BAB 1 - SEPI ~ Kehilangan Buat Sepi Namun Buat Kita Ingat Illahi

Other Completed 4022

“Duhai Pemilik waktu
dari arusMu usiaku terlahir dan mengalir
pada muara mautMu aku berakhir dan menyerah''

Engkaulah dermaga
tempat ikrar perjalananku melunasi batas
rantau pulang kala jiwa tersesat di pintu dunia
Engkaulah samudera
tempat senjaku membenamkan usia
melarungkan maut yang membadai di pantai jiwa

Tuhan....

jagalah hati dan jiwa ini
seperti telah Engkau jaga planet-planet yang beredar pada tiap galaksi
menurut keteraturannya
biar tiada berbenturan akhiratku dengan dunia
sebelum akhir masa nyaris menyelesaikan lahat
sebelum aku dan waktu menyeduh pamit dari secangkir hayat

di perahu sepi

kuamini gelombang maghfirahMu

Di kedalaman sujudku
kuselami putihnya do'a
menghanyutkan dosa yang mnghitami muara roh aku

di rimba raka'atku, ada rindu yang merimbun sebagai Kamu

Engkau geriap hujan di kemarau tubuhku
akulah kegersangan angin yang memanjati tebing-tebing grimisMu

Tuhan...
di hujan ampunan tak henti kuburu gemuruhMu
kupaku telinga di pintuMu
moga kudengar Kau mengetuk
bertamu ke bilik sepi sunyiku” ? firman nofeki

***************
SEPI menghimpunkan dua cerita yang kedua-duanya mempunyai persamaan. Rindu itu sepi, bersendirian juga sepi dan kehilangan juga adalah sepi bukan?
***************

Cahaya matahari mulai menerobos masuk melalui tingkap dibalik helaian langsir. Alya masih terbaring lesu. Fikirannya jauh menerewang. Bila ingatan singgah kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu, pantas tangan kanan dibawa kedada, terasa sesak disitu. Sakit. Dia hanya mampu memejamkan mata, menahan rasa yang kian bermukim.Tiba-tiba pintu biliknya diketuk dari luar. Terdengar suara Alisa memberi salam. Namun, tidak pula dia berkalih dari pembaringan. Hanya dengusan halus dilepaskan.

“Lya,papa ada kat bawah. Malam nanti papa dah nak bertolak ke Johor.Mungkin dalam seminggu baru balik. Lya tak nak jumpa dia dulu?” gadis itu melontarkan pertanyaan.Tiada balasan. Alisa mula mengeluh halus. Dia tahu apa yang membelengu gadis itu.

“Lya, please. Jangan macam ni. Kasihan papa. “ masih tiada reaksi dari gadis itu. Alisa mulai mengalah, lantas beredar bersama keluhan halus.

Dia masih menghadap syiling itu. Hatinya sakit tiba-tiba. Matanya dipejam rapat dan kala itu wajah Alisa , papa dan mama singgah silih berganti. Rasa ngilu mulai hadir. ‘Kenapa ? kenapa mama bencikan Lya? Apa salah Lya ma? kenapa Lya tak pernah merasai kasih sayang yang sama seperti mama curahkan untuk Lisa? Kenapa Lya tak dapat semua tu?‘ hatinya merintih sayu terkenangkan arwah mama yang selama ini ternyata tidak pernah menganggapnya seperti anak kandung sendiri. Dia tidak buta untuk melihat semua itu. Sedangkan Alisa, kembarnya, lebih merasai kasih sayang yang tidak berbelah bagi dari wanita itu. Apa silapnya?Apa salahnya? Persoalan itu dibiarkan sepi tanpa jawapan. Tanpa sedar ada air jernih yang mula mengalir. Luka itu berdarah kembali. Peristiwa beberapa hari yang lalu mulai singgah diingatan. Dan .. perit dari tamparan papa, masih terasa sakitnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience