Bab 6 - Hati Bergetar

Romance Series 59396

Hampir satu jam sudah Javier berusaha menahan nafasnya. Pelukan Rosalia membuat dadanya terasa sangat sesak.

"Bagaimana ini?" gumam Javier. Posisinya membuat tubuhnya sangat tidak nyaman.

Rosalia terus mengeratkan pelukannya. Mengira jika yang ada di sebelahnya hanyalah sebuah bantal yang biasa dipeluknya setiap hari.

"Rose," panggil Javier pelan. Berusaha membangunkan wanita itu dengan menyebutkan namanya.

"Hmmm," sahut Rosalia sembari menggerakkan tubuhnya sedikit.

"Apakah kau tidak ingin pulang?" tanya Javier. Sudah cukup lama mereka berada di butik bahu, padahal mereka juga harus pergi ke salon untuk perawatannya. Jangan sampai David melihatnya masih seperti pagi tadi.

Rosalia membuka matanya, samar-samar ia melihat wajah tampan Javier yang sangat dekat dengannya. Wanita itu lantas menjauhkan diri dan melepaskan pelukannya.

"Beraninya kau mendekatiku," tuding Rosalia dengan suara tinggi.

"Apakah kau ingin merayuku? Menganggapku wanita yang kesepian dan haus akan kasih sayang?" imbuh Rosalia lalu memukulkan tinjunya ke dada Javier. Ia sudah tahu apa yang dipikirkan pria itu tentangnya.

"Nona, cukup," ujar Javier sembari menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutupi dada.

Rosalia tidak peduli, ia terus melakukan serangan bertubi-tubi.

"Aku pasti akan mengatakan pada David jika kau adalah pengawal brengsek yang mencoba menggoda istrinya," ancam Rosalia. Melupakan sejenak jika dirinya hanya seorang wanita yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh David.

"Rose, cukup!" sentak Javier cukup keras agar wanita menghentikan pukulannya.

"Kenapa? Apakah kau takut tidak dibutuhkan lagi oleh David? Apakah kau takut ketahuan?" ujar Rosalia sembari menatap tajam Javier. Dadanya naik turun dengan nafas yang memburu.

"Aku takut kau bilang? Ingatlah Rose, sekuat apapun kau mengadu, David tidak akan mempercayaimu," ungkap Javier dengan geram. Karena wanita itu terus menuduhnya yang tidak-tidak.

Ucapan Javier terasa sangat menusuk di dada Rosalia. Seketika pukulannya langsung terhenti. Matanya berkaca-kaca mengingat kebenaran yang diungkap Javier.

Javier memijat pelipisnya, merasa tidak enak hati sudah mengeluarkan kata-kata yang pasti menyakiti Rosalia.

"Rose, maafkan aku. ku tidak bermaksud seperti itu," terang Javier.

Rosalia memalingkan wajahnya ke arah lain lalu menyeka air mata yang sempat mengalir di pipinya.

"Tidak apa-apa. Apa yang kau katakan memanglah sebuah kebenaran," tukas Rosalia.

"Percayalah, suatu saat nanti David pasti akan menerimamu. Berusahalah lebih keras untuk menaklukkan hatinya." Javier mencoba menghibur Rosalia. Ada secercah rasa sesal karena sudah berbicara kelewat batas.

Bukannya terhibur, Rosalia justru semakin terisak-isak. Selama ini dirinya sudah sangat bersabar menunggu David membuka hati untuknya. Namun apa yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginan.

"Rose," ujar Javier lembut. Ia tidak tahu bagaimana cara menenangkan seorang wanita yang menangis. Terlebih selama ini ia tidak ada waktu untuk berdekatan dengan wanita manapun.

Rosalia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Selama ini ia selalu memendam sendiri masalahnya. Hanya dengan menangis ia meluapkan semua emosi yang terbenam di dada.

"Rose, aku sungguh minta maaf. Aku tidak ada maksud untuk membuatmu menangis." Javier mengusap pundak Rosalia pelan, berharap mampu menenangkannya.

"David tidak pernah menyukaiku. Sejak pertama kali bertemu dia sangat membenciku," ungkap Rosalia di sela isak tangisnya.

Javier akhirnya memberanikan diri untuk menarik tubuh Rosalia ke dadanya. Ia tahu wanita itu saat ini butuh sandaran dan tempat untuk mencurahkan hati.

"Kau wanita kuat. Kau pasti bisa melewati semua ini," ujar Javier sembari mengusap puncak kepala Rosalia yang bersandar di dadanya.

"Menangislah jika itu bisa membuat perasaanmu lega. Tidak perlu memendamnya," imbuh Javier dengan kata-kata lembut yang mampu menenangkan Rosalia.

Rosalia membenamkan wajahnya di dada kekar Javier. Menumpahkan semua air mata yang biasanya ia lakukan seorang diri di sudut kamar. Pelukan Javier sangat membuatnya nyaman. Pelukan yang sebelumnya sama sekali belum pernah ia rasakan.

Rasanya Rosalia ingin tetap bersandar pada dada bidang itu.

Javier membiarkan Rosalia di dadanya sampai tangisnya perlahan terhenti. Ia bisa merasakan bajunya yang basah terkena air mata Rosalia.

"Sudah selesai?" tanya Javier.

Rosalia perlahan menegakkan kepalanya. Matanya terlihat sembab dan memerah. Diamatinya beberapa saat dada Javier yang basah.

"Maaf, aku sudah membuat bajumu basah," ucap Rosalia. Terlalu asyik menangis membuatnya tidak sadar dengan apa yang telah dilakukan olehnya.

Javier tersenyum hangat, tangannya tanpa sadar terulur lalu bergerak mengusap sudut mata Rosalia. Sungguh, ia sangat tidak tega melihat seorang wanita menangis hanya karena menangisi seorang pria.

"Tidak apa-apa, nanti aku bisa mengganti bajuku," ucap Javier.

Hati Rosalia bergetar melihat Javier tersenyum hangat padanya. Meski sering bertemu tapi mereka selama ini tidak saling dekat. Sentuhannya tangannya mampu membuat jantungnya berdetak kencang.

'Ada apa dengan jantungku?' batin Rosalia tanpa mengalihkan pandangannya pada pria nan rupawan itu.

Mereka saling bertatapan hingga beberapa saat. Hingga akhirnya Javier sadar apa yang sudah dilakukan olehnya.

"Maafkan aku, Nona. Aku sama sekali tidak niat terlalu lancang. Jika anda ingin mengadukan diriku pada Tuan David, aku akan bersiap menerima hukuman," ucap Javier lalu bertekuk lutut di lantai tepat di depan Rosalia. 

"Siapa yang memintamu untuk bertekuk lutut di hadapanku? Ingatlah posisi kita sebenarnya sama," ungkap Rosalia dengan sendu.

"Kita tidak sama. Kau adalah istri Tuan David, seharusnya aku tidak bertindak terlalu jauh seperti ini." Javier menundukkan kepalanya tidak berani menatap Rosalia karena ia sudah melakukan kesalahan besar. Bagaimana bisa ia memeluk istri bosnya sendiri?

"Kau bisa melaporkan apa yang aku lakukan hari ini padanya. Aku bersedia menanggung semuanya," lanjut Javier.

Rosalia tertawa hambar mendengar pernyataan Javier.

"Dia sangat percaya padamu melebihi siapapun. Jika aku mengadukanmu, bukan kau yang dihukum tapi mungkin aku yang akan mendapatkan masalah besar."

"Tegaklah, mulai sekarang panggil saja aku Rosalia. Aku ingin kita memiliki hubungan seperti seorang teman. Bukan antara majikan dan bawahannya," imbuh Rosalia sembari menghela nafas panjang.

Selama hidup di rumah David, tak ada kesempatan Rosalia untuk berteman dengan orang luar. Rosalia hanya mengobrol dengan pelayan itu pun sangat jarang karena mereka semua takut.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Ayo keluar, kita sudah terlalu lama berada disini. Setelah ini kita harus pergi ke salon," ajak Javier yang sudah berdiri.

Rosalia memegang rambutnya yang kusut. Tanpa sadar ia membandingkan dirinya dengan sosok Claire yang sempurna. Sebagai wanita ia bahkan terkadang merasa iri dengan kecantikannya.

"Rose," panggil Javier sembari menepuk pundak Rosalia yang justru termenung.

"Ah, baiklah," ujar Rosalia sembari mengusap pipinya kembali.

Wanita itu menyempatkan diri berdiri di depan cermin sebelum keluar. Mengamati wajah dan rambutnya yang tidak terurus.

"Ternyata aku memang buruk. Sangat jauh dari Claire." Rosalia tersenyum getir.

"Rose, setiap wanita itu akan terlihat cantik jika bersama dengan pria yang tepat," tukas Javier.

Rosalia menolehkan kepalanya memandang Javier sambil mencermati ucapannya. Apakah selama ini ia bersama dengan pria yang tidak tepat?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience