Fitnah

Drama Series 2041

Semua orang berlari keluar ruangan baik santri atau Ustadz dan Ustadzah. Ada apa ini? Aku dan temanku di dalam kelas bersama Ustadz Ridwan yang ikut penasaran ikut bergegas keluar. Dari gonjang-ganjing para santri yang berlarian ada huru hara di asrama wanita.

"Pergi kamu dari sini dasar wanita murahan! Bisa-bisanya kamu mencium tangan laki-laki yang bukan muhrimmu," teriak seorang wanita dengan garangnya.

Aku mencoba masuk semakin dalam ke kerumunan itu. Sesaat ada seorang yang menyadari kehadiran diriku mencoba membuka jalan. Semua menyingkir ke samping membentuk jalan setapak untukku.

"Fatima berulah, Ja," kata seorang santri yang mana adalah sahabat sekamarku.

Mendengar ucapan Shodiq aku bergegas ke depan barisan. Ku dapati Shiva istriku tersungkur di tanah. Kerudungnya di tutupi dengan tangan, sepertinya seseorang menariknya hingga lepas.

"Shiva, ada apa ini Yang?" kataku sembari berlari ke arah istriku dan memeluknya.

Semua yang ada disana segera berbisik-bisik menggunjing kami. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi disini tapi menyakiti istriku, tidak akan ku maafkan.

"Bisa-bisanya kamu memeluk wanita murahan disini, Ja. Aku tahu kalian bertunangan tapi kalian bukan muhrim harusnya kau putuskan saja dia karena dia tidak pantas untuk kamu," kata Fatima ketus.

Sepertinya dia mencoba menghasut diriku dengan menggerakkan seluruh warga pesantren untuk merendahkan istriku. Aku tahu persis tabiat buruk Fatima. Karena ulahnya istriku jadi terluka. Sekarang dia mencoba memfitnah Shiva sebagai pelacur padahal dia sendirilah pelacur itu.

"Jaga omonganmu ya jalang. Yang sedang kau hina adalah ISTRIKU yang SAH. Kami sudah menikah kemarin. Satu-satunya wanita murahan disini adalah KAMU "FATIMA ". Beraninya kamu memfitnah istriku dan memperlakukan dirinya buruk. Kalau kamu tidak tahu apa-apa lebih baik kamu diam dan jangan sok tahu," bentak ku.

Semua terkejut mendengar ucapanku begitu juga Fatima si wanita licik. Dia yang menyuruh preman untuk memperkosa istriku, dia juga yang menghina istriku di depan semua orang. Kini semua akan ku perjelas. Akan ku perjelas posisi Shiva di hidupku dan posisinya yang tidak ada artinya apa-apa.

"Kamu bohong kan, Ja? Kamu bohong untuk melindungi dia," kata Fatima tak percaya.

Aku mengangkat tanganku dan Shiva ke atas untuk memamerkan cincin pernikahan yang melingkar di jari kami berdua. Semua kaget sekali lagi. Ada yang beristighfar dan ada yang mulai menghujat Fatima. Kini mereka sadar bahwa Fatima sengaja melakukan itu untuk mempermalukan istriku di depan umum.

"Gak mungkin. Kamu pasti bohong kan, Ja? Bilang kalau kamu bohong Raja!" teriak Fatima mulai depresi.

"Raja tidak berbohong Nak Fatima," kata Umi tiba-tiba.

"Umi benar Nak Fatima, kami sendiri datang ke acara pernikahan mereka. Memang pernikahan mereka dimajukan dan tidak seorang pun dari pihak pesantren selain Abi dan Umi yang diundang untuk menghemat waktu," kata Abi ikut menjelaskan.

Fatima tampak tidak senang mendengar penjelasan Abi dan Umi. Dia menggelengkan kepalanya mencoba untuk menyangkal semua yang ia dengar. Benar-benar perempuan tidak tahu diri dia itu.

"Gak mungkin. Dia sudah tidak perawan, Ja. Kenapa kamu menikahinya? Kenapa kamu menikahi pelacur seperti dia?" bentak Fatima dengan nada tinggi.

"Ya Fatima. Istriku telah diperkosa oleh orang-orang biadab tapi cintaku mengalahkan kebiadaban mereka. Karena itu kami tetap melaksanakan pernikahan. Karena aku tidak mempermasalahkan hal itu. Masalahnya adalah dari mana kamu tahu istriku sudah tidak perawan sebelum kami menikah? Aku belum memberi tahu siapapun soal hal ini, bahkan Abi dan Umi juga sudah ku minta untuk tidak menyebarkan aib istriku dan aku yakin Shiva juga tidak akan memberi tahu siapapun tentang aibnya. Jadi, darimana kamu tahu Fatima? Apa yang kamu tahu? Apa yang kamu sembunyikan?" jawabku menyudutkan.

Fatima kaget dan diam seribu bahasa ketika ku singgung kelakuan biadabnya. Di menundukkan kepalanya tanpa sepatah katapun. Shiva menggenggam tanganku dan menggeleng. Dia memberi isyarat untuk berhenti mempermalukan Fatima. Sungguh benar-benar baik hati istriku ini.

Aku mengangguk menuruti permintaan istriku. Bagaimanapun aku telah berjanji padanya untuk tidak mengusik masalah ini lagi. Shiva tidak ingin wanita yang pernah menjadi sahabat baiknya itu malu. Biar bagaimanapun manusia tidak luput dari dosa itulah pedoman hidup Shiva sedari dulu karena itu dia memilih memaafkan tapi juga menjaga jarak dengan Fatima. Dia tentu merasa sedih dan kecewa sahabatnya justru yang melukainya.

Aku berdiri mengangkat istriku lalu menggendongnya pergi dari kerumunan. Aku berjalan ke arah Fatima karena kebetulan arah kamar asrama istriku di arah Fatima berada. Saat aku mulai dekat dengan Fatima sekitar setengah meter Fatima memegang tanganku. Dia menghentikan langkahku.

"Hei Fatima sudahlah lepaskan Raja. Shiva istrinya bukan kamu," celetuk seorang santriwati.

"Ya Fatima, bukannya tadi kamu yang menghina Shiva murahan karena mencium tangan Raja yang tidak kamu sadari bahwa mereka sudah menikah. Apa sekarang kamu yang mau menjadi wanita murahan?" tambah yang lain sambil meledek.

"Sekarang siapa yang murahan Fatima? Kamu tidak hanya murahan tapi juga seperti pelacur yang menggoda suami orang," kata Shodiq.

Ternyata hinaan dari yang lain tidak sampai kepada Fatima. Dia masih terus memegang tanganku. Aku mulai geram dan membentaknya.

"Lepaskan tanganku jalang sialan!" bentak ku.

Fatima terkejut dan melihat ke arahku begitu juga semua makhluk penghuni pesantren tapi aku tidak peduli. Dengan kasar aku menarik tanganku keras sampai Fatima ikut terseret kebelakang beberapa centimeter. Lagi-lagi aku masih tidak peduli.

Aku melangkah pergi bersama istriku di gendongan, membawanya kembali ke asrama. Sesampainya disana Shiva mengucapkan terima kasih telah membelanya dan meluruskan semua kesalahpahaman kepadanya. Dia juga meminta tolong agar aku tidak berbicara kasar seperti tadi. Dia tidak ingin aku menjadi seorang yang tidak baik. Aku mengangguk dan meminta maaf karena telah berkata kasar. Aku meminta maaf karena telah membuat dia mengalami hal berat seperti ini.

"Tidak apa-apa, Mas. Ini adalah cobaan rumah tangga kita," ucap Shiva lalu mengecup bibirku dan memeluk tubuhku.

Aku kaget, se-kaget kagetnya. Shiva memelukku. Ku lingkarkan tanganku ke pinggangnya untuk membalas memeluknya. Ku peluk istriku erat dan mengecup kepalanya dari samping.

"Terima kasih, Yang," kataku.

Dalam pelukannya aku meleleh. Aku bahagia karena akhirnya Shiva mau memelukku bahkan mencium bibirku, ya meski cuma sedikit. Setidaknya dia mulai membuka dirinya untukku. Dia mau memberiku kesempatan untuk menjadi suaminya.

Sepersekian detik kami berpelukan hingga akhirnya ada yang menyoraki kami. Sepertinya kerumunan para penghuni pesantren telah bubar dan sekarang mereka mulai kembali ke alam mereka masing-masing.

Shiva menarik diri dariku. Dia tertunduk malu, aku juga begitu. Salah tingkah saat kepergok sedang bermesraan bersama istri itu rasanya sesuatu sekali.

Shiva menarik tanganku dan mengecupnya lalu berpamitan masuk ke dalam asramanya. Sontak saja mereka yang kembali ke asrama yang sama dengan istriku langsung bersorak meledek. Aku hanya bisa tersenyum malu sambil pamit kembali ke asrama ku lagi. Sorak-sorai semakin ramai tapi tidak ku pedulikan. Aku berlari menjauh dari mereka.

Di tengah jalan kulihat Fatima dengan Abi dan Umi. Sepertinya dia sedang di ceramahi habis-habisan. Ketika mendekat ke arah mereka aku menunduk hormat lalu langsung berlari lagi ke asramaku. Tidak ku pedulikan Fatima yang melihat kearah ku. Sepertinya dia ingin mengucapkan sesuatu tapi aku tidak mau dengar apa pun dari wanita licik sepertinya.

Cinta terkadang membuat kita buta jadi berhati-hatilah kita semua jangan sampai menjadi rendah karena cinta!!!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience