Shiva

Drama Series 2041

"Assalamualaikum, ada apa Ja kok tumben nemuin aku? Biasanya ke tempat Shiva dulu," ucap seorang gadis cantik dengan lesung pipi yang sangat memikat hati kepadaku.

"Waalaikum salam, aku ingin bicara sama ukhti makanya kemari," jelasku.

"Tentang apa? Kok kayaknya serius sekali?" dia balik bertanya padaku.

"Tentang agama dan bagaimana pendapat mu tentang hal itu, apa boleh?" jawabku mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Aku tidak mau dia sakit hati karena maksudku yang sebenarnya ingin benar-benar tahu apakah dia wanita pilihanku atau bukan. Aku ingin mendapatkan jawaban secara jujur darinya bukan jawaban yang hanya ingin ku dengar. Aku tidak ingin terjebak dalam penyesalan seumur hidup karena salah pilih.

Aku mengajaknya pergi ke tempat yang tenang dimana kami bisa mengobrol dengan santai dan tidak dicampuri oleh orang lain. Aku ingin tahu pendapatnya tentang keraguanku dan hal yang mendasar buat diriku.

"Ngobrol disini saja ya Ja, tidak ada yang ganggu tapi juga tidak akan ada yang salah paham apalagi sampai menimbulkan fitnah," kata gadis yang bernama Fatima ini.

Jujur dari sikap dan tutur nya bisa ku pastikan dia baik dan pantas menjadi seorang istri tapi lagi dan lagi aku ragu karena belum tahu pendapat dirinya tentang hal itu. Hal yang penting bagiku untuk memperistri seorang wanita, untuk mencintai, menghormati dan melindunginya. Hal yang wajib ada dalam istriku.

"Apa yang ingin kamu tanyakan ke aku, Ja?" kata Fatima.

"Kamu tahu kan kisah Rasulullah dan istri-istrinya dan bagaimana tentang Rasulullah yang menjalani poligami?" ucapku membuka percakapan.

"Iya insyaallah aku tahu, kenapa memangnya?" tanyanya.

"Menurut kamu orang yang berpoligami itu gimana? Terus kalau kamu diminta untuk poligami sama seseorang kamu terima tidak?" kataku hati-hati.

Fatima tersenyum. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya saat ini tapi aku menunggu jawaban dari dirinya.

"Menurutku kalau memang ada seseorang yang mau memintaku berpoligami dengannya, kalau dia mencintai diriku dan aku mencintainya aku pasti mau. Aku yakin dia orang yang mampu bersikap adil padaku dan wanita yang berpoligami denganku," jawab Fatima mantap.

"Apa kamu yakin? Memang kamu tidak sakit hati dipoligami? Bagaimana kalau kamu dibandingkan dan di saingkan dengan wanita itu?" ucapku menyelidik.

"Tidak, aku yakin laki-laki tersebut orang yang baik. Lagi pula dibandingkan adalah suatu hal yang wajar dalam poligami. Karena pasti sang suami ingin istri-istrinya menjadi orang yang lebih baik lagi," tambahnya dengan masih tersenyum dan malu-malu.

Aku mencerna setiap kata yang di ucapkannya padaku. Setelah beberapa waktu menimang aku pun pamit untuk pergi. Ku ucapkan salam dan berbalik meninggalkan Fatima. Tepat disaat itu kulihat Shiva di kejauhan. Mata kami saling beradu. Dia tampak kecewa dan sedih dan pergi begitu saja.

"Kejar dia, Ja. Sepertinya dia salah paham pada kita berdua," kata Fatima.

Tanpa pikir panjang dan memikirkan kata-kata Fatima aku segera berlari mengejar Shiva. Aku terlanjur kecewa dengan jawaban Fatima dan aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk bertanya pada Shiva.

"Shiva tunggu aku ingin bicara," kataku sambil berlari mengejarnya.

Setelah kami berdekatan kuraih tangannya dan kami berhenti berlari.

"Lepasin aku, Ja," ucapnya sambil berusaha melepaskan dirinya dari genggaman tanganku.

"Tidak Shiva. Aku tidak akan melepaskan kamu sebelum kamu dengar penjelasan ku," balasku.

"Penjelasan apa lagi, Ja? Semua sudah jelas kok. Fatima yang kamu suka kan? Aku tidak akan menggangu kalian kok. Sudah kamu pergi saja ke Fatima nanti dia bisa cemburu dan marah ke kamu," ungkap gadis cantik dengan wajah polosnya ini.

"Apa itu artinya kamu menyukai ku, Shiva?" selidik ku.

"Sudah lah Ja, kamu sudah ada Fatima. Aku tidak mau jadi pengganggu di antara kalian. Aku tidak mau menyakiti hati Fatima," jelasnya menahan tangis.

"Tapi kamu menyakiti hatiku juga hatimu. Jujur aku memang tertarik pada kalian berdua tapi bukan berarti aku ingin memiliki kalian berdua. Hanya satu yang kuinginkan. Aku sudah bertanya pada Fatima dan aku tidak memilih dirinya," kataku.

Shiva terkejut. Dia bertanya kenapa aku demikian. Ku jelaskan padanya tentang semua hal yang disampaikan Fatima padaku. Ku jelaskan pada Shiva bahwa aku tidak menginginkan wanita yang sejak awal sudah berpikiran bahwa berpoligami tidak apa-apa dan ia mau menerima di poligami. Sayangnya aku tidak suka.

Yang kuinginkan hanya dicintai oleh seorang wanita, hanya satu. Dan aku tidak mau dia membagiku dengan wanita lain. Aku ingin dia menginginkan diriku seutuhnya bukan menerima jika aku meminta poligami dengannya.

"Tolong Shiva, jika memang kamu menyukai diriku terimalah aku. Aku ingin mencintai dan dicintai sepenuh hati tanpa ada poligami. Dan itu tidak bisa diberikan oleh Fatima tapi kamu bisa. Kamu bilang kamu tidak ingin menyakiti Fatima bukan? Itu yang kuinginkan dari wanita. Mampu memikirkan perasaan orang lain. Kamu tahu bahwa kamu akan menyakiti hati Fatima jika bersamaku juga. Tapi Shiva kita berhak bahagia. Aku dan kamu berhak bahagia. Dan aku percaya bahwa Fatima akan menemukan jodohnya yang lain, yang jelas itu bukan aku," jelasku mencoba meyakinkan Shiva.

"Lalu Fatima bagaimana, Ja?" tanyanya.

"Aku akan menjelaskan semuanya pada dia bahwa kamulah yang kupilih. Lebih baik aku dibencinya daripada menderita hidup bersama dia. Aku tidak yakin bisa bahagia dengan orang yang merendahkan martabatnya sendiri seperti Fatima," kataku yakin.

Aku berlutut dihadapan Shiva memohon agar dia mau mempertimbangkan diriku. Dari caranya yang lebih memilih untuk mundur dan tidak mengganggu diriku dan Fatima dan bagaimana dia tidak ingin menyakiti hati Fatima aku sedikit yakin bahwa dia yang ku cari. Besok aku akan memastikannya lagi di depan semua orang dan juga kedua orang tuaku. Semoga Shiva benar-benar wanita yang kucari selama ini.

"Aku akan datang besok bersama orang tuaku. Aku akan bertanya kepadamu dan seandainya aku memilih dirimu maka terimalah aku karena aku ingin bahagia bersamamu dan aku juga berhak untuk bahagia. Untuk Fatima aku akan memperjelasnya besok bahwa aku hanya memilih satu. Bahwa aku tidak menginginkan poligami," pintaku pada Shiva.

Shiva mengangguk tanda setuju. Aku sedikit lega dengan jawabannya. Jika memang dia yang ku cari, besok aku akan melamar dirinya. Aku akan memintanya menjadi istriku. Kekasih hatiku. Satu untuk selamanya.

Kulihat Shiva pergi meninggalkan aku menuju asrama tempatnya bernaung di pesantren ini. Aku memandangi dirinya hingga hilang di telan bayangan tembok yang memisahkan ruang-ruang dalam asrama miliknya. Tak kurasa aku tersenyum melihatnya.

Ku balikkan badanku berniat untuk pergi ke tempatku berasal, asrama putra pesantren Al Mukminin. Dibalik besarnya badanku ini kulihat Fatima di seberang pandang tersenyum ke arahku. Mungkin dia puas karena aku bisa berbaikan dengan Shiva. Sayangnya dia tak tahu bahwa itu bukan untuk berpoligami dengan dirinya dan diriku.

Aku melengos pergi tak menghiraukan keberadaan dirinya bahkan tak ku balas senyumannya itu. Aku kecewa. Sungguh wanita yang menurutku terhormat malah memiliki pikiran sedemikian kerdil. Apa yang ada dalam kepalanya juga hatinya? Apa dia tidak tahu dia hanya menjadikan dirinya rendah untuk seorang wanita yang harusnya berharga diri tinggi? Sangat disayangkan.

Tak ku hiraukan yang sudah terjadi. Aku segera menelepon orang tuaku. Meminta mereka datang dan merestui pilihanku. Tentu aku tidak bisa langsung menikah tapi setidaknya ayahanda dan ibundaku akan membuatnya menjadi tunanganku. Calon istriku.

Terdengar sangat arogan dan tidak berhati nurani memang tapi cinta tidak bisa dipaksakan. Jika dua hati saling mencintai mengapa harus mengalah untuk menjaga hati yang lain dan melukai hati kedua hati yang mencintai itu. Percayalah hati lain pasti akan menemukan cintanya hanya waktu yang belum terungkap. Tapi jodoh ditangan Tuhan. Ikhlaskan dan mintalah ridho-Nya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience