Bab 2 - Malam memilukan (21+)

Romance Series 59395

Rosalia membelalakkan mata melihat David tanpa mengenakan pakaian. Namun ia segera membuang wajah, merasa malu melihat David seperti itu.

"Pergilah!" usir Rosalia tanpa memandang David.

"Sudah terlambat!" ucap David sambil memicingkan matanya.

Rosalia semakin berkeringat dingin karena David semakin bergerak ke arahnya. Wanita itu menggelengkan kepalanya kuat dengan butiran kristal yang semakin luruh membasahi pipinya.

Tidak! Bukan itu yang dia inginkan. Rosalia hanya ingin pergi dari pria itu.

"Jangan!" sergah Rosalia sembari merapatkan kakinya kuat-kuat.

"Arghh!" Beberapa detik kemudian Rosalia menjerit dengan suara keras. Tulang-tulangnya seperti ada yang patah. Rasanya sakit luar biasa hingga air mata bercucuran semakin deras di pipinya.

David berhasil melesakkan miliknya dengan perasaan sangat puas. Setelah dua tahun menikah ini pertama kalinya ada keinginan untuk menyentuh Rosalia.

Rosalia merasakan sakit dan sangat perih pada bagian intimnya ketika David menghujamnya dengan sangat keras. Ia menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa sakit itu hingga bibirnya membiru.

Hanya air mata yang tumpah karena suaranya seperti tercekat di tenggorokan.

David terus menghujam tubuh Rosalia tanpa henti. Ia sangat menikmatinya dengan penuh suka cinta. Sangat berbeda dengan wanita di bawahnya yang terus terisak-isak.

"Tidak usah menangis, nanti kau juga akan menikmatinya," bisik David dengan nafas terengah-engah.

Rosalia tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa menerima perlakuan David dengan hati teriris.

Kini David mulai meremas buah persik ranum milik Rosalia. Menelusurinya hingga perlahan tubuh Rosalia menggeliat dan menegang.

Rasa sakit yang dirasakan Rosalia berangsur menghilang, berganti dengan rasa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Rosalia menolak rasa itu, tapi tubuhnya merespon lain setiap David menyentuh titik sensitifnya.

David menyeringai melihat tubuh Rosalia yang mulai bergerak seksi. Menurutnya lumayan juga tubuh Rosalia. Kenapa tidak sejak dulu saja menjadikannya pemuas nafsu? Ia merasa bodoh sudah menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan matanya.

Rosalia merasakan seperti melayang di udara bersamaan dengan David yang menghentikan aktivitasnya.

Nafas keduanya terengah-engah. Keringat sudah membasahi tubuh keduanya.

David ambruk di atas Rosalia hingga beberapa saat sambil mengatur nafasnya.

"Tubuhmu lumayan juga, seharusnya dari dulu aku menyentuhmu," bisik David di telinga Rosalia sembari terkekeh kecil.

Rosalia kembali meneteskan air mata yang sempat terhenti. Ternyata pria itu hanya menginginkan tubuhnya tanpa ada perasaan cinta sedikitpun di hatinya.

"Jangan terlalu berkhayal menjadi istriku seutuhnya karena Claire tidak akan tergantikan," cibir David sembari mengenakan kembali pakaiannya.

"Mulai sekarang kau hanya sebagai pemuas nafsuku," bisik David dengan tegas di telinga Rosalia.

Rosalia tidak bisa mengucapkan apapun lagi. Hatinya sudah sangat pedih mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir David.

David langsung pergi meninggalkan Rosalia tanpa melepaskan ikatan tangannya.

"Javier!" panggil David sembari membuka pintu untuk memanggil salah satu pengawal kepercayaannya.

Seorang pria bertubuh tegap berlari-lari menghampiri David setelah mendengar namanya dipanggil.

"Ada apa, Tuan?" tanya Javier dengan nafas terengah-engah.

"Kau urus wanita itu. Aku muak melihatnya menangis terus," perintah David.

Javier menautkan kedua alisnya. Masih berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh bosnya.

"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Javier.

"Kau urus saja," ujar David lalu melangkah pergi.

Pria bertubuh tinggi itu masih bertanya-tanya dalam hatinya. Memangnya apa yang harus dilakukan olehnya?

Dengan jantung berdebar, Javier memberanikan diri membuka pintu yang tertutup rapat.

Matanya langsung membulat sempurna melihat Rosalia yang berada di tengah ranjang tanpa mengenakan sehelai benangpun.

Rosalia memandang Javier dengan tatapan sendu. Namun kembali menundukkan kepalanya karena merasa malu.

"Nona, aku kemari atas perintah Tuan David," terang Javier sembari memandang ke arah lain. Tak ingin matanya terpaku pada Rosalia yang terlihat menyedihkan.

"Aku sudah mendengarnya," ucap Rosalia dengan air mata yang membanjiri pipinya.

Bagaimana bisa seorang suami begitu tega membiarkannya pergi dalam posisi terikat? Bahkan kini memperlihatkan tubuh istrinya kepada pria lain?

Rosalia merasa sangat hina dan tidak berarti apa-apa lagi.

Javier merasa ragu ketika hendak membantu melepaskan ikatan tangan Rosalia. Namun ia tidak tega jika terus membiarkannya.

"Maaf jika kau tidak nyaman," ujar Javier. Memberanikan diri menghampiri Rosalia dan duduk di sampingnya untuk melepaskan ikatannya.

Mau tidak mau matanya memandang tubuh Rosalia yang begitu indah. Sampai-sampai ia terpana tanpa ingin melepaskan pandangannya.

Javier memejamkan matanya beberapa saat untuk membuyarkan lamunannya. Ia segera mengambilkan selimut yang tercecer di lantai lalu membantu menutupi tubuh Rosalia.

Rosalia hanya diam sambil merapatkan selimut di tubuhnya. Ia termangu, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

Javier hendak keluar tapi menghentikan langkahnya. Hatinya merasa iba dan penuh tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Rosalia tampak sangat menyedihkan?

Namun Javier tidak ingin berpikiran buruk. Ia tahu jika David tidak pernah menganggap istrinya tapi itu semua sama sekali bukan urusannya. Tidak ada haknya untuk ikut campur.

"Nona, apakah kau membutuhkan sesuatu?" tanya Javier pelan.

Rosalia meremas erat selimut sambil menggelengkan kepalanya. Hatinya masih terasa sangat sakit.

Javier berinisiatif untuk mengambil satu set piyama dari lemari pakaian Rosalia. Lalu meletakkannya di sudut ranjang.

Pria itu mengedarkan pandangannya mencari sesuatu hingga ia menemukan sebuah buku beserta bolpoin yang ada di atas nakas.

"Jika kau membutuhkan sesuatu. Hubungi saja ini." Javier meletakkannya tepat di atas meja rias.

Rosalia menolehkan kepalanya sebentar. Memandang pria yang seringkali bertemu tanpa bertegur sapa.

"Terima kasih," ucap Rosalia sembari tersenyum getir. Setidaknya masih ada manusia di dunia ini yang peduli dengannya.

Javier akhirnya melangkah pergi. Hati kecilnya ingin sekali untuk menolongnya. Namun apa yang bisa dilakukan olehnya? Ia hanya seorang pengawal pribadi yang tunduk di bawah perintah David.

Rosalia meringkuk di tepian ranjang. Kenapa hidupnya selalu menyedihkan? Sejak kecil orang tuanya sudah meninggal. Lalu kini ia memiliki seorang suami yang tidak menginginkannya.

Rosalia meratapi nasibnya yang sangat buruk. Ia bertahan di rumah itu karena ingin membalas budi pada keluarga Gustav yang sudah merawatnya sejak kecil. Terlebih lagi Anna sangat menyayanginya seperti putri kandungnya sendiri.

Setelah beberapa saat, Rosalia beranjak dari tepian ranjang. Bibirnya meringis ketika area intimnya terasa perih.

Tidak ada malam pertama ataupun bulan madu yang diimpikan banyak wanita. Yang ada rasa sakit dari relung hatinya semakin dalam.

Padahal Rosalia selalu memimpikan menikah dengan pria yang menyayanginya. Impian memang jauh dari kenyataan.

Dengan langkah tertatih Rosalia perlahan berjalan. Lalu menoleh ke atas ranjang, dimana ada bercak darah yang tercecer di atas seprai yang putih.

"David, terima kasih kau telah menghancurkan semua impianku," ucap Rosalia dengan bibir gemetar. 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience