Bab 9 - Malam yang dingin

Romance Series 59395

Sejam kemudian.

Javier masih berada di dalam gudang menemani Rosalia. Mereka duduk berjauhan saling membelakangi satu sama lain.

Di dalam gudang tersebut, Javier menggunakan lilin sebagai penerangan agar tidak terlalu gelap. Mereka saling diam dengan pikiran masing-masing.

"Pergilah, sebelum David tahu kau ada disini," tukas Rosalia, akhirnya membuka suara untuk memecah keheningan malam. Meskipun sebenarnya takut gelap tapi ia tidak ingin mendapatkan masalah lagi.

"Tidurlah, aku akan menemanimu sampai kau bisa tidur," tolak Javier sembari menghirup rokok hingga asapnya mengepul di udara.

Terpaksa Rosalia membaringkan tubuhnya di lantai yang beralaskan tikar kecil hanya seukuran tubuhnya. Meski tidak nyaman, itulah yang harus dilakukannya agar Javier pergi.

Setengah jam kemudian Javier bisa mendengar dengkuran halus dari bibir Rosalia. Menandakan wanita itu sudah tertidur. Ia mendekati Rosalia sebentar, berjongkok tepat di sisi tubuhnya.

"Rose, maafkan aku. Tidak seharusnya kau merasakan hal ini." Javier mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan anak rambut yang berserakan di wajah Rosalia.

Setelah memastikan Rosalia benar-benar tidur, Javier segera pergi meninggalkan gudang tersebut. Meski tidak tega tapi dirinya tidak bisa berbuat banyak. Masalah lain pasti akan menimpa Rosalia.

Rosalia membuka matanya, ia hanya pura-pura tidur agar Javier pergi meninggalkannya. Seketika air mata mengalir dari pipinya.

Tubuhnya gemetar ketika mendengar suara angin yang bertiup. Sejak kecil Rosalia takut kegelapan, tapi sepertinya mulai sekarang harus terbiasa.

Rosalia merapatkan pelukannya karena angin kencang mulai berhembus masuk. Sepertinya malam ini hujan akan turun. Ia mencoba memejamkan mata untuk mengurangi rasa takutnya.

°°°°°°

Di dalam kamar, Javier sudah berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Ia tidak bisa tidur karena memikirkan Rosalia. 

Wajah cantik seorang gadis kecil kini perlahan membayangi pikirannya. Javier menggelengkan kepalanya, tak ingin mengingat hal itu lagi.

Javier memandang ke arah jendela. Ia bisa melihat gorden jendela yang melambai-lambai. Kilat cahaya sesekali tampak menerangi gelapnya malam.

Javier kembali duduk, teringat jika Rosalia tidak menggunakan selimut. Wanita itu sekarang pasti tengah kedinginan dan ketakutan.

Javier mengambil selimut dan mantel tebal miliknya. Ia membawanya dengan langkah hati-hati karena takut David mengetahui apa sedang dilakukannya.

Javier membuka pelan-pelan gudang itu. Ia menghela nafas panjang melihat Rosalia yang tengah meringkuk dalam posisi miring. Posisinya seperti janin yang ada di dalam kandungan.

Hati Javier kali ini semakin teriris melihat wanita itu. Bukan Rosalia yang seharusnya ada di sana, melainkan dirinya.

Rosalia diam saja meski mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia juga bisa merasakan ada seseorang yang duduk di belakangnya. Apakah Javier ada disana? Bagaimana jika ada orang jahat?

Rosalia mencengkeram erat kepalan tangannya. Perasaannya was-was, takut kalau bukan Javier yang ada disana.

"Tidak usah takut, ini aku," bisik Javier sembari menutupi kaki Rosalia dengan selimut.

Rosalia lantas menoleh dengan nafas yang memburu.

"Kenapa kau masih disini?" tanya Rosalia. 

"Aku hanya ingin mengantarkan selimut untukmu. Aku minta maaf sudah membuatmu menderita. Seharusnya kau saat ini tidur di tempat yang nyaman dan hangat. Aku janji ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku berbuat kesalahan," terang Javier dengan sendu.

"Aku hanya tidak ingin kau diperlakukan tidak baik oleh David. Aku ingin kau diperlakukan layaknya seorang istri," imbuh Javier. Ia yakin Rosalia tahu apa maksud yang dikatakan olehnya. 

Javier mengusap gusar wajahnya. Apa yang terjadi dengan hatinya? Kenapa dia sampai bertindak terlalu jauh?

Rosalia memandang lekat Javier yang tengah berbicara. Ini pertama kalinya ada seseorang yang memperhatikannya. Selama ini suaminya sendiri tidak pernah memikirkannya sama sekali.

David selalu bersikap sesuka hatinya. Tanpa segan membawa kekasihnya pulang ke rumah. Bahkan tidak jarang mereka memperlihatkan kemesraan di depan matanya.

"Kenapa kau memperhatikanku? Suamiku sendiri saja tidak peduli," tanya Rosalia sembari duduk.

Javier tidak bisa menjawab. Haruskah ia mengatakan yang sejujurnya jika sudah sejak dulu mengagumi wanita di depannya? Ia kagum pada Rosalia sebelum mereka menikah. 

Javier selalu memandang wanita cantik itu dari kejauhan tanpa ingin berkenalan dengannya meski berada dalam satu rumah. Ia menghapus rasa kagum itu setelah mengetahui Rosalia dijodohkan dengan David.

Bertahun-tahun Javier mengubur dalam-dalam rasa itu tanpa ada niat mengatakannya. Hingga perasaan itu muncul kembali, tapi ia tidak cukup yakin akan hal itu.

"Aku hanya tidak tega melihat seorang wanita diperlakukan buruk oleh pria," sahut Javier.

"Mungkin memang sudah takdirku menjalani hidup seperti ini," ungkap Rosalia sembari memandang api lilin yang melambai diterpa angin.

"Apakah kau tidak ada niat untuk berusaha pergi lagi?" tanya Javier.

Rosalia menggelengkan kepalanya. Percuma saja karena pada akhirnya ia akan masuk kembali ke dalam jebakan David. 

"Aku tidak ingin menyakiti orang lain lagi. Bukankah kau sudah tahu akan hal itu?" ucap Rosalia lirih sembari memeluk kedua kakinya yang ditekuk.

Kini Javier terdiam karena ketika di mobil mereka sudah membahasnya. Kali ini Javier hanya memastikan saja.

Angin berhembus masuk ke dalam ruangan, menyebabkan lilin langsung padam.

Rosalia menyilangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuhnya erat-erat. Hawa dingin itu mulai berhembus masuk sampai ulu hatinya terasa dingin.

Javier berdiri lalu menutup jendela tapi sayang sekali karena jendela itu sudah rusak.

"Rose, kau baik-baik saja?" tanya Javier yang sudah berjongkok di depan Rosalia. Samar-samar ia bisa mendengar suara wanita itu mendesis pelan.

"Aku tidak apa-apa," sahut Rosali.

Javier berpikir keras bagaimana caranya agar ruangan itu lebih hangat. Ia kemudian menyingkirkan barang-barang ke tepian lalu mengumpulkan beberapa kayu yang tidak terpaksa.

"Apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin tempat ini kebakaran?" ujar Rosalia.

Javier tidak menjawab, ia sibuk menghidupkan api menggunakan kayu seadanya. Hingga perlahan api itu menyala.

"Apinya tidak terlalu besar sehingga kau tidak perlu cemas," terang Javier sembari memandang ke arah Rosalia.

Rosalia menghampiri Javier lalu duduk di sebelahnya tapi masih berjarak setengah meter. Ia meletakkan telapak tangannya di atas api untuk menghangatkannya.

"Sekarang pergilah, aku bisa sendiri." Tak ada niat Rosalia untuk mengusir Javier. Namun mereka tidak mungkin berada di sana berdua.

Javier memakaikan mantelnya pada bahu Rosalia lalu duduk kembali di tempatnya. Percuma saja ia kembali ke kamarnya, hatinya tidak akan tenang memikirkan Rosalia yang sendirian.

"Kenapa tidak pergi?" tanya Rosalia.

"Aku akan menemanimu. Ini semua salahku, apa yang kau rasakan aku juga harus merasakannya," tolak Javier.

Rosalia akhirnya membiarkan Javier berada di sana. Percuma saja membujuknya karena Javier pasti bersikeras tidak akan pergi.

Di luar, hujan turun semakin deras. Suhu udara seketika langsung menurun drastis. Api juga sudah mulai padam karena tidak ada kayu lagi disana. Suara petir mulai menggema.

Berulang kali Rosalia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Takut melihat kilat cahaya yang tampak jelas masuk melalui jendela yang sudah rusak.

Waktu berlalu sangat cepat, keduanya masih terjaga meski sudah lewat tengah malam. Namun hujan seolah-olah tak ingin berhenti.

"Rose, apakah kau tidak ngantuk?" tanya Javier.

"Sedikit," sahut Rosalia sembari menguap lebar-lebar.

Rosalia menyandarkan kepalanya pada kedua lututnya. Tangannya tetap memeluk kedua kakinya rapat-rapat. Lambat laun matanya mulai terasa berat.

Javier duduk mendekat menyadari tubuh Rosalia hendak roboh. Beruntung ia tidak terlambat menopangnya.

Javier lantas mengangkat tubuh Rosalia dan membaringkannya di tikar.

Duarr ….

Suara petir terdengar sangat keras. Rosalia lantas mencengkram kuat lengan Javier lalu menyembunyikan wajahnya di sana.

"Aku takut," tukas Rosalia.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience