Tahun ajaran baru dimulai. Kini aku dan Shiva sudah menjadi MAHASISWA tahun pertama. Shiva memutuskan untuk kembali ke pesantren kami sedang aku di Universitas Negeri umum. Bedanya kali ini kami adalah pasutri sejati. Aku meminta Shiva untuk tidak tinggal di pesantren melainkan hanya untuk kuliah dan pulang saat kuliahnya selesai atau setidaknya sampai sore hari dimana aku akan menjemput kekasih halal ku ini langsung di depan pintu masuk pesantren.
Shiva sudah mengemas peralatannya juga mengemaskan peralatan kuliahku (sudah seperti suami istri yang telah lama menikah hehe). Aku mengantarnya menggunakan motor karena aku belum mampu untuk membeli mobil sendiri jadi ya motor perjuanganku ini yang ku pakai untuk mengantar bidadari Shiva sampai ke pesantren. Untungnya istriku tidak malu atau menolak. Alhamdulillah.
Di depan pintu pesantren kami berpisah, Shiva mengecup tanganku dan berpamitan masuk ke dalam. Aku hanya bisa mengangguk dan mendoakan agar kuliahnya lancar dan tidak terjadi suatu apapun padanya hingga aku menjemput dia kembali. Ku dengar Fatima juga kuliah disini juga. Shiva harus kembali bertemu dengan perempuan itu. Aku harap kali ini dia tidak menyakiti istriku tercinta. Aku pergi dengan setengah hati masih memikirkan Shiva. Sungguh aku was-was. Ini hari pertama masuk kuliah dan hari pertama dia bertemu lagi dengan Fatima. Jujur aku takut. Ada sedikit trauma dari perbuatan Fatima terdahulu.
"Assalamualaikum, kok bengong saja Mas?" sapa seorang gadis kepada ku.
"Oo iya Mbak ada yang bisa saya bantu?" jawabku.
"Ah enggak kok Mas saya cuma ingin berkenalan saja. Mahasiswa baru kan? Saya juga mahasiswa baru Mas," balas wanita itu.
"Iya Mbak saya MABA disini," sahutku singkat.
"Kenalkan nama saya Aisyah dari Kediri. Nama Mas siapa dan dari mana?" tanyanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Aku tak meraih jabatan tangannya itu dan memberi salam dengan menyatukan kedua tangan dan menempelkannya di dada layaknya seorang muslim sejati dan menjawab bahwa namaku Raja dan aku warga lokal saja. Hal yang tak kusangka darinya bahwa dia mengatakan bahwa aku ini alim (orang yang memegang teguh agama). Spontan saja ku jawab bahwa aku tidak alim orangnya cuma memang kami bukan muhrim jadi haram hukumnya bersentuhan.
Aisyah mendengar itu tertawa sambil bertanya apakah aku sudah punya pacar makanya tidak mau berjabat tangan dengan dia.
"Saya sudah menikah Mbak," kataku tegas.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum lalu pergi menjauh dariku. Bagus, wanita yang terhormat. Begitulah harusnya jadi wanita tidak murahan. Respek aku pada wanita-wanita sepertinya.
Singkat cerita aku kembali mengikuti serangkaian acara penerimaan mahasiswa baru dengan ogah-ogahan. Sampai acara dinyatakan berakhir.
Di pesantren Shiva tak sengaja bertemu dengan Fatima. Karena tabiat Shiva yang baik dan tidak menyimpan dendam maka dia pun menyapa sahabatnya itu. Namun, tak disangka ternyata Fatima memberikan respon yang sangat tidak baik.
"Assalamualaikum Fatima, apa kabar?" kata Shiva.
"Fatima? Tidak sopan. Panggil aku Ustadzah. Aku istri Ustadz Riky sekarang," bentak Fatima.
"Kamu menikah dengan Ustadz Riky, Fatima? Jadi kamu istri ke empat Ustadz Riky? Kenapa Fatima? Masih banyak laki-laki lain, kenapa kamu mau menjadi istri ke empat?" tukas Shiva merasa iba.
Di pesantren Ustadz Riky memang terkenal karena poligami. Tidak hanya satu tapi tiga wanita sekaligus beliau nikahi dalam satu tahun dan mereka berempat tinggal dalam satu atap. Tak hayal jika kami para santri dan santriwati sering sekali melihat drama pertengkaran keluarga mereka. Tidak mudah hidup dengan lebih dari satu wanita dan Fatima malah memutuskan untuk jadi istri ke empat.
Bukan berarti Ustadz Riky adalah orang yang tidak baik tapi beliau adalah orang yang keras dan freak. Keinginannya untuk mendapatkan keturunan membuat beliau memutuskan untuk berpoligami namun anehnya hingga saat ini belum ada satupun istrinya yang hamil.
"Jangan berlagak jadi sahabat yang baik jika kamu sendiri yang merebut laki-laki yang harusnya jadi suamiku. Kurang baik apa aku padamu. Aku tahu kamu juga cinta sama Raja karena itu aku ikhlas kalau dia mau menjadikan kamu istrinya juga tapi apa? Kamu merebut Raja dariku. Aku tidak tahu dengan cara apa kamu menghasut Raja untuk memilihmu dan bukan aku. Bahkan setelah kamu kotor sekalipun dia tidak kembali kepada diriku. Sekarang kamu mau berkomentar tentang hidupku yang sudah kamu renggut kebahagiaannya?" cerca Fatima mengeluarkan kekesalannya selama ini.
"Raja suamiku dan dia tidak suka berpoligami. Dia merasa direndahkan dan dihina olehmu yang mengatakan sanggup berpoligami dengan ku dan dia. Asal kamu tahu aku sudah mengikhlaskan Raja pergi karena ku pikir dia memilihmu ternyata aku salah. Benar dia tertarik padamu juga padaku tapi dia tidak menginginkan kita berdua tapi salah satu dari kita dan dia memilihku karena keangkuhan mu sendiri yang mengatakan sanggup berpoligami tanpa tahu baik Raja ataupun diriku tidak satupun yang menginginkan poligami. Kamu sendiri yang berkhayal tentang pernikahan poligami seakan aku dan Raja akan bahagia bersama dengan kamu. Kamu salah Ustadzah Fatima. Jika Raja memilih kamu aku akan pergi meskipun hatiku hancur tapi Raja memilihku sekalipun aku ini kotor. Aku tidak akan menyia-nyiakan cinta laki-laki seperti Raja kepadaku hanya untukmu sahabat yang sudah tega berbuat jahat kepadaku. Sayang usahamu sia-sia dan bahkan justru mempercepat aku dan Raja bersatu dalam ikatan pernikahan. Sudah puas anda Ustadzah? Permisi, assalamualaikum," balas Shiva sembari menahan tangisnya yang hampir pecah.
Santri dan santriwati yang menjadi saksi semua geleng-geleng melihat tingkah Fatima. Dia sudah menjadi istri orang tapi masih terobsesi dengan suami orang. Ckckck sungguh menjengkelkan.
Shiva menjalani rutinitas MABA di pesantren dengan khidmat sampai saatnya aku datang menjemput kekasih halalku itu.
Di depan pintu pesantren ku matikan motor bututku dan menunggu kehadiran Shiva. Aku tidak turun dari motor. Dari jauh aku melihat Fatima melihat kearah ku dengan ekspresi marah tapi tak ku hiraukan. Sedangkan dari sisi seberang Fatima nampak sohibku yang ku kenal datang menghampiri.
"Assalamualaikum Bang Raja, apa kabar?" sapanya dengan gaya khas miliknya.
"Alhamdulillah baik. Anta bagaimana kabar? Balik ke pesantren lagi Pak?" candaku.
"Pesantren adalah jalan ninjaku, Bro," katanya sumeh.
Kami berdua memang sama-sama wibu pecinta Naruto. Semua obrolan kami tidak jauh ataupun dekat pasti masih berkaitan dengan Naruto. Setidaknya quote terkenal yang di lontarkan Naruto yang melekat di hati kami "Ini adalah jalan ninjaku" , sering kami gunakan untuk mengungkapkan perasaan dan memperkuat pendirian kami.
Senang rasanya bisa berjumpa dan berbincang dengannya lagi. Banyak hal yang kami sampaikan termasuk informasi bahwa istriku di bentak oleh Fatima juga sampai ke telingaku melalui sahabat baikku ini. Terima kasih bro telah memberikan informasi berharga.
Tak berapa lama istriku datang dan kami berdua pamit pulang dan meluncur ke rumah. Informasi yang ku dapatkan tidak ku sampaikan pada Shiva. Apakah dia akan memberi tahuku semua yang terjadi padanya ataukah dia akan menyimpan sendiri semua itu aku pun tidak tahu toh biar bagaimanapun itu aib dari sahabat baik Shiva dan Shiva orang yang baik yang tidak akan menjelekkan ataupun menyebarkan aib orang lain.
Terkadang manusia hanya melihat kearah rasa sakit yang dimilikinya hingga dia terlupa dengan hal buruk yang telah ia lakukan
Share this novel