Bab 4 - Menghirup udara bebas

Romance Series 59395

Rosalia hari ini bisa menghirup udara segar. Menikmati setiap sudut kota Bern yang sudah banyak berubah. Setelah dua tahun akhirnya ia bisa keluar dari rumah David.

Wanita itu seperti seorang tahanan yang baru saja keluar dari penjara.

Di dalam mobil itu hanya ada Javier yang fokus mengemudi dan Rosalia yang duduk di kursi belakang.

Keduanya tak saling bertegur sapa padahal sudah hampir setengah jam berada di dalam mobil yang sama. Javier sesekali melirik Rosalia dari kaca spion. Mengamati pipi wanita itu yang memerah bekas tamparan David.

'Wanita yang malang,' gumam Javier.

Javier bisa membayangkan bagaimana sakit pipi mulus itu. Menurutnya Rosalia itu cantik hanya saja karena tidak berdandan membuatnya terlihat biasa saja.

Berbeda dengan Claire yang hampir setiap hari menghabiskan waktu untuk melakukan perawatan di salon.

Rosalia membuka jendela kaca hingga rambutnya yang tergerai melambai-lambai. Matanya memandang sendu jalanan yang ramai. Dengan sengaja ia mengeluarkan tangannya.

Wanita itu juga dengan sengaja menyandarkan kepalanya di jendela tanpa ada rasa takut sama sekali.

Javier khawatir melihat apa yang dilakukan oleh Rosalia. Akan sangat berbahaya jika tiba-tiba saja ada mobil yang melaju tepat di samping mobil yang mereka tumpangi.

"Nona, jangan menjulurkan kepala anda terlalu keluar. Itu sangat berbahaya," ujar Javier sembari sesekali menoleh ke belakang.

Rosalia tidak ingin mendengarkannya. Mungkin mati lebih baik dari pada harus terkurung lagi. Tidak ada jaminan David besok akan memperlakukannya dengan baik.

Javier terpaksa menghentikan mobilnya di tepian jalan demi keselamatan Rosalia. Jika wanita itu sampai celaka, Javier juga akan mendapatkan masalah.

"Kenapa berhenti?" tanya Rosalia. Raut wajahnya terlihat kesal.

"Aku tidak akan melanjutkan perjalanan jika anda melakukan sesuatu yang berbahaya seperti tadi," tolak Javier dengan nada dingin. Dadanya naik turun menahan amarah dan kekhawatiran.

"Kenapa? Seharusnya kau senang jika aku mati. David juga tidak akan menyalahkanmu karena itu murni kesalahanku," terang Rosalia dengan tatapan nanar. 

Javier menoleh ke belakang hingga mereka beradu pandang hingga beberapa saat.

"Jika ingin mati jangan pernah melibatkanku. Kau bisa bunuh diri kalau aku tidak tidak ada disampingnya," terang Javier.

Rosalia memilih diam, perlahan air mata mulai mengembun di pelupuk matanya.

Melihat Rosalia yang berkaca-kaca, Javier tidak tega ketika ingin mengatakan sesuatu yang lebih jauh lagi.

"Maafkan aku, Nona. Jika anda kenapa-kenapa maka aku yang akan disalahkan. Tidak masalah kalau hanya aku yang harus bertanggung jawab. Tapi keluargaku pasti akan kena imbasnya," terang Javier dengan nada yang lebih lembut.

Javier terpaksa menutup jendela lalu menguncinya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu pelan-pelan mulai melajukan mobilnya kembali.

Rosalia termangu mendengar penjelasan Javier. Teringat kembali kejadian yang menimpa tukang kebun yang bekerja di rumah David setahun silam.

Seorang pria paruh baya yang sangat baik pada Rosalia. Keinginannya untuk membantu Rosalia kabur justru berakibat fatal baginya dan keluarga. Mereka disiksa atas tuduhan telah berkhianat.

Semenjak saat itu Rosalia menghentikan usahanya untuk kabur. Ia tidak ingin menyakiti orang lain lagi. Cukup sekali saja membahayakan nyawa orang lain.

"Kuharap kau tidak lupa kejadian setahun yang lalu," ungkap Javier untuk mengingatkan Rosalia.

Rosalia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Bagaimana mungkin dia melupakan kejadian itu? Tukang kebun beserta keluarganya disiksa di depan mata kepalanya sendiri.

"Apakah mereka saat ini masih hidup?" tanya Rosalia dengan rasa bersalah yang seketika menyelimuti hatinya.

Javier menoleh sebentar ke belakang lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Aku tidak tahu. Setelah kejadian itu aku tidak mendapatkan kabar apapun tentangnya," sahut Javier.

Pria itu juga merasa bersalah karena sudah ikut menyiksa mereka. Namun ia terpaksa melakukannya karena tidak bisa menolak perintah David.

Terlebih lagi Javier adalah salah seorang anak buahnya yang paling terpercaya. Javier sudah ikut David ketika masih usia remaja. Mereka berteman sangat baik meski kasta mereka berbeda. Hingga akhirnya Javier diangkat menjadi pengawal pribadinya.

"Kasihan mereka," ucap Rosalia dengan sendu.

"Kita lupakan saja karena itu sudah berlalu. Sekarang kau harus merubah penampilanmu barangkali bisa membuat Tuan David berubah pikiran," saran Javier. 

David sangat tergila-gila pada Claire karena wanita itu selalu berpenampilan sempurna jika bertemu dengannya.

Rosalia menyeka butiran kristal dari sudut matanya. Sebesar apapun penyesalannya tidak akan pernah mengubah apa yang terjadi di masa lalu.

"David tidak akan pernah mencintaiku. Dia sangat membenciku saat pertama kali kami bertemu," ungkap Rosalia.

"Jangan berpikir buruk terlebih dahulu. Aku yakin Tuan David kelak akan membuka matanya." Javier memandang Rosalia dari pantulan cermin.

Rosalia menghela nafas berat. Tidak ingin terlalu banyak berharap akan hal itu.

"Mau belanja dulu atau perawatan dulu?" tanya Javier.

"Terserah," sahut Rosalia singkat. 

Javier berpikir keras kemana mereka harus pergi. Mungkin belanja dulu yang sedikit melelahkan. Setelah itu mereka bisa pergi ke salon kecantikan.

Tidak lama kemudian Javier sudah memarkirkan mobilnya di sebuah bukit pakaian terbesar di kota Bern. Ada banyak jenis pakaian dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan mereka juga bisa memilih pakaian dari yang termurah sampai yang mahal.

Javier sangat mengenal butik itu karena sering mengantarkan David dan Claire belanja di sana.

"Ayo," ajak Javier setelah membuka pintu.

Rosalia mulai menapakkan kakinya di tanah. Matanya memandang toko pakaian yang besar di depannya.

Javier melangkah terlebih dahulu, hingga akhirnya ia menyadari Rosalia belum memajukan langkahnya.

"Ayo." Dengan terpaksa Javier meraih tangan Rosalia lalu menariknya pelan agar mengikuti langkahnya.

"Javier, kita pulang saja. Tidak ada gunanya kita disini," ujar Rosalia.

"Tidak usah membantah. Apakah kau ingin Tuan David berbuat kasar lagi padamu? Apakah belum cukup sakit yang kU rasakan di pipimu?" ungkap Javier.

Rosalia mengusap pipinya yang masih terasa sakit jika ditekan.

"Aku sudah terbiasa mendapatkan tamparan seperti ini," ungkap Rosalia.

Jika ada masalah di luar, David sering melampiaskan amarahnya pada Rosalia yang tidak tahu apa-apa.

"Kita ikuti saja perintahnya. Bukan hanya kau karena aku pasti akan mendapatkan masalah," bujuk Javier.

Rosalia akhirnya pasrah ketika Javier menggenggam erat tangannya masuk ke dalam toko. Wanita itu merasakan getaran aneh di dadanya. Hatinya berdebar-debar dengan sentuhan tangan Javier.

Rosalia merasa sangat nyaman dan merasa terlindungi. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. 

"Ada apa dengan hatiku?" gumam Rosalia lirih sambil memegangi dadanya.

"Selamat datang," sapa seorang pelayan wanita dengan ramah ketika keduanya baru saja masuk.

"Bukankah kau Javier? Siapa yang bersamamu? Apakah dia kekasihmu?" tanya pelayan yang bernama Lily tanpa basa-basi karena mereka memang sudah saling kenal.

Seketika Javier langsung melepaskan tangannya dari jemari Rosalia.

"Ah, bukan," sanggah Javier terbata.

"Tumben sekali kau tidak datang bersama Tuan David dan Claire. Biasanya mereka tidak tertinggal," ungkap Lily.

"Mereka sedang sibuk," sahut Javier asal. Diliriknya sekilas wajah Rosalia yang tampak biasa saja.

"Javier, kenapa kalian tidak kencan? Kalian terlihat cocok," bisik Lily sembari terkekeh menggoda.

Javier tidak merespon ucapan Lily. Mana mungkin dirinya terlihat cocok dengan istri bosnya sendiri.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience