ANGGIRGI | 4

Romance Series 1666

Irgi Pov

Mataku terus menatap sosoknya yang tengah berdiri di depan sebuah pintu kafe dekat kampus.

Sambil memegangi kemudi, pikiranku terus bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan di sana sepagi ini? Bukankah ia memiliki jadwal pagi ini?

Seorang pria muncul dari dalam kafe ketika pintu terbuka, sesaat aku menahan napas ketika kedua mataku menangkap pemandangan yang membuatku naik darah dari sana.

Dia, tunanganku, mencium pipi seorang pria yang menyambutnya. Lalu pria tersebut membawanya masuk ke dalam. Tapi aku masih bisa melihatnya di balik kaca jendela dari tempatku saat ini.

Aku menggenggam erat kemudi yang sedari tadi kupegang. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Siapa pria yang ditemuinya? Mengapa mereka bermesraan layaknya sepasang kekasih?

"Shit!" mengumpatku sambil memukul keras kemudi, kemudian ke luar dari dalam mobil.

Aku harus mencari tahu semua.

Hanya duduk berdiam di dalam mobil tidak akan menghilangkan rasa penasaran dan juga amarah yang telah memuncak di diriku.

Kakiku berjalan cepat menuju kafe yang baru saja dimasuki tunanganku bersama pria sialan itu. Pandanganku bertemu dengannya. Kami saling berhadapan dalam jarak yang cukup dekat.

Seorang pria duduk di sebelahnya, dapat kulihat dengan jelas wajah tegang mereka.

"Apa yang lo lakuin hah?!" teriakanku menggema dalam ruangan yang tidak terlalu besar ini.

Semua pasang mata menatap kami penuh tanda tanya. Tak ada lagi kata sopan yang bisa aku ucapkan buat penghianat sepertinya.

"I-irgi, " wanita itu sangat terkejut dengan kedatanganku.

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku segera melayangkan tanganku tepat di wajah pria yang telah berani menyentuh dan menemani tuanganku bersamanya, bermesraan dengannya.

Bugh!

Tubuhnya tersungkur ke belakang hingga menimbulkan bunyi benturan yang cukup keras. Kakiku melangkah maju mendekatinya, tak mengindahkan pekikan tunanganku yang menggema di telinga.

Amarahku telah mencapai puncaknya dan akan kulampiaskan semuanya pada pria yang terlihat tidak berdaya ini di kakiku.

Aku menundukkan tubuh dan menarik kerah baju miliknya, mencoba membuatnya terbangun untuk kembali mendapat pukulan dariku.

"Stand up! "

Bugh!

Suara itu kembali terdengar. Kali ini bukan wajahnya yang menjadi sasaranku, melainkan perutnya, ah pria itu tidak memberikan perlawanan apa pun.

Apa dia takut?

"Hentikan!" jerit Angel dengan suara melengking.

Dia memegangi lenganku sambil menangis, membuatku menghentikan langkah yang mencoba menarik pria brengsek yang ada di bawah kakiku.

Dengan sekali hentakan, tubuh wanita yang merupakan tunanganku itu terduduk di lantai. Namun dengan cepat dia bersimpuh di kakiku, seolah memohon pengampunanku.

"Kumohon hentikan, lo bisa bunuh dia," pintanya dengan suara serak yang mengiringi setiap kata-katanya.

"Bahkan jika ada kata melebihi membunuh, gue akan lakuin itu, " balasku dingin.

Tidak akan kubiarkan pria itu hidup, ketika dia berani menyentuh tunangnanku yang tak lama lagi akan menjadi istriku, maka kematianlah yang akan kutunjukkan padanya.

"Nggak! Gue mohon!" dia kembali berteriak. Ia masih saja memegangi kakiku dengan seluruh tenaga yang dimilikinya.

Pria yang terbaring di depanku mulai kembali bangkit sambil terbatuk, memegangi wajahnya yang mengalirkan darah dari sudut bibirnya.

Akan kuhancurkan wajahnya itu.

"Gue cinta sama dia. Gue mohon lepasin dia," kalimatnya dengan cepat terserap masuk ke dalam otakku, kemudian mengalir memenuhi seluruh isi kepala, setelah itu menembus masuk ke dalam hati yang sangat dalam dan terngiang berulang kali di sana.

Aku menatapnya sesaat yang bersimpuh memegangi kakiku. Dengan kasar kutarik kepalanya hingga tubuhnya berdiri di hadapanku.

"Bisa lo ulang," pintaku dengan dingin.

"Gu-gue.. " isakannya membuatnya sulit mengucapkan kata-katanya. "Gu-gue cinta sama dia."

Kalimatnya barusan berhasil menyayat hatiku hingga terpecah menjadi kepingan-kepingan kecil. Wajahnya yang sudah basah oleh air mata itu menunduk, seolah tidak memiliki keberanian untuk menatapku.

Wanita yang selama ini kukenal sebagai sosok yang kucintai dengan seluruh jiwa raga, mengatakan bahwa dia mencintai pria lain?

Lalu akan dia sebut apa hubungan kami selama ini? Apakah cinta yang selalu terucap di antara kami hanyalah angin lalu baginya?

"L- lo," aku menatapnya tajam dengan kedua mata yang terasa panas, mulutku tidak mampu meneruskan kata-kataku.

Kuhempaskan tubuhnya hinga terjatuh di lantai, dia beringsut mendekat pada prianya yang tidak jauh dari tempatnya.

Dengan perasaan hancur, kakiku melangkah menjauh dari mereka. Meninggalkan mereka berdua di dalam kafe itu dengan tatapan dari pengunjung yang tak kumengerti.

***

Kutugaskan beberapa orang kepercayaan untuk menggali info mengenai pria yang ditemui Angel. Dan dalam waktu singkat, aku mendapatkan semua yang kuinginkan, dia memiliki seorang kekasih.

Mereka menjalin hubungan sejak lama, sejak aku belum hadir dalam kehidupan mereka. Pria itu bernama Jason. Siapa yang menyangka ternyata mereka adalah sepasang kekasih? Dan itu sontak menghancurkan hatiku. Merasa ditipu olehnya.

Selama ini aku mencintainya, menyayangi dan melindunginya. Terlalu jatuh cinta padanya sehingga membutakan mata hatiku untuk melihat cerita yang terjalin di antara mereka sebelum aku hadir ke dalamnya.

Kubanting buku di atas meja ketika melihat sosok wanita yang masih berstatus sebagai tunanganku sedang duduk di sampingku.

Dia sedikit terkejut melihat perbuatanku.

"Kita harus batalin pertunangan ini. Gue nggak mau nikah sama lo," ucapku dingin.

"Gue nggak bisa, " dia berkata seolah ada penyesalan di dalam kalimatnya.

 "Maksud lo apa?" tanyaku dengan nada tinggi.

"Mudah buat ngebatalin pertunangan ini, bahkan sejak lama akan gue lakuin jika saja gue nggak mikirin lo dan juga perusahaan orang tua lo," tatapannya begitu tajam.

 "Lo!" dengan penuh emosi, kugebrak meja hingga tubuhnya mundur sedikit ke belakang karena terkejut. "Lo udah nipu gue! Selama ini lo berselingkuh di belakang gue dengan pria brengsek yang udah lama menjadi kekasih lo itu! Kenapa lo lakuin ini ke gue, hah?! Kenapa nggak lo bilang sejak awal kalo lo nggak pernah cinta dan nggak pernah menginginkan pertunangan ini hah?!" aku berteriak kencang di hadapannya.

Wajahnya yang ketakutan terlihat kembali tenang. Sikap dingin yang selalu ditunjukkannya padaku selama satu tahun pertunangan kami kembali menghiasi wajahnya.

"Sejak awal gue emang nggak cinta dan nggak mau pertunangan ini ada, tapi Ayah terus maksa dan gue nggak bisa menolaknya. Asal lo tau, pertunangan kita semata-mata demi kelancaran bisnis yang dijalani sama kedua orang tua kita."

"Tapi gue cinta sama lo!" dengan tegas aku membantahnya. "Gue cinta sejak pertemuan pertama kita!"

Kepalanya menggeleng cepat. "Itulah letak kesalahan lo. Apa lo nggak lihat kebencian dari kedua mata gue? Bahkan ketika mengetahui bahwa kita dijodohin, lo buat gue harus jauh dari Jason. Melepaskan semua rencana yang udah kami persiapkan bersama. Semua ini karena lo! Seharusnya lo tolak perjodohan itu dengan tegas. Tapi kenapa lo cinta sama gue dan buat hidup gue hancur setelahnya?!" teriakannya memenuhi ruangan.

Kedua mata kami saling bertatapan dengan tajam.

"Gue cinta sama Jason. Hidup gue sulit tanpanya.. " dia mulai menangis.

"Apa ini alasan lo pergi setiap akhir pekan? Hanya untuk menemui kekasih lo itu? Lo beralasan punya tugas dari dosen yang nggak sama sekali masuk akal, dan apa ini penyebab kenapa lo nggak pernah mau menikah secepatnya? Karena lo nggak pernah cinta sama gue?"

"Maafin gue..." dia semakin terisak.

"Batalin pertunangan ini dan pergi dari kehidupan gue," ucapku final.

"Pertunangan kita nggak bisa dibatalin sebelum waktu yang telah disepakati oleh kedua orang tua kita. Pengalihan saham bakalan diadain dalam beberapa bulan ke depan, setelah kita menyelesaikan kuliah dan wisuda. Jika kita putus, maka saham itu nggak akan beralih ke tangan lo," dia menjelaskan.

"Maksud lo apa?"

"Itulah kesepakatannya. Sama seperti lo, gue juga ingin perusahaan itu jatuh ke tangan gue, namun kedua orang tua kita uda ngerencanain sesuatu di balik hubungan kita. Perusahaan tidak akan mereka alihkan pada kita jika kita berpisah sekarang, tunggulah hingga saham itu kita miliki, baru lo dan gue dapat menjalani kehidupan masing-masing."

***

Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah kafe. Penjelasan yang diberikan oleh tunanganku membuat pikiranku, ralat mantan tunanganku kacau dan tidak dapat berpikir jernih. Sesuatu harus kudapatkan demi untuk melupakan masalah yang kini terjadi.

Kesepakatan macam apa yang telah dibuat oleh kedua orang tuaku bersama dengan orang tuanya. Mengapa di kepala mereka hanya berputar kepentingan bisnis tanpa memikirkan apa yang diinginkan oleh anak-anaknya?

Di awal perjodohan memang pernah terdengar bahwa pertunangan yang terjadi di antara kami memiliki maksud tersembunyi di belakangnya. Yakni untuk menyatukan dua perusahaan besar yang kami miliki.

Saat itu aku tidak terlalu memikirkannya. Yang kupikirkan adalah bisa mendapatkannya, wanita yang telah menjeratku dalam pesonanya ketika pertama kali kedua mata kami bertemu.

Namun cinta telah membutakan mataku yang lain, seakan-akan menutup mata untuk melihat sebuah kenyataan yang tengah terjadi dan telah terjadi sebelumnya, yakni dia memiliki seorang kekasih dan aku telah mengahancurkan hubungan yang terjalin di antara mereka.

Mataku mencari-cari posisi yang nyaman untuk di tempati. Suara dentuman musik melow terdengar di telingaku.

Malam ini adalah pertama kalinya aku memasuki kafe ini. Kudapati tempat kosong di pojok ruangan, dekat dengan jendela. Segera kakiku melangkah ke sana.

Seorang pelayan mendekati dan aku memesan beberapa menu padanya. Sambil menunggu pesanan datang, kulayangkan pandangan ke sekeliling. Dari tempatku duduk dapat kulihat beberapa vokalis band dan solo sedang memainkan musik ditempat ini.

Aku melihat wanita berada di panggung bersama dengan suara dentingan piano yang mainkan. Beberapa saat kemudian ia berjalan mendekati ku dan tersenyum hangat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience