Bab 11 - Hampir saja

Romance Series 59395

Terdengar suara langkah kaki ke arah gudang tersebut tepat setelah Javier membaringkan Rosalia di tikar.

Javier tak mampu lagi menahan rasa takutnya. Semoga saja tidak ada yang melihat jika semalaman Rosalia tidak ada di sana.

Ceklek ….

David membuka pintu hingga suaranya terdengar berderit. 

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya David sembari menautkan kedua alisnya.

Javier menghembuskan nafasnya pelan. Berusaha bersikap tenang meskipun jantungnya terus berdebar karena takut.

"Kebetulan aku datang kemari untuk memeriksa Nona Rosalia. Takut dia tidak ada di sini," sahut Javier dengan kepala tertunduk.

"Mana mungkin dia keluar dari sini," sahut David dengan nada datar.

David mendekati Rosalia yang masih tidur dalam posisi telentang. Ia berjongkok di dekatnya sambil mengamati wajah Rosalia.

"Lain kali lebih baik menurut dari pada sesuatu yang buruk terjadi padamu," ucap David sembari menyingkirkan anak rambut yang berserakan di wajahnya.

"Namun tidur disini tampaknya kau juga sangat nyenyak," gumam David sembari menyeringai licik.

"Tuan, sebaiknya jangan membangunkan dia," larang Javier. Ia khawatir Rosalia terkejut dan bertindak sesuatu di luar dugaan.

"Dia harus bangun untuk melayaniku," ujar David dengan nada datar.

"Tapi …."

"Hmmmm." Belum sempat Javier melanjutkan kata-katanya, David sudah terlebih dahulu berdehem dengan suara yang cukup keras.

Rosalia langsung terduduk mendengar suara David. Matanya terbelalak lebar memandang David. Habislah mereka karena ia terlambat pergi dari kamar Javier.

Rosalia sangat panik sehingga belum menyadari jika saat ini sudah berada di gudang.

"Kenapa terkejut? Apakah aku sangat mengejutkanmu?" tanya David sembari menaikkan sebelah bibirnya. Senyum itu terlihat mengerikan seperti biasanya.

"David, aku mohon jangan hukum Javier. Hukum aku saja," ujar Rosalia dengan wajah memelas.

Javier memijat pelipisnya. Masih mencari cara bagaimana menjelaskan pada Rosalia jika dirinya sudah memindahkannya.

"Menghukum Javier? Memangnya apa yang telah dia lakukan sehingga kau membelanya?" tanya David sembari menaikkan sebelah alisnya. 

Rosalia menelan saliva hingga akhirnya perlahan menyadari jika dirinya sudah pindah. Bagaimana bisa ia tidak menyadari? Apakah Javier yang memindahkannya tanpa memberitahu?

"Tidak ada, aku sepertinya tadi hanya bermimpi," ujar Rosalia terbata. Nafasnya memburu karena takut David curiga.

"Apakah sangat nyaman tidur disini hingga kau sampai bermimpi?" tanya David sembari memainkan rambut Rosalia sedikit. Ia menggulung rambut itu di jari telunjuknya.

Rosalia terdiam sambil mengigit bibir bawahnya. Perasaannya tidak menentu, antara gugup dan takut bercampur menjadi satu. Bayangan David menyentuhnya sangat kasar membuatnya bergidik.

"Tuan, Nona Claire sudah datang," ujar Maria yang sudah berdiri di depan pintu gudang.

Mendengar nama Claire perhatian David langsung teralihkan. Mereka sudah tidak bertemu beberapa waktu karena Claire berada di luar negeri.

"Aku akan menemuinya sebentar lagi," sahut David.

"Baik, Tuan."

David kembali memandang Rosalia yang tertunduk.

"Bersihkan dirimu dan makanlah bersama kami. Setidaknya buktikan jika dirimu mampu bersaing dengan Claire. Mungkin suatu hari nanti aku akan menganggapmu sebagai istriku," ujar David dengan santainya lalu bangkit berdiri.

"Aku tidak akan sanggup bersaing dengannya," sahut Rosalia lirih. Ia cukup sadar diri, sekeras apapun usahanya tidak akan mampu mengalihkan perhatian David dari Claire.

David kembali berjongkok lalu mencengkeram dagu Rosalia.

"Cepat, lakukan saja yang aku perintahkan," ujar David sembari menggertakan giginya kuat-kuat.

Pria menghempaskan Rosalia lalu pergi meninggalkan gudang itu.

Rosalia mengusap dagunya yang terasa nyeri. Bekas kuku terlihat jelas di dagunya.

Javier masih berdiri disana tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia hanya memandang pilu perlakuan kasar David pada Rosalia.

"Rose, cepatlah masuk sebelum Tuan David marah." Javier mendekati Rosalia lalu membantunya berdiri.

"Apakah kau yang membawaku kemari? Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Rosalia sembari memandang lekat mata Javier.

"Maaf karena aku sudah terlalu lancang. Tidak seharusnya aku membawamu kemari tanpa meminta izin. Aku sudah membangunkanmu tapi kau sepertinya tidur sangat nyenyak," terang Javier.

"Tidak apa-apa. Terima kasih karena sudah menyelematkanku." Rosalia tersenyum lalu menggenggam tangan Javier.

"Aku hanya melakukan tugasku." Javier memandang ke tangan mereka yang saling bertautan. Ada apa dengannya? Kenapa jantungnya berpacu lebih cepat?

Rosalia segera bergegas menuju kamarnya sebelum mendapat amukan dari David lagi. Tadi jantungnya terasa hampir copot karena takut ketahuan.

Javier menghela nafas lega. Akhirnya pagi ini mereka selamat. Terlambat sedikit saja, mereka pasti akan mendapatkan masalah besar.

°°°°°°°°

Rosalia mematut dirinya di depan cermin setelah mengganti pakaian. Ia hendak mengenakan riasan tapi tidak yakin. Bagaimana jika David justru menertawakannya? Selama ini David saja terlihat jijik setiap bertemu dengannya.

Tangan Rosalia mulai bergerak memoles tipis wajahnya dengan beberapa macam kosmetik. Ia melakukan sesuai apa yang diarahkan oleh perias kemarin.

Tak lupa Rosalia mengenakan lipstik untuk pemerah sedikit bibirnya. Padahal biasanya dia akan membiarkan bibirnya terlihat pucat.

"Rose, Tuan David sudah menunggu." Terdengar suara seseorang dari luar diikuti oleh ketukan pintu.

Rosalia mengenali suara itu, suara yang menemaninya belakangan ini. Tidak tahu kenapa hatinya senang mendengarnya.

"Aku sebentar lagi selesai," seru Rosalia.

Tidak tahu kenapa Rosalia ingin memperlihatkan dirinya terlebih dahulu di depan pria itu sebelum menemui David.

"Kau sangat cantik." Kata-kata itu sangat membekas di hati Rosalia.

Dengan langkah cepat, Rosalia segera keluar. Raut wajahnya merubah kecewa karena Javier sudah tidak ada lagi di depan pintu. Padahal dia ingin Javier memberikan komentar tentang penampilannya.

"Kenapa dia buru-buru pergi?" gumam Rosalia sembari menghela nafas berat.

"Kau mencariku?" Tiba-tiba saja Javier muncul tepat di depan Rosalia. Tidak tahu dari mana pria itu muncul.

"Javier, kenapa kau mengejutkanku?" gerutu Rosalia sembari mencebikkan bibirnya.

"Maaf, Rose. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu," terang Javier.

"Menurutmu bagaimana wajahku kali ini? Apakah sangat buruk?" tanya Rosalia dengan pipi yang memerah.

Javier mengamati Rosalia dari atas hingga bawah. Penampilannya cukup menarik. Tubuhnya dibalut dengan dress berwarna hijau muda sebatas lutut. Bibirnya terlihat lebih cerah dari biasanya.

"Kau pasti bisa bersaing dengan Claire," ucap Javier dengan datar. Dia tidak mau melontarkan pujian tidak masuk akal dari bibirnya.

"Cepatlah, jangan sampai tuan marah," imbuh Javier.

Rosalia menghela nafas panjang. Ternyata komentar Javier tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Padahal dia mengharapkan pria itu memberikan sedikit pujian padanya agar lebih percaya diri.

Di ruang makan, David sudah menunggu. Sudah ada Claire yang duduk di pangkuannya. Mereka terlihat sedang bercanda mesra seperti layaknya suami-istri.

Pemandangan seperti itu sering Rosalia lihat. Sehingga bukanlah sesuatu yang baru dan tidak perlu marah. Sebelum menikah, David selalu menekankan agar Rosalia tidak boleh mengadu pada orang tuannya tentang Caire.

Rosalia memalingkan wajahnya ketika mereka bercumbu. Satu hal yang membuatnya sakit adalah David tidak pernah mau melepasnya.

==================

Maaf untuk readers baru sempat updated...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience