Still Love Him...Her i mean

Young Adult Series 2039

Beberapa hari berlalu, Rio sudah pulih dan kini dia kembali bersekolah.

Di sekolah, suasana kelas terasa ramai dan riuh. Beberapa murid tengah berbincang-bincang di meja mereka masing-masing. Namun, pandangan mereka terus melirik ke arah Rio dan Ella yang duduk di sampingan.

Tiba-tiba, Maya datang dan duduk di meja mereka. "Hai, Rio, hai Ella," sapa Maya.

"Hai, Maya," jawab Rio dan Ella hampir bersamaan.

Maya melirik ke arah mereka dengan tatapan tajam. "Hmm, kayanya kalian makin mesra aja ya," ujarnya dengan sedikit sinis.

Rio tersenyum sambil memeluk tangan Ella. "Iya, soalnya dia pacar gua haha. Ada apa, Maya?"

Maya menggeleng. "Enggak, enggak. Gua cuma mau bilang selamat atas hubungan kalian," kata Maya dengan suara yang terdengar sedikit tidak asli.

Ella tersenyum ramah. "Thanks ya, Maya."

Sementara itu, murid lain yang masih diam-diam memperhatikan percakapan di meja Rio dan Ella terus bergosip. "Mereka beneran pacaran?," bisik salah satu murid.

"Pasti dong, lihat aja mereka makin mesra," sambung murid lain.

Rio dan Ella tak peduli dengan percakapan di sekitar mereka. Mereka tengah asyik bercanda dan berbicara, bahkan hingga jam pelajaran selesai. Tak terasa, bel sekolah telah berbunyi dan semua murid beranjak dari meja mereka.

Rio dan Ella pun berdiri dan siap-siap keluar kelas. Namun, sebelum meninggalkan kelas, Rio memeluk Ella erat. "Pulang bareng yok sayang," bisiknya.

Ella membalas pelukan Rio dengan mesra. "Ayok."

Maya berdiri di belakang Rio dan Ella sambil menggendong tas ranselnya. Ia diam-diam mengamati kedua temannya yang sedang berpelukan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Perasaannya yang rumit membuat Maya menghela nafas dalam-dalam.

"Tapi gua harus terima kenyataan, Elpan sekarang Ella, dia cewek sama kayak gua," gumam Maya dalam hati.

Sementara itu, di samping Maya, Heri dan Yayan sedang asik berbincang-bincang. Heri mengerti apa yang dirasakan Maya ketika melihatnya melamun dibelakang Ella dan Rio yang sedang berpelukan, Heri pun menoleh ke arah Maya dan bertanya, "Oy Maya.. daripada melamun mending ikut kita pulang?"

"Oh, iya. Yok," jawab Maya.

Rio dan Ella yang masih asyik berbicara, tidak menyadari keberadaan Maya, Heri, dan Yayan di belakang mereka. Maya berjalan di belakang mereka dan sesekali menyelingi pandangannya ke arah teman-temannya tersebut.

"Mereka bahagia ya.... Semoga hubungan mereka langgeng," ucap Maya dalam hati.

Setelah selesai berbincang, Rio dan Ella kemudian berdiri dan bersiap-siap pulang. Maya, Heri, dan Yayan mengikuti mereka ke luar kelas.

Maya dan teman-temannya hanya tersenyum dan berjalan terus menuju pintu keluar. Mereka tiba di halaman sekolah dan berpisah dengan Rio dan Ella yang naik sepeda motor bersama.

Maya pun pulang ke rumahnya dengan rasa campur aduk dalam hatinya. Ia masih mencintai Elpan, tapi menyadari bahwa Elpan sudah menjadi Ella dan bahagia bersama Rio.

______

Di rumah, Maya menggenggam ponselnya dengan erat, menatap layar galeri yang menampilkan foto-foto kenangan dengan Elpan. Ia merasakan getaran hatinya yang terus menggelora meski telah lama berlalu.

"Kenapa gua gak bisa lupain lo, Elpan?" gumam Maya sambil menatap layar ponselnya.

Namun, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan adiknya masuk. "Kakak, mama suruh makan bareng. Ayok keluar..mau disini atau makan?"

Maya tersadar dari lamunannya dan menatap adiknya. "Iya...iyaa..kakak makan."

Sambil menuruni tangga, Maya masih terus teringat tentang Elpan dan perasaannya yang rumit. Dia berharap dapat menyelesaikan perasaannya dan menghargai hubungan Ella yang baru.

Setelah selesai makan malam, Maya kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk menulis di buku diarinya tentang perasaannya yang rumit. "Gua harus bisa akhiri perasaan gua supaya Elpan bahagia, meski sekarang menjadi Ella," katanya dalam hati.

______

Sementara itu Di rumah Ella, Ella sedang menceritakan kisah cintanya dengan Rio kepada Kakak perempuannya.

Kakak Ella, Sarah, duduk di sofa sambil mendengarkan cerita Ella dengan mata yang berbinar-binar. "Wah, akhirnya pacar pertama lo setelah jadi Ella," ucap Sarah dengan senyum lebar.

Ella tersenyum malu-malu. "Iya, kak. Rio orangnya baik banget dan perhatian sama gua... dia temen gua yang biasanya main bareng tuh, dia nerima gua apa adanya. . Gua seneng banget sama dia," ujar Ella.

Sarah mengangguk-angguk. "Wah, Kakak seneng dengerin ceritanya. Lo cerita aja sama kakak, kalau ada masalah nanti kakak bisa bantu."

Ella tersenyum. "Iya kak, makasih ya."

Sambil minum teh, Ella menceritakan kisah Rio bisa jatuh cinta padanya. Sarah dengan penuh perhatian mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut adiknya.

Setelah selesai bercerita, Sarah meraih tangan Ella dan berkata, "Kakak seneng banget lo udah punya pacar yang baik kayak Rio. Tapi, kakak juga mau bilang sesuatu, El."

Ella menatap kakaknya dengan penasaran. "Apa tuh, kak?"

Sarah tersenyum lembut. "Lo harus yakin sama diri lo sendiri dan jangan takut menjadi diri lo sendiri."

Ella tersenyum bahagia mendengar kata-kata kakaknya. "Makasih, kak. Gua bakal selalu jadi yang terbaik."

Mereka pun melanjutkan minum teh sambil bercanda dan mengobrol ringan. Ella merasa beruntung memiliki kakak yang selalu mendukung dan menyayanginya.

Adik laki-laki Ella, yang bernama Rizki, tak sengaja mendengar percakapan Ella dan kakaknya tentang kisah cintanya dengan Rio. Rizki pun ikut menimpali pembicaraan mereka.

"Serius nih, kak? Bang Rio? Dia kan temen lo yang suka main game sama Bang Heri sama Bang Yayan itu kan? Gua kira dia cuma temen biasa aja," ujar Rizki dengan wajah yang terkejut.

"Iya, Riz. Bang Rio itu pacar kakak sekarang," jawab Ella sambil tersenyum.

"Wah, keren banget kakak gua...dulu pas masih cowok dideketin banyak cewek... sekarang pas udah jadi cewek cantik banget dan punya pacar... Gua jadi iri nih, gua juga pengen punya pacar cantik kayak kakak hehe," ujar Rizki dengan nada canda.

Ella dan Sarah tertawa mendengar kelakar adik laki-laki mereka. "Nanti kalau udah gede, pasti bakal ketemu yang secantik kakak kok, Riz. Tapi sekarang fokus dulu sama sekolah, ya," kata kakak Ella dengan lembut.

Rizki mengangguk setuju. "Iya, kak...haha..," ucapnya semangat.

Ella tersenyum melihat semangat adiknya. Dia merasa senang bisa berbagi cerita dengan keluarganya, terutama tentang kisah cintanya dengan Rio.

Setelah adiknya pergi, Ella kembali bicara pada Sarah, kakaknya. "Oh iya kak. gua belom pernah cerita ini. Tentang temen sekolah gua, Maya. dulu dia bilang suka sama gua pas gua masih Elpan. Dia kan tau gua udah jadi Ella, Kayaknya dia masih suka sama gua deh. Gak tega rasanya. Apalagi pas gua sama rio mesra di kelas tadi, ekspresinya itu loh bikin kasian."

Sarah merespon dengan wajah penuh simpati, "Kasihan banget ya, Ell. Tapi kan lo udah jelasin ke Maya kalo lo sekarang udah jadi perempuan dan pacaran sama Rio. Mungkin dia butuh waktu buat terima kenyataan itu dan lupain perasaannya pada Elpan. Lo gak usah terlalu khawatir, nanti juga pasti tenang."

Ella mengangguk, "Iya, kak. Tapi tetep aja bikin gak nyaman sih. Mungkin harus berhati-hati deh kalau lagi sama Rio di depan Maya biar dia gak sakit hati."

Sarah tersenyum, "Iya, itu lebih baik. Tapi, lo harus ingat juga untuk gak nahan diri terlalu lama hanya karena mau bikin orang lain nyaman. Lo juga punya hak untuk bahagia dan cintai siapa pun yang lo suka."

Ella tersenyum lebar, "Thanks ya, kak. Kakak memang best."

Sarah merangkul adiknya, "Iya dongg.. yaudah tidur yok udah jam 10 malem."

Keduanya kemudian pergi ke kamar masing-masing untuk tidur.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience