindari adalah jika Bimbom melihat semua itu, kupeluk dia dalam-dalam. Entahlah, rasa sayangku pada kera kecil ini sedemikian dalam sehingga aku tak ingin dia melihatku dipermalukan seperti itu.

Jari jari Swan mengucek-ngucek vaginaku. Semakin lama bau mani Blacky yang tersisa semakin mencuat. Aku merasa sangat dipermalukan. Aku, seorang wanita yang telah menikah telah menerima kenyataan liang peranakannya telah kedapatan dimasuki oleh jari jemari sekor orang utan... liang kemaluanku ..oh....

Swan sempat membau baui tangannya sendiri, dan sepertinya bau itu dia kenali dengan baik. Sekitar 10 menit aku dimasturbasi oleh Swan si kera itu, namun yang terjadi di luar perkiraanku, Swan bergerak menjauh dariku dan sesaat kemudia dia pergi keluar kamar.

Saat dia mendekati pintu, aku begitu girang. Dan yang kuharapkan benar benar terjadi, kera itu membuka pintunya dan pergi keluar. Sesaat kupikir mungkin kera ini adalah kera yang cerdas, buktinya Swan dengan mudah bisa membuka pintu keluar. Sementara aku mendorong tubuh Bimbom dan membersihkan diriku serta cepat-cepat mengenakan pakaianku kembali.

Sejak saat itu aku semakin binal. Entah mengapa aku selalu sange ketiga tidak ada kontol yang masuk ke vaginaku. Dari pagi hingga malam hariku dilalui oleh desahan nikmat yang ditimbulkan oleh ketiga Binatang itu. Tentu tanpa sepengetahuan nenek. Aku selalu menghabiskan waktu untuk melayani nafsu ketiga hewan ini hingga aku dan Mas Joni pulang ke Jawa.

Tamat….

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience