ANGGIRGI | 11

Romance Series 1666

Irgi memelukku dengan sangat erat seakan dirinya tengah melepaskan kerinduan yang begitu lama terpendam seolah kami sudah lama tidak bertemu.

Setelah menutup pintu apartemennya, Irgi tidak bicara apapun, dia lebih memilih memelukku sambil berdiri, menenggelamkan kepalanya di lekukan leherku, tanpa melakukan apa pun seperti mencium atau menggigitnya.

Irgi saat ini layaknya seseorang yang membutuhkan sandaran dan menggunakan leherku sebagai tempat bersandar baginya.

Aku dapat merasakan kerapuhan dalam dirinya ketika dia bersikap seperti ini. Sangat terasa, membuatku sendiri tertegun tanpa menolak apa yang diinginkannya.

Sungguh ini bukanlah Irgi yang biasa kutemui. Sikapnya sangat berbeda dan aku terhanyut ke dalamnya. Selama dia tidak melepaskan pelukannya, aku pun tidak akan melepaskannya.

Aku memejamkan mata menikmati dekapan hangatnya, menghirup parfum maskulin di tubuhnya. Namun, sensasi aneh mulai menjalar di tubuhku saat dia semakin mempererat pelukannya.

Perasaan yang tak kutahu apa ini menyentuh hati dan masuk terlalu dalam hingga memenuhi relung hatiku. Sebuah rasa yang begitu lama terlupakan, hadir dan berkembang. Rasa yang dulu sempat aku kubur dan tidak ingin lagi merasakan jika hanya sakit yang akan aku dapatkan setelahnya.

Hatiku yang beku untuk merasakan kembali rasa yang awalnya membuat melayang hingga tidak akan aku lepaskan atau pun aku lenyapkan walau hanya sesaat.

Namun rasa itu lenyap dengan sendirinya bersama orang yang telah membuka rasa itu untukku. Setelah beberapa bulan pintu hati ini terkunci, di malam ini juga, sikap Irgi mengetuk pintu hatiku dengan perlahan, membuat rasa yang sengaja ku kubur kini kembali bangkit.

Perlahan namun pasti, rasa itu berhasil menerobos dinding kokoh yang telah kubangun dengan susah payah.Pelukan Irgi membuatku terhanyut sekaligus menghangat. Kenyamanan yang kurasakan saat ini begitu membuaiku dan sungguh aku tidak ingin ini berakhir begitu saja.

Namun di sisi lain, secara cepat otak ku berputar menyadari sebuah kenyataan padaku. Apa yang kurasakan saat ini bukanlah hal yang wajar. Bagaimana bisa aku hanyut dalam pesona Irgi hanya dalam satu malam?

Perasaan apa yang tengah menyelimuti ini?
Apakah mungkin hatiku telah mengukir kata cinta di dalamnya? Cinta untuk seorang Irgi?

"Mm Gi.. " lirihku.

Aku berharap dia melepaskan pelukannya karena semakin lama dia melakukan ini, logikaku akan kalah dengan otakku.

Namun Irgi tidak bergeming sama sekali. Dia terlalu nyaman dengan posisinya sekarang, masih menikmati posisinya yang berada dalam pelukanku.

Sejujurnya aku juga sangat menikmati situasi saat ini, tapi harus sampai kapan kami berpelukan? Lagipula aku tak ingin perasaan asing yang sudah menjelma ke dalam hati semakin merusak hati dan pikiranku.

Karena aku sadar hubungan ini terlarang. Kenyataannya Irgi telah memiliki Angel dalam kehidupannya.

Aku mendorong tubuhnya menjauh dariku, menyadarkannya bahwa apa yang dia lakukan telah menyiksaku secara perlahan. Perlahan dia pun melepaskan pelukannya.

"Aku mencintaimu," dia berkata dengan lirih di telingaku.

Suara itu terdengar seperti alunan piano yang lembut dari surga, menyapa pendengaranku dengan sangat lembut dan menggoda, membuat bulu romaku berdiri dan menegang seketika.

"Aku mencintaimu Nggi, " dia mengulang kata-katanya dan kembali memeluk tubuhku

Ini suatu pernyataan yang sama. Aku tidak mungkin salah dengar dengan apa yang Irgi ucapkan tadi.

Aku kembali mendorong tubuhnya agar menjauh. Kakiku perlahan mundur, terkejut dengan ucapannya.

Irgi terus menatapku tanpa berkedip, kedua matanya mengisyaratkan bahwa dia menginginkan kalimat balasan dariku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience