Bab 5 - Ruang Ganti

Romance Series 59395

Rosalia sudah mencoba beberapa pakaian tapi ia agak kesulitan karena tidak ada yang menemaninya memilih. Javier justru sibuk mengobrol dengan Lily.

"Untuk apa dia disini kalau tidak berguna?" Rosalia sambil menggerutu, matanya melirik pria itu yang sedang asyik tanpa memperdulikannya yang kebingungan.

Rosalia memilih masuk ke kamar ganti lalu berdiam diri di sana. Rasanya ia sangat ingin kabur tapi bagaimana caranya? Bagaimana nasib Javier nantinya?

Rosalia menghela nafas berat lalu menyandarkan kepalanya. Matanya beredar mengamati sekeliling ruangan yang sempit.

Lima belas menit sudah berlalu, Javier baru menyadari jika Rosalia tidak ada dalam jangkauan pandangannya.

"Nona," panggil Javier sembari mengedarkan pandangannya mengelilingi area tempat itu.

Namun Rosalia sama sekali tak nampak. Seketika Javier langsung panik, jika Rosalia menghilang maka habislah riwayatnya.

"Lily, apakah kau melihat wanita yang tadi bersamaku?" tanya Javier setelah lelah berkeliling.

"Aku tadi sepertinya melihat dia masuk ke dalam ruang ganti tapi sampai sekarang belum keluar," terang Lily sembari menunjuk salah satu ruang ganti yang terletak di pinggir.

"Baiklah." Javier segera bergegas menuju ruang ganti yang ditunjuk Lily. Jantungnya sudah berdetak kencang karena cemas.

"Nona," panggil Javier diikuti dengan ketukan pintu yang cukup keras. Namun tak ada sahutan, pintu itu juga terkunci dari dalam.

Javier mencoba memutar knop pintu kuat-kuat. Namun sayang sekali tidak bisa terbuka.

"Nona, apakah kau ada di dalam?" tanya Javier kembali sembari menggedor pintu kuat-kuat.

Tak kunjung ada jawaban, Javier mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu.

Brakk …

Dalam sekali dorongan pintu itu sudah terbuka, menyebabkan suara cukup keras saat mengenai dinding.

"Nona," ujar Javier dengan nafas yang masih memburu. Ia menghampiri Rosalia yang memejamkan matanya. Cemas, mungkin saja Rosalia sudah bunuh diri.

Javier duduk di sebelah Rosalia lalu memeriksa denyut nadinya. Ia menghela nafas panjang serta memastikan Rosalia masih hidup.

"Kau membuatku hampir terkena serangan jantung," ujar Javier sembari mengusap dadanya.

Javier memandangi lekat wajah Rosalia yang sedang pulas tertidur. Wajahnya tampak damai seperti tidak ada beban. Pipi yang mulus itu kini terlihat agak membiru. Sepertinya itu akibat dari tamparan David pagi tadi.

Pria itu baru menyadari jika kelopak mata Rosalia agak sembab dan terdapat lingkaran hitam di sekelilingnya.

"Apakah semalam dia tidak tidur?" gumam Javier dengan tatapan nanar.

Javier bisa membayangkan betapa sakit dan hancurnya Rosalia malam ini.

"Wanita yang malang," ucap Javier.

Di atas meja yang ada di depan cermin terdapat beberapa pakaian yang acak-acakan. Javier bangkit berdiri lalu menatanya kembali dengan rapi. Ingin langsung membungkusnya tapi doa tidak tahu apakah pakaian itu diinginkan Rosalia atau tidak.

Bip ….

Javier merasakan ada pesan masuk di ponselnya. Ia segera memeriksanya, ternyata pesan dari David.

[Javier, kau pulihkan beberapa pakaian tidur untuk Rosalia. Aku sudah mengirimkan fotonya] David.

Javier menelan ludah melihat jenis dan bentuk pakaian yang diminta David.

[Baik, Tuan] Tak ada lagi yang bisa dilakukan Javier selain patuh pada perintah David.

Dipandanginya wajah cantik itu beberapa saat, sebelum akhirnya Javier keluar dari ruangan itu.

"Lily, kemarilah." Javier melambaikan tangannya pada pelayan muda itu.

"Ada apa? Apakah kau butuh bantuan?" tanya Lily. 

"Jangan ada yang boleh masuk ke dalam ruang ganti yang ada di sebelah sana. Satu lagi, bisakah kau mencarikan pakaian seperti ini?" Javier menunjukkan layar ponselnya pada Lily agar gadis itu melihat jelas bagaimana model pakaian yang diinginkan.

Lily justru terkekeh lalu mengulum senyum sambil melirik Javier.

"Ada apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu padaku?" tanya Javier dengan tatapan datar.

"Kau bilang dia bukan kekasihmu. Tapi sepertinya kalian hendak pergi bulan madu." Lily tak mampu lagi menahan tawanya untuk menggoda Javier.

Javier mencubit ruang di antara alisnya. Sama selalu tidak mengerti apa yang dimaksud gadis di depannya.

"Biasanya yang memesan lingerie adalah para pengantin baru," ungkap Lily sembari terkekeh.

Javier menelan saliva, tanpa sadar ia meremas ponsel yang ada di tangannya dengan dengan kuat. Tidak, Rosalia tidak boleh memakainya. Ia pasti akan semakin tersiksa oleh David.

"Kalau begitu lupakan saja," ujar Javier.

"Apa maksudmu?" Lily mengernyitkan dahinya.

"Aku tidak jadi membelinya," sahut Javier lalu memilih melenggang pergi meninggalkan Lily.

"Hah?" ucap Lily sembari menggaruk kepalanya bagian belakang. Sepertinya ia salah sudah menggoda Javier.

Javier berkeliling sendiri mencari pakaian yang lain. Ia mengambil beberapa piyama berlengan panjang untuk Rosalia. Hingga perlahan ia sampai dimana ada ratusan lingerie yang tergantung.

"Untuk apa David memintanya? Apakah agar Rosalia terlihat seksi jika di depan matanya?" Javier memegang salah satu lingerie lalu meremasnya.

Tiba-tiba saja ada perasaan tidak rela di hatinya. Javier takut David hanya mempermainkan Rosalia. Wanita itu sudah terlalu banyak menderita selama ini. Penderitaan apa lagi yang akan dirasakannya setelah ini?

"Argh, untuk apa aku memikirkannya? Itu bukanlah urusanku. Lagi pula Rosalia adalah istrinya. Terserah apa yang akan dilakukan David pada Rosalia," gumam Javier sembari mengusap gusar wajahnya. Tidak tahu ada apa dengan pikirannya hari ini, kenapa sangat kacau?

Javier akhirnya mengambil secara acak tanpa mengamatinya lebih seksama. Setiap melihatnya maka terbayang saat Rosalia memakainya.

"Javier, ternyata kau sudah menemukannya. Kau bilang tadi tidak jadi membelinya," ujar Lily dengan polosnya sembari mengamati tumpukan lingerie yang ada di lengan pria itu.

Javier lantas memberikan semuanya pada Lily.

"Kau letakkan di tempatnya seperti semula. Aku tadi salah ambil. Kau bawa saja yang ini," ujar Javier sembari menunjuk beberapa stel piyama.

"Kau yakin tidak jadi membelinya?" tanya Lily.

"Tidak," ucap Javier dengan tegas.

Untuk masalah David, lebih baik memikirkannya nanti saja. Javier yakin David hanya akan memarahinya karena selama ini dirinya adalah orang kepercayaannya.

"Dasar pria aneh," gerutu Lily.

Javier kembali ke ruang ganti untuk memastikan Rosalia. Ia berharap wanita itu sudah bangun. Namun jauh dari harapan, ternyata Rosalia masih tidur dalam posisi duduk.

Javier menghela nafas panjang lalu duduk tidak jauh di sebelah Rosalia. Karena sofa di dalam ruang ganti tidak terlalu besar. Hanya muat untuk duduk dua orang saja.

Tubuh Rosalia menggeliat, hingga perlahan tubuhnya merosot dan bersandar pada bahu Javier.

Javier menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit agar bisa menjauh. Namun usahanya sia-sia karena kepala Rosalia sudah bersandar di dadanya. Tangannya bahkan kini sudah melingkar di pinggangnya.

Javier mengambil satu tarikan nafas lalu membuangnya. Ia sangat gugup hingga keringat dingin mengalir dari dahinya.

Baginya ini jauh lebih menakutkan daripada bertemu dengan musuh. Semakin Javier melepaskan diri maka Rosalia akan semakin erat memeluknya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience