ANGGIRGI | 10

Romance Series 1666

Kini aku berada di salah satu restaurant bersama dengan Irgi. Sepulang bekerja Irgi memintaku untuk menemaninya makan malam dan juga menemaninya menginap di apartemen pria itu malam ini juga.

"Aku mau pulang dulu, aku akan menyusul nanti," pintaku padanya saat kami selesai makan malam.

"Biar aku yang antar."

Kata-katanya barusan menghentikan gerakanku yang ingin berdiri, hingga membuatku kembali duduk.

"Nggak usah Gi, nanti aku yang menyusulmu, mending kamu duluan aja ya."

"Aku antar kamu pulang dan kita akan ke apartemen bersama."

Dia beranjak dari kursinya, meninggalkanku yang masih terpaku menatap kepergiannya.

"Kamu mau disitu terus atau ikut denganku hm?" ucapnya tanpa berbalik sama sekali.

Aku segera beranjak mengejarnya, berjalan di belakangnya.

Saat sudah samapi di rumah, aku melihat mobil lain terparkir di depan rumah. Mobil siapa?

Aku segera masuk ke dalam rumah bersama Irgi. Saat memasuki rumah sosok yang pertama kali kulihat adalah dia, Gery. Kehadirannya membuatku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kakak sudah pulang, sini! "

Aku tak mempedulikan ucapan Naomi barusan, tatapanku terus menuju pada pria yang berada di sebelah Naomi. Namun pria itu hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata padaku.

Aku merasa sebuah tangan menyentuh pundakku. Saat itu aku sadar bahwa Irgi berada di sebelahku sejak tadi, dan sentuhannya memberikan sedikit kekuatan untukku bergerak.

Apakah Irgi tahu bahwa pria yang ada di sana adalah Gery yang pernah kuceritakan padanya?

"Dek, kamu ke kamar gih! " perintahku pada Naomi yang dibalas dengan anggukan. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia meninggalkan kami bertiga.

Gery mendekat. "Aku mau bicara berdua sama kamu Nggi?" pintanya padaku.

"Sorry, gue rasa gak ada yang perlu dibicarain," ucapku dengan sinis.

Apa-apaan dia? Setelah dia meninggalkanku dan membuangku, kini dengan mudahnya berkata seperti itu?

Saat ia mengakhiri hubungan kami, bahkan aku tak memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya. Dan apa kini aku harus berbicara saat semua rasa sakit dalam hatiku begitu dalam?

"Kamu begitu cepat lupain aku Nggi? Apa kamu nggak ingat setiap waktu yang udah kita lalui bersama? Aku cuma butuh sedikit waktu kamu untuk menjelaskan semuanya."

"Gak usah bicara seolah gue yang bersalah disini. Bukannya lo sendiri yang nyuruh gue buat lupain lo? Dan sekarang gue udah lakuin semua yang lo mau kan?" aku setengah berteriak ketika mengatakan itu.

Sungguh aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Tidak bisakah dia pergi dan meninggalkanku untuk selamanya? Bukankah dia sendiri yang ingin pergi dariku? Lalu kenapa dia kembali di saat aku sudah benar-benar melupakannya?

"Mending lo pulang, gak ada lagi kan yang ingin kalian bicarakan kan?" Irgi ikut membelaku.

"Lo gak usah ikut campur, ini urusan gue dengan Anggi," Gery membalas kalimat Irgi dengan berani.

"Tapi sayangnya, urusan Anggi adalah urusan gue juga, karena dia adalah milik gue."

Deg!

Apa katanya? Miliknya?

Mataku melotot mendengar kalimat itu meluncur dari bibir Irgi. Kali ini aku tidak setuju dengan yang baru saja Irgi katakan.

"Lo nggak usah ngelucu," Gery berkata diiringi dengan tawa yang begitu meremehkan.

Sekarang aku baru sadar, apa mereka sudah saling kenal?

"Lo gak pantes miliki Anggi. Dan kalian nyatanya lebih muna."

Plak!

Aku begitu emosi dengan apa yang dia katakan, meskipun perkataannya ada benarnya. Dadaku sunggub sesak dengan apa yang dikatakannya.

"Lo sekarang, pergi!" teriakku seperti orang gila sambil menunjuk pintu ke luar.

Gery menatapku dengan tatapan keterkejutannya. Dia tidak akan pernah menduga aku dapat melakukan itu padanya. Cukup lama dia memandangku setelah mendapat tamparan dan juga teriakan dariku.

"Apa benar kamu menjadi pelampisan cowok brengsek ini?"

"Apa lo nggak denger? Anggi minta lo pergi dari sini," ucap Irgi datar sebelum aku menjawab pertanyaan Gery."Kalo lo nggak mau pergi, biar kami yang pergi."

Irgi menarik tubuhku, membawaku keluar rumah, dan meninggalkan Gery tanpa sepatah kata pun.

***

"Stop!" perintahku pada Irgi yang sedang menyetir.

Tanpa banyak bertanya, dia menuruti. Irgi memang telah membantuku lepas dari Gery saat di rumah tadi. Tapi tidak seharusnya dia mengatakan sesuatu yang tidak layak dia katakan.

"Kamu kenapa bilang kalo aku adalah milik kamu hah? Apa kamu tahu siapa cowok yang berhadapan dengan kamu tadi? Apa kamu sadar dengan kalimat yang ku katakan tadi Gi? Apa kamu nggak pikirkan apa akan dilakukan Gery selanjutnya setelah mengetahui hubungan kita? Apa kamu sudah memikirkan apa saja akibat dari apa yang kamu lakukan?" tanyaku padanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Bagaimana nanti kalo Gery sampai membe-"

"Mulai sekarang kamu itu milikikku," potongnya sebelum aku menyelesaikan perkataanku.

Aku tak tau, apa ini adalah semacam godaan dari pria sepertinya?

"Kita ke apartemen sekarang," tambahnya.

Aku tak mengerti dalam artian apa Irgi mengatakan itu. Mungkin ia mengatakan itu dengan maksud aku ini pacar gelapnya. Tapi tak bisa dipungkiri kalo ada gejolak aneh di hatiku saat ia mengatakan itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience