Chp 7 Berlatih

Mature Content Series 709

Ketika sedang berlatih menari dengan tubuh elastisnya di studio menarinya, Celantha bergerak lincah mengikuti irama yang mengalun pelan namun tajam. Cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela besar memantulkan bayangannya di lantai kayu mengilap, membuat setiap gerakannya tampak seperti bagian dari lukisan hidup. Bahkan A-Fra, yang sejak tadi menunggu dengan tenang sambil bersandar di dinding studio, tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ia memperhatikan Celantha beberapa kali menari di hadapannya, terpukau dalam diam.

Tapi ketika sedang asyik menari itu, tiba-tiba kilatan cahaya dari flash kamera menyambar ruangan, menciptakan jeda mendadak dalam keheningan yang sebelumnya diisi oleh ritme musik dan hentakan kaki. Celantha langsung menghentikan gerakannya dan terkejut, matanya menyipit mencari sumber gangguan. “Hei… tangkap dia!!” serunya sambil menunjuk ke arah pintu, membuat A-Fra langsung tersentak dan tanpa ragu berlari keluar dari studio menari itu.

Dia bisa melihat orangnya berlari menuruni tangga dengan tergesa, langkahnya nyaris tergelincir. A-Fra melihat dari atas tangga, wajahnya menunjukkan kekesalan yang ditahan, rahangnya mengeras. Dengan lincah dan penuh ketegasan, dia melompati tangga samping tanpa suara, tubuhnya seperti bayangan yang melesat, lalu menangkap orang itu dari atas dengan gerakan cepat dan presisi.

Tak lama kemudian, ia mendorong orang itu ke hadapan Celantha. Sosok itu rupanya seorang perempuan muda yang tampak ketakutan, tubuhnya sedikit gemetar. Celantha menatapnya dengan tatapan dingin dan angkuh, lalu melirik ke arah A-Fra, seolah meminta penjelasan.

“Katakan padaku, apa yang kau lakukan tadi?” tatapnya tajam, nadanya dingin dan penuh wibawa. Di belakang perempuan itu, A-Fra dengan ekspresi serius melemparkan ponsel ke udara—gerakan itu cepat dan terlatih—dan Celantha menangkapnya dengan satu tangan, langsung membuka ponsel tersebut dan memeriksanya dengan penuh curiga.

Tapi perempuan itu berkata dengan suara pelan, nyaris bergetar. “Aku… ingin menari,” katanya. Seketika ruangan itu terasa sunyi. Celantha terdiam, bahkan tatapannya tampak tak percaya. Dia mematung, seperti tak tahu harus berkata apa. Hening yang panjang menyelimuti studio. “(Pikirkan siapa aku dulu, keinginan untuk belajar menari tidak dapat dipahami oleh banyak orang bahkan sekalipun bagi mereka yang tidak beruntung menunjukkan keinginannya. Sepertinya aku telah salah berpikir),” gumamnya dalam hati, lalu menggeleng cepat dan kembali bersuara.

“Begini saja, buat gerakan cepat agar aku percaya padamu bahwa kau ingin menari,” tatapnya sambil sedikit melangkah mundur, memberi ruang.

Hingga kemudian, A-Fra dan Celantha memperhatikan dengan seksama bagaimana perempuan itu menari. Gerakannya kaku di awal, namun perlahan berubah menjadi lebih yakin. Ketika dia mencoba salah satu gerakan yang cukup sulit, tubuhnya menunjukkan elastisitas dan kontrol yang mengejutkan. Celantha tersenyum kecil, matanya berbinar, tertarik akan apa yang dilihatnya. “Pukul tujuh malam besok, kemarilah lagi untuk mencariku,” katanya pelan namun pasti. Seketika, perempuan itu memeluknya erat, membuat Celantha tertegun, tak percaya, tapi ia membiarkan pelukan itu bertahan.

A-Fra yang berdiri tak jauh dari mereka, hanya tersenyum kecil. “(Terkadang, orang-orang tak bisa menunjukkan kemampuan mereka karena adanya hambatan…),”

Hingga kemudian setelah Calentha selesai, dia memakai bajunya yang awal tadi kembali lalu menatap ke A-Fra. "Baiklah, ayo kembali pulang, kupikir latihan hari ini cukup..." katanya melewati A-Fra yang mengikutinya.

"Kau seharusnya tidak perlu berlatih lagi, kau sudah bisa melakukan semua hal itu, kau bahkan sudah melakukan banyak tarian dan mendapatkan penghargaan seperti:
-Tarian Mesir dengan baju yang cantik dan terbuka.
-Tarian China, celana panjang dan baju lengan kimono serta satu kipas bulat.
-Tarian dress Sakura merah muda dengan kipas lipat kecil.
-Tarian dress Sakura merah muda tanpa apa pun.
-Tarian di taman Sakura dengan pakaian kasualnya memintaku untuk merekam.
-Tarian di jembatan sungai dekat taman Sakura dengan pakaian gym dan kardigan putih.
Kau melakukan itu sebagian untuk media sosialmu, justru jika kau melakukannya saat di depan publik, mereka juga akan menghargaimu....” kata A-Fra.

"Pft hahaha itu semua ada nama tersendiri.... Well, itu benar, tapi semangat masih membara di diriku..." balas Calentha sampai mereka turun dari tangga, studio itu besar dan ada di sebagian gedung.

Tapi mendadak Calentha terlintas sesuatu ketika melihat lobi gedung itu. "Bagaimana jika bertarung, mari lari siapa sampai dulu di mobil dia menang!" katanya langsung berlari membuat A-Fra terkejut.

"Tidak adil!" Dia langsung mengejar nya.

Mereka bersaing dengan semangat yang menggebu, seolah perlombaan kecil itu adalah ajang pembuktian siapa yang paling gesit dan cerdik. Siapa yang keluar gedung itu duluan, merekalah yang menang. Tanpa banyak pikir, Calentha mengambil kesempatan terlebih dulu. Dengan langkah cepat dan napas memburu, ia melesat mendahului A-Fra, tak peduli pada aturan tidak tertulis di antara mereka.

Calentha yang kini berada di depan, bukannya fokus ke arah tujuan, malah sempat menoleh ke belakang sambil menyunggingkan senyum mengejek. Wajahnya penuh kepuasan, seperti merasa sudah memenangkan segalanya. Namun siapa sangka, nasib berkata lain. Dalam kekurangwaspadaannya, ia menabrak kaca bening yang berdiri tegak seperti dinding tak kasat mata.

Kaca itu bukanlah pintu, dan benturan keras membuat tubuh Calentha terlempar ke belakang dengan suara gedebuk yang memantul di antara dinding-dinding gedung.

“Hahahaha!” suara tawa A-Fra pecah di udara. Ia tertawa lepas, melihat kejadian lucu itu seolah menjadi hadiah dari langit.

A-Fra mengejek sambil terus berlari maju. Namun tak disangka, nasib pun kembali bermain. Ia mengira kaca yang sama adalah pintu, karena kejernihannya yang tembus pandang membuat ilusi seolah jalan itu terbuka lebar.

Tanpa ragu, ia menerjang lurus. Namun tubuhnya yang penuh tenaga justru menghantam kaca dengan keras, dan kali ini, kekuatannya yang besar membuat kaca itu pecah berderak. Suara retakan menggema, serpihan berhamburan, beberapa mengenai kulitnya dan memaksanya berhenti di tempat.

A-Fra terpaku, terdiam dengan tubuh setengah menahan sakit dan terkejut. Di belakangnya, Calentha yang sudah berdiri kembali kini gantian tertawa keras, membalas apa yang sebelumnya ia terima.

Besok malamnya, pukul tujuh, Calentha bertemu dengan perempuan itu lagi, dia melatih dan mereka sama sama menari sementara A-Fra seperti biasa diam di tempat memastikan semuanya aman.

Hingga ketika perempuan itu selesai, "Nona Calentha terima kasih banyak, aku benar-benar belajar banyak soal menari hari ini...." tatapnya membuat Calentha mengangguk. "Teruslah berlatih menari..." katanya membuat perempuan itu mengangguk lalu dia pergi dan melambai karena dia harus pulang.

"Baiklah, kita juga harus pulang..." A-Fra menatap.

"Tunggu lah sebentar, aku lakukan gerakan terakhir..." kata Calentha yang mulai melakukan tarian nya lagi membuat A-Fra terdiam.

Tapi siapa sangka, ketika dia melakukan gerakan nya, mendadak kakinya terkilir dengan suara keras membuatnya berteriak terkejut kesakitan. "Agh!" ia langsung terjatuh membuat A-Fra terkejut dan langsung mendekat. "Kenapa?"

"Sepertinya terkilir!" Calentha menatap takut, tanpa basa basi A-Fra menggendong Calentha di dada dan dia langsung membawa Calentha pergi dari sana, tentu saja untuk di bawa ke rumah sakit.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience